Pengertian Warna dan Tekstur

Pengertian Warna dan Tekstur

Oleh: Drs. I Wayan Gulendra M.Sn

Warna

Warna merupakan elemen yang sangat penting dalam seni lukis, karena warna sebagai efek cahaya yang memberi kesan pada mata, sehingga dapat menghadirkan karakter dari suatu bentuk yang secara psikologis mempengaruhi perasaan. Sebagai mana yang diungkapkan oleh Darmaprawira (2002: 32-34) bahwa:

Warna dapat mempengaruhi jiwa manusia dengan kuat atau dapat   mempengaruhi emosi manusia. Warna dapat pula menggambarkan suasana hati. Keluarbiasaan warna terletak dalam hal kesederhanaan dan kesenangan emosional, bukan perenungan rasional, kenyataan, dan fakta-fakta yang disederhanakan, dikebiri atau dihilangkan sama sekali. Pada kondisi normal   manusia itu menyukai warna. Mereka memiliki reaksi terhadap warna. Ada suasana hati yang diasosiasikan dengan lingkungan yang cerah, hujan atau mendung, gembira atau membosankan.

Dalam hal ini dapat dikatakan, bahwa warna sebagai elemen dalam seni lukis untuk membangun kesan yang dapat mempengaruhi suasana perasaan, di mana kehadiran warna sangat penting untuk menambah nilai estetik dan artistik dalam satu kesatuan karya yang diciptakan. Apabila diperhatikan setiap individu memiliki emosi yang berbeda-beda, hal tersebut sangat tergantung terhadap sensitivitas seseorang terhadap warna. Maka pilihan-pilihan selera warna yang berbeda-beda merupakan wujud dari ekspresi dan karakter dari setiap individu. Pemilihan warna dan prosedur artistik merupakan masalah utama yang harus diperhitungkan dalam proses penciptaan karya seni lukis. Ketika warna dipandang sebagai material, maka dalam pengekspresiaannya akan melibatkan keterampilan teknik sesuai dengan kebutuhan artistik untuk mewujudkan ide-ide berdasar pada konsep yang telah ditentukan. Dalam proses perwujudan karya seni lukis, penulis memanfaatkan unsur-unsur  warna sebagai simbol perbedaan karena dalam hal ini warna mempunyai peranan untuk menampilkan karakter yang diharapkan, sehingga dapat mewakili pesan ide dalam karya seni lukis.

Pengertian Warna dan Tekstur Selengkapnya

Kadis Kebudayaan Tinjau Persiapan Oratorium Anggada Duta

Kadis Kebudayaan Tinjau Persiapan Oratorium Anggada Duta

Denpasar- Perhelatan tahunan Pesta Kesenian Bali (PKB) akan kembali digelar pada 12 Juni hingga 10 Juli mendatang. Ajang seni dan budaya tersebut yang berlangsung untuk ke-32 kalinya itu akan dibuka oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.  Pada pembukaan pawai PKB, ISI Denpasar yang setiap tahunnya selalu mengisi konten pawai tidak pernah absen pada PKB tahun ini. Selain mempersiapkan Adimerdangga pada pawai pembukaan PKB, ISI Denpasar juga mendapat kehormatan untuk tampil dalam acara pembukaan malam harinya di panggung Arda Candra Art Centre Denpasar yang akan disaksikan oleh Presiden beserta Ibu. Pada kesempatan itu ISI Denpasar akan menampilkan pementasan sendratari kolosal (oratorium) bertajuk ‘Anggada Duta’.

Oratorium Anggada Duta mengisahklan tentang Sri Rama, Laksamana dan Wibisana hendak besiap-siap menuju Gunung Swela untuk menghadapi Balatentara Rahwana, Raja Alengka. Setibanya di Swelagiri, Sri Rama terkesan akan keindahan hamparan hutan, binatang yang hidup harmonis. Kesedihannya terobati oleh candaria kera-kera yang dipimpin oleh Sugriwa, Anoman dan Anggada. Tiba-tiba terlihat seekor kera nyeleneh diantara kerumunan kera-kera yang sedang berkumpul. Wibisana mengetahui bahwa kera itu tiada lain adalah jelmaan raksasa Sukasrana. Anggada segera menangkap untuk dihadapkan pada Sri Rama. Atas perintah Rama, Sukasrana tidak jadi dibunuh, bahkan Ia disuruh kembali melaporkan kepada Rahwana. Anggada diutus oleh Sri Rama ke Alengka memperingkatkan Rahwana agar mengembalikan Dewi Shita. Di Kerajaan Alengka, Raja Rahwana sedang memimpin sidang, sambil menunggu Sukasrana datang dari penyamarannya. Tiba-tiba Anggada datang, dan segera meminta Rahwana menyerahkan istri Sri Rama. Dalam keadaan mabuk, Rahwana menghasut Anggada, untuk tidak memihak Rama, karena ayahnya (Subali) dibunuh oleh Rama sendiri. Ketika Ia kembali, Anggada sempat benrontak pada Sri Rama, namun dapat disadarkan dan Ia pun sepenuh hati membela Sri Rama.

Kisah tersebut disusun oleh para dosen ISI Denpasar yaitu I Wayan Sweca, S.SKar., M.Mus., I Nyoman Cerita, S.ST., M.FA., I Made Sidia, S.SP., M.Sn., I Dewa Ketut Wicaksana, S.SP., M.Hum., dan I Ketut Kodi, S.SP., M.Si. Dalam ceritan ini memberikan pesan yang mendalam bahwa ‘mabuk karena minuman keras, menjadikan raga tidak dapat terkontrol’.

Menurut Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., sebanyak 50 penari yang terdiri dari mahasiswa dan dosen ISI Denpasar turut terlibat dalam garapan ini. Sementara iringannya melibatkan sekitar 30 penabuh dari Jurusan Karawitan ISI Denpasar.

Disela-sela latihan, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali IB Sedawa beserta jajarannya, meluangkan waktu untuk meninjau kesiapan garapan dari ISI Denpasar pada 5 Juni 2010, bertempat Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Pihaknya menyampaikan bahwa Ibu Presiden, Ani Yudoyono, sangat concern terhadap garapan dari ISI Denpasar. Karena hampir setiap tahun Presiden beserta Ibu menyaksikan garapan dari ISI Denpasar ini. Besar harapan bahwa oratorium ISI tidak hanya mampu menampilkan garapan yang optimal, tapi juga memberi/ menyampaikan kesan dan pesan kepada masyarakat, terkait dampak negatif dari minuman beralkohol.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Perkembangan Gender Wayang Kayumas

Perkembangan Gender Wayang Kayumas

Oleh : Ni Ketut Suryatini, SSKar., M.Sn dan Ni Putu Tisna Andayani, SS (dosen PS Seni Karawitan)

Perkembangan Variasi, Komposisi

Gender Wayang sebagai kesenian yang tetap eksis di masyarakat karena keterkaitannya dengan upacara agama, akhir-akhir ini mendapat pula sentuhan variasi dari para seniman pendukungnya terutama dari seniman akademis dan generasi muda. Pemberian variasi sifatnya sah-sah saja sepanjang tidak meninggalkan unsur-unsur musikal nilai estetika dan etika.

Sejarah Gender Wayang pada abad ini mengarah pada persimpangan jalan yang diwarnai dengan adanya saling mempengaruhi dengan gamelan-gamelan lain, termasuk gong kebyar, yang menonjol pertama sebagai musik instrumental untuk gong di Bali Utara pada tahun 1914 dan kemudian dikembangkan sebagai iringan tari. Setelah gong baru itu mulai berkobar di Bali Selatan (Sekehe gong di Pangkung Tabanan, Belahan Denpasar, Peliatan Gianyar), komposisi-komposisi baru untuk pelegongan dan semar pagulingan dari Kuta juga mulai diserap oleh gong kebyar, yang sampai saat itu mendapat pengaruh dalam perkembangannya berdasarkan tradisi gong sebagai titik tolak. Wayang Lotring adalah seorang tokoh dalam pelegongan dan gender wayang yang pernah belajar tradisi-tradisi gender yang lain disamping dari desanya sendiri, termasuk di Kayumas Kaja Denpasar dan Sukawati, dan latar belakang tersebut merupakan sebuah harta karun dalam karya-karya baru dari imajinasinya. Dalam penggalian tradisi gender dia mentransfer gending Sekar Gendot dengan penyesuaian, perubahan dan penambahan ke pelegongan. Proses peminjaman dan transformasi itu dari gender ke gong kebyar juga dilakukan di Jagaraga termasuk bentuk gineman sehingga dikembangkan suatu urutan tertentu dalam kebyar : kebyar, gineman, gegenderan dan bagian-bagian berikutnya seperti gilak, bapang dan playon dalam berbagai kombinasi.

Inspirasi dari gender dalam kebyar dan perkembangan saih pitu pada masa ini masih berjalan; sebuah kutipan dari ”Pemungkah” gaya Kayumas bagian lainnya seperti ”Tulang Lindung”, telah muncul juga dalam kreasi gong.

Perkembangan Gender Wayang Kayumas selengkapnya:

Pengertian Garis dan Bentuk

Pengertian Garis dan Bentuk

Oleh: Drs. I Wayan Gulendra M.Sn

Garis

Garis merupakan elemen dasar dalam seni rupa yang mengandung arti lebih dari sekedar goresan, karena garis dengan iramanya dapat menimbulkan suatu kesan simbolik pada pengamatnya. Peranan garis sangat penting dalam proses perwujudan bentuk, karena  garis sangat menentukan kualitas ekspresi seorang seniman yang nampak pada sapuan-sapuan atau dalam pemberian aksentuasi tertentu pada objek penciptaannya.  Ketika garis diberi struktur, seperti misalnya disusun melalui ritme, simetri, keseimbangan akan membentuk pola-pola tertentu sehingga garis sudah dapat berbicara sebagai media ekspresi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Djelantik (2001: 20) bahwa:

Garis-garis bisa disusun sedemikian sehingga menimbulkan ilusi pada pengamat, yakni “kesan buatan”. Membuat persepsi yang diterima sang pengamat lain dari pada yang sesungguhnya. Suatu teknik gambar yang dipakai sehari-hari yang disebut perspektif memberi ilusi jarak jauh dan dekat dengan mengarahkan garis-garisnya ke suatu titik jauh pada horison atau cakrawala sama dengan akhir pandangan mata.

Dalam hal ini garis memiliki kesan imajiner terhadap pengamatnya, sehingga garis sangat pundamental untuk menghadirkan ekspresi dalam suatu karya seni lukis, baik dalam proses penyusunan, perancangan bentuk realistik maupun imajiner sangat tergantung dari penguasaan garis. Hal tersebut dapat dilakukan dengan penguasaan terhadap sifat-sifat garis sesuai dengan iramanya seperti garis lurus memberikan perasaan yang berbeda dengan garis melengkung, yang lurus memberi kesan kaku dan yang melengkung memberi kesan luwes dan lemah lembut. Di samping itu kesan garis juga sangat tergantung dari ukuran, tebal tipisnya (volumenya). Garis yang menjadi bahasa pokok dalam berekspresi, menurut Blake, yang diungkap kembali oleh Read (dalam Soedarso Sp., 2000 : 20) bahwa pedoman yang penting dan ampuh bagi seni, juga buat kehidupan ini, adalah makin nyata, tajam, dan kuat garis batasnya, makin sempurna karya seni, dan kekurangjelasan serta kekurangtajaman pada garis besarnya merupakan bukti dari lemahnya imajinasi, peniruan, dan kecerobohan.

Pengertian Garis dan Bentuk selengkapnya

East-West Centre Kunjungi ISI Denpasar

East-West Centre Kunjungi ISI Denpasar

Sehari setelah kunjungan Timbalan Perdana Menteri Malaysia sekaligus sebagai Menteri Pelajaran Malaysia, YAB Tan Sri Muhyiddin Haji Mohd Yassin ke ISI Denpasar, ISI Denpasar kembali kedatangan tamu penting dari East-West Centre, yaitu Namji Steinemann, selaku Director, Asia Pasific Ed Program pada 3 Juni 2010. Kedatangannya untuk menjalin kerjasama dan kesepakatan dengan ISI Denpasar. Wujud realisasai kerjasamanya yaitu pada bulan Agustus 2010 ini, East-West Center akan mengirim rombongan ke Bali untuk mengenal dan belajar seni, budaya Bali. ISI Denpasar sebagai lembaga pendidikan seni dipercaya untuk mengorganize segala materi kegiatan selama berada di Bali. Kedatangan rombongan ini bukan sekedar tourist yang ingin berkunjung ke Bali, tapi mereka adalah orang-orang yang benar-benar ingin mengenal dan mempelajari seni dan Budaya Bali, karena nantinya  bekal pengalaman ini akan mereka bagikan di negara asal mereka. Dipilihnya ISI Denpasar, karena secara akademis ISI Denpasar sudah dikenal dengan ‘best practices’.

Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., menyambut positif kerjasama tersebut dan akan mendukung menyukseskan kegiatan tersebut dengan memfasilitasi kunjungan rombongan ini ke Bali. Segala bentuk kegiatan selama berkunjung  di Bali melalui learning by experiences. Rencananya rombongan pada hari pertama, akan disambut di ISI Denpasar dengan perkenalan sekilas tentang Bali lewat penjelasan singkat. Dilanjutkan menyaksikan secara langsung ke lokasi proses upacara manusa yadnya ‘Ngaben’ dari proses pembuatan seperangkat upacara hingga puncak acara dan prosesi lanjutan dari Ngaben. Dengan mengikuti segala prosesi kegiatan upacara secara langsung, maka wujud realisasi penyampaian pesan, makna serta mengenal bagaimana Bali itu, akan lebih mudah disampaikan. Setelah itu mereka berkesempatan untuk mempelajari seni Bali baik tabuh dan tari di ISI Denpasar.

Prof Rai menambahkan melalui kegiatan ini maka mampu meningkatkan networking ISI Denpasar, serta mendekatkan kampus dengan partner luar. Dengan lawatan ini akan mampu memperkenalkan ISI Denpasar sebagai salah satu Perguruan Tinggi Seni di Indonesia yang bertaraf internasional. Selain itu untuk memperomosikan Indonesia pada umumnya melalui Bali, karena sesuai dengan survey yang pernah dilakukan di International Centre Park New York, bahwa lebih banyak orang mengenal Bali dari pada Indonesia, sehingga moment ini tepat untuk mempromosikan Indonesia. Prof. Rai menambahkan, kegiatan ini penting untuk meningkatkan citra Indonesia umumnya dalam meningkatkan daya saing bangsa. Pemahaman seni budaya merupakan modal dasar yang sangat penting dalam rangka mempererat hubungan antar bangsa, sehingga mampu meningkatkan citra dan daya saing Indonesia di dunia internasional melalui seni budaya.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Loading...