Klasifikasi Nilai Sosial

Klasifikasi Nilai Sosial

Kiriman: Lintang Arzia Nur Rachim, Siswa SMAN 1 Kuta Utara

Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

Nilai dominan

Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.

  • Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum, dan sosial.
  • Berapa lama nilai tersebut telah dianut oleh anggota masyarakat.
  • Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia pada umumnya berusaha pulang kampung di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau Natal.
  • Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.

Nilai mendarah daging (internalized value)

Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang melakukannya kadang tidak melalui prosespertimbangan. Biasanya nilai ini telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab

Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam masyarakat.

d. Peran Nilai Sosial

1) Alat untuk menentukan harga sosial, kelas sosial seseorang dalam struktur stratifikasi sosial, misalnya kelompok ekonomi kaya, kelompok masyarakat menengah dan kelompok masyarakat kelas rendah.

2) Mengarahkan masyarakat untuk berpikir dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

3) Memotivasi dan memberi semangat pada manusia untuk mewujudkan dirinya dalam perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh peran-perannya dalam mencapai tujuan.

4) Alat solidaritas atau mendorong masyarakat untuk saling bekerja sama untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai sendiri.

5) Pengawas, pembatas, pendorong dan penekan individu untuk selalu berbuat baik.

Fungsi dari nilai sosial

Secara umum nilai social mempunyai fungsi sebagai berikut :

1)      Nilai berfungsi sebagai petunjuk arah dan pemersatu.

Cara berpikir dan bertindak anggota masyarakat umumnya diarahkan oleh nilai – nilai sosial yang berlaku. Pendatang baru pun secara moral diwajibkan mempelajari aturan – aturan sosial budaya masyarakat yang didatangi, mana yang dijunjung tinggi dan mana yang tercela. Dengan demikian, dia dapat menyesuaikan diri dengan norma, pola pikir, dan tingkah laku yang diinginkan, serta menjauhi hal – hal yang tidak diinginkan masyarakat.

2)      Nilai berfungsi sebagai pemersatu yang dapat mengumpulkan orang banyak dalam kesatuan atau kelompok tertentu atau masyarakat. Dengan kata lain, nilai sosial menciptakan dan meningkatkan solidaritas antarmanusia. Contohnya nilai ekonomi mendorong manusia mendirikan perusahaan – perusahaan yang dapat menyerap banyak tenaga kerja.

3)      Nilai berfungsi sebagai benteng perlindungan. Daya perlindungannya begitu besar, sehingga para penganutnya bersedia berjuang mati – matian untuk mempertahankan nilai – nilai itu. Nilai – nilai Pancasila seperti sopan santun, kerja sama, ketuhanan, saling menghormati dan menghargai merupakan benteng perlindungan bagi seluruh warga negara Indonesia dari pengaruh budaya asing yang merugikan.

4)      Nilai berfungsi sebagai alat pendorong atau motivator.

Nilai juga berfungsi sebagai alat pendorong dan sekaligus menuntun manusia untuk berbuat baik. Karena ada nilai sosial yang luhur, muncullah harapan baik dalam diri manusia. Berkat adanya nilai – nilai sosial yang dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai cita – cita manusia yang berbudi luhur dan bangsa yang beradab itulah manusia menjadi manusia yang sungguh – sungguh beradab.

Menurut Kluckhohn, semua nilai dalam setiap kebudayaan pada dasarnya mencakup lima masalah pokok berikut ini.

1) Nilai mengenai hakikat hidup manusia. Misalnya, ada yang memahami bahwa hidup itu buruk, hidup itu baik, dan hidup itu buruk tetapi manusia wajib berikhtiar supaya hidup itu baik.

2) Nilai mengenai hakikat karya manusia. Misalnya, ada yang beranggapan bahwa manusia berkarya untuk mendapatkan nafkah, kedudukan, dan kehormatan.

3) Nilai mengenai hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu. Misalnya, ada yang berorientasi ke masa lalu, masa kini, dan masa depan.

4) Nilai mengenai hakikat manusia dengan sesamanya. Misalnya, ada yang berorientasi kepada sesama, ada yang berorientasi kepada atasan, dan ada yang menekankan individualisme.

5) Nilai mengenai hakikat hubungan manusia dengan alam. Misalnya, ada yang beranggapan bahwa manusia tunduk kepada alam, menjaga keselarasan dengan alam, atau berhasrat menguasai alam.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam masyarakat yang terus berkembang nilai senantiasa akan ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal akan mempengaruhi perubahan tatanan sosial yang ada. Nilai merupakan bagian yang terpenting dari kebudayaan karena suatu tindakan dianggap sah artinya secara moral dapat diterima kalau harmonis dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh masyarakat. Jadi, nilai memegang peranan penting dalam setiap kehidupan manusia karena nilai-nilai menjadi orientasi dalam setiap tindakan melalui interaksi sosial. Nilai sosial itulah yang menjadi sumber dinamika masyarakat. Kalau nilai-nilai sosial itu lenyap dari masyarakat, maka seluruh kekuatan akan hilang dan derap perkembangan akan berhenti.

dirangkum dari berbagai sumber

Klasifikasi Nilai Sosial Selengkapnya

Jadwal Pelaksanaan UTS & UAS Semester Ganjil 2011/2012

PENGUMUMAN

Nomor: 1281/IT5.1/DT/2011

Diberitahukan kepada Dosen dan Mahasiswa FSRD ISI Denpasar bahwa Pelaksanaan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) semester ganjil 2011/2012 adalah sbb:

1.  Ujian Tengah Semester (UTS)      : 14 – 18 November 2011

2.  Minggu Tenang (UAS)                  : 2 – 6 Januari 2012

3.  Ujian Teori (UAS)                          : 9 – 13 Januari 2012

4.  Ujian Praktek (UAS)                    : 16 – 20 Januari 2012

5.  Input Nilai ke Portal dan Penyerahan Berkas adalah

(1) satu minggu setelah ujian baik teori maupun praktek.                                                                                    

 Demikian kami sampaikan untuk diperhatikan dan dilaksanakan. Terimakasih.

 

Denpasar, 26 September 2011

a.n. Dekan,

Pembantu Dekan I,

 

Drs. Olih Solihat Karso, M.Sn.

NIP.  196107061990031005

 

Penyajian Garapan Kembang Ratna

Penyajian Garapan Kembang Ratna

Kiriman Ni Luh Lisa Susanti Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar

Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna disajikan ke dalam bentuk tari kelompok yang ditarikan oleh tujuh orang penari putri, yang bertemakan perputaran hidup, karena bunga ratna juga melalui suatu proses dalam kehidupannya sebagai tumbuhan. Garapan tari Kembang Ratna menampilkan wujud dan karakter bunga ratna. Karakter dari bunga ratna yang agung, sederhana, dan indah. Sedangkan wujud bunga ratna, yaitu bunga ratna memiliki bentuk yang kecil, namun dapat tumbuh subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya, serta dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu. Durasi yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah kurang lebih 12 menit, dengan struktur garapan terdiri dari 6 bagian, yang diharapkan mampu menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat terwujud karya seni yang berkualitas.

Tempat Pertunjukan

Ujian Tugas Akhir Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar diadakan di stage prosenium, gedung Natya Mandala, ISI Denpasar. Garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna dipentaskan pada tanggal 26 Mei 2010. Penataan pola lantai biasanya disesuaikan dengan keadaan stage yang berbentuk prosenium tersebut, dan penikmat karya seni hanya dapat menyaksikan pertunjukan dari arah depan saja. Suasana yang ditampilkan pada garapan Kembang Ratna didukung dengan tata lampu (lighting), serta penggunaan layar yang memang sesuai dengan kostum dan kebutuhan garapan. Berikut adalah gambar stage prosenium gedung Natya Mandala, ISI Denpasar, yang dilengkapi dengan pembagian ruang lantai dan arah hadap penari.

Kostum/Tata Busana

Kostum atau tata busana merupakan salah satu bagian penting dalam penyajian sebuah garapan tari sebagai elemen pendukung tari, karena melalui kostum penikmat dapat menangkap kesan perwatakan dan karakter yang dibawakan sehingga penikmatnya dapat membedakan setiap garapan tari yang ditampilkan. Sebagai wahana intrinsik, penataan kostum atau tata busana dapat mempengaruhi nilai artistik suatu karya seni yang menunjang keberhasilan suatu pementasan. Maka dari itu, perlu dipikirkan mengenai pemilihan warna, dan desain kostum yang harus disesuaikan dengan tema, ide, konsep garapan, maupun efek tata lampu (lighting).

Penataan kostum tari kreasi Palegongan Kembang Ratna menggunakan ciri  kostum tari Legong yang telah ada. Pengembangan dalam kostum garapan disesuaikan dengan ide, konsep dan kebutuhan garapan dengan masih mempertahankan  penggunaan gelungan, bancangan, sesimping, lamak, dan properti kipas. Kostum garapan tari Kembang Ratna menggunakan konsep minimalis dengan didesain sesederhana mungkin tanpa menggunakan banyak aksen prada dan menggunakan perpaduan warna putih susu, ungu, serta hijau yang disesuaikan dengan efek lampu agar tidak terkesan glamour. Penggunaan warna ini didasarkan atas dua macam warna bunga ratna asli, yaitu bunga ratna berwarna ungu, dan bunga ratna berwarna putih, sedangkan warna hijau dapat dikatakan sebagai pemanis.

Adapun kostum yang digunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah sebagai berikut :

  • Hiasan Kepala

–          Gelungan yang sudah jadi dan terbuat dari kulit, terdiri dari krun, petitis, dan prakapat.

–          Bancangan dua buah dengan kombinasi bunga kamboja imitasi dan tiruan bunga ratna

–          Subeng

  • Hiasan Badan

–          Kain prada berwarna putih susu dengan tepi berwarna ungu

–          Baju lengan ¾ berwarna putih susu dengan tepi berwarna ungu

–          Angkin dengan kombinasi warna putih susu dengan ungu

–          Lamak kain berwarna hijau, dan ungu berisi hiasan tiruan bunga ratna

–          Sesimping kain berwarna ungu dengan tepi emas berisi glenter tiruan ratna

–          Ampokampok dari bahan kulit dengan kain berlapis pada bagian samping berwarna ungu dan hijau, yang berisi hiasan bunga ratna

–          Tutup dada berwarna ungu dengan hiasan emas

–          Gelang kana berwarna ungu dengan hiasan kulit.

Analisa Penyajian Garapan Kembang Ratna selengkapnya

WENARA KONYER

WENARA KONYER

 

Penata

Nama : I Putu Eka Wisnaya

Nim : 200701025

Program Studi : Seni Tari

 

 

Sinopsis :

Disaat pikiran manusia diselimuti oleh rasa mabuk, maka tubuhnya pun ikut mabuk. Ketika itu sifat wenara konyer merasuki jiwanya yaitu: banyak bicara, banyak tingkah, sombong dan merasakan dirinya paling kuat. Akan tetapi tubuh dan kekuatan fisiknya telah menurun tanpa dia sadari. Sering kali mendorong keinginannya untuk berbuat yang tidak sesuai dengan kemampuannya yang nantinya berakibat fatal bagi dirinya sendiri.

 

Penata Iringan : I Made Yogi Antara

Pendukung Iringan : Mahasiswa Jurusan Karawitan dan Tari Smtr. VI ISI Denpasar

 

 

Unsur Mistik Pada Pertunjukan Wayang Calonarang, Bagian I

Unsur Mistik Pada Pertunjukan Wayang Calonarang, Bagian I

Kiriman I Ketut Gina, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan

Kata unsur artinya; bagian, elemen. Mistik yang dapat diartikan; kandungan sebagai penyebab olah rasa secara spontanitas mengalami perubahan. Jadi unsur-unsur mistik adalah bagian-bagian atau elemen-elemen yang mengandung sebagai penyebab olah rasa pada seseorang secara spontanitas mengalami perubahan disaat menyaksikan pertunjukan. Perubahan perasaan tersebut terdapat pada bagian-bagian tertentu di dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung yang meliputi :

a). Unsur Mistik Melalui Tabuh Iringan

Gamelan Semarandana sebagai musik pengiring pertunjukan Wayang Calonarang merupakan barungan gamelan, yang mengandung unsur magis ditinjau dari warna tabuh atau gending yang digunakan ajtuh pada nada deng. Menurut keterangan Alit Pustaka, hal seperti itu dapat kita lihat pada tabuh bebarongan, tabuh tunjang atau pengelinangkara Rangda, karena suara gamelan banyak jatuh pada nada E (deng), seperti halnya tabuh bebarongan yang digunakan disaat barong keluar menari-nari, begitu pula tabuh tunjang atau pengelinangkara digunakan saat Rangda keluar menari-nari. Kedua tabuh itu digolongkan sakral (gending tenget dalam Bahasa Bali), maksudnya gending tersebut tidak bisa digunakan pada sembarang tempat dan waktu, maka dari itu disebut gending pengaradan. Pada gending pategak sekar wangi yang diciptakan oleh I Wayan Pustaka Alit dibentuk dan tersusun sedemikian rupa, dengan diselipkan gending bebarongan bertujuan untuk membangkitkan aura magis pada pertunjukan.

Gending tunjang ini sering digunakan pada waktu ngereh Barong (Ratu Bagus) Rangda (Ratu Ayu) dan Rarung (Ratu Mas), yang diadakan di Kuburan (Pemuwunan Setra) disaat Kajeng Kliwon bulan mati (semalam bulan tidak tampak). Gending tunjang mampu mengundang (ngarad) para Bebutan (pengikut Betari Durga), maka gending tunjang akan dapat mempercepat prosesi ngereh. Di dalam pertunjukan Wayang Calonarang juga terdapat gending tunjang, yaitu disaat ngereh yang dilakukan di kuburan oleh Diah Padma Yoni (Walu Nata) dan Diah Ratna Menggali, dengan tujuan agar dapat mempercepat proses perubahan wujud yang diinginkan seperti Walu Nata menjadi Rangda, dan Diah Ratna Menggali menjadi Rarung. Ngereh pada pertunjukan Wayang Calonarang sering juga disebut ngelinting.

Tabuh bebarongan, tunjang, ngereh, dan saat klimak yaitu pertarungan antara barong dengan rangda. Itulah sebabnya setiap pelaksanaan ngereh diusahakan menggunakan musik iringan barungan Gong Semarandahana, juga bisa dipakai barungan gong semar pegulingan (sapta nada), setidak-tidaknya gong kebyar (panca nada), karena suaranya mengandung aura magis, yang akan dapat memperlancar proses ngereh.

b). Unsur Mistik Pada Penyacah

Pada penyacah kanda Calonarang juga disebut pangelengkara. Pangelengkara itu diucapkan oleh sang dalang setelah selesai Alas Arum (setelah wayang keluar dan duduk sesuai tempat tokoh masing-masing), disertai dengan meng-ayunkan blencong. Penyacah kanda Calonarang di atas, yang disusun oleh sang dalang dengan rangkaian kata-kata, sehingga membentuk suatu pola untuk mendatangkan aura mistis itu sendiri. Dengan keberanian sang dalang seperti itu sangat jelas, sang dalang telah memiliki kemampuan yang sangat mendalam tentang konsep Rwa-Bhineda, sehingga bisa menempatkan di dalam badan wadag (Bhuana Alit), mampu menyatukan isi buana agung di dalam buana alit sang dalang, itulah sebabnya sang dalang berani mengungkapkan keberadaan ilmu hitam dalam Ajian Calonarang. Menurut tingkatan ilmu yang dimiliki oleh Calonarang  sudah mencapai tingkat sangat tinggi yaitu tingkat sebelas (tumpang solas).

c). Unsur Mistik Pada Antawacana

Antawecana juga disebut dengan percakapan atau dialog Twalen dengan mredah, tokoh Twalen yang mewakili dalang itu sendiri secara langsung menantang orang yang memiliki ilmu hitam agar datang mencoba kemampuan dalang. Pada antawecana kedua punakawan, yang membicarakan tentang keadaan Kerajaan Kediri sedang dilanda wabah penyakit (grubug) karena ulah para pelaku pengiwa atau orang yang menganut ilmu hitam. Hal itu terlihat jelas ada unsur mistis yang terkandung, apalagi dengan melantunkan gending basur yang juga disebut gending pengaradan.

            Kutipan antawecana atau dialog Twalen dan Mredah seperti telah dijelaskan di atas, bahwa dengan menampilkan tokoh Twalen sebagai sosok dalang menantang orang-orang atau para pelaku pengiwa untuk mengadu kemampuan. Sang dalang berani melakukan hal tersebut, karena dia sudah mampu mengendalikan unsur negatif (magis) yang akan mengganggu.

Unsur Mistik Pada Pertunjukan Wayang Calonarang Bagian I, selengkapnya

Loading...