Jalin Kerjasama Dua Kampus Seni Beda Negara MoU ISI Denpasar dengan Bunditpatanasilpa Institute Thailand

Jalin Kerjasama Dua Kampus Seni Beda Negara MoU ISI Denpasar dengan Bunditpatanasilpa Institute Thailand

DENPASAR- Institut Seni Indonesia ( ISI) kembali melakukan kerjasama dengan institut seni dari mancanegara. Rektor ISI Denpasar Prof. Dr I Gede Arya Sugiartha  menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan Bunditpatanasilpa Institut , Thailand , di Gedung Nawanatya, Kampus ISI Denpasar, Kamis (22/3). 

Rektor ISI Denpasar Prof.Arya Sugiarta menyatakan kerjasama kedua institusi seni, memiliki kesamaan. Yaitu sama sama sekolah seni dengan tiga fakultasnya, ada fakultas seni pertunjukan, senirupa dan musik. ” Jadi  sama sekolah seninya, memiliki tiga fakultas,, kondisinya sama, ingin menjalin kerjasama, dan proses ini sudah disiapkan hampir  sebulan,” kata Prof. Arya didampingi I Ketut Garwa , Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerjasama,Kamis (22/3).

Lanjut dikatakan, bentuk kerjasama ini nantinya akan ditindaklanjuti dengan kegiatan di masing – masing institusi , baik pihak  ISI maupun  Bunditpatanasilpa Intitute. ” Semisal , dosen kita  memberi workshop disana atau  kita mengundang mereka ke ISI, jadi saling bertukar informasi termasuk pertukaran mahasiswa maupun dosen kedepannya ,” jelas Rektor ISI.

Sementara itu , pihak kampus asal negeri Gajah Putih itu  melalui Presiden Bunditpatanasilpa Institute  Mrs. Nipha Sophasamrith sangat senang bisa bekerjasama dengan ISI Denpasar. Nipha yang memimpin   rombongan sempat mengunjungi koleksi gamelan di Kampus ISI. ” Kerjasama ini bertujuan lebih merekatkan hubungan antara dua budaya yang memiliki kemiripan , keragamannya, jenis musik dan tarianya,” kata Mrs. Nipha didampingi I Gede Eko Jaya Utama, SE, M.M  selaku Humas ISI Denpasar. 

Pihaknya menyebut banyak kemiripan dari jenis musik Bali yang dimiliki kampus ISI  , seperti gamelan, angklung, wayang kulit dan beberapa ornamen seni tradisi lainya. ” Menarik, dari keragaman jenis musik, gamelan bahkan ada wayang, memang ada kemiripan , tapi dari kemasan, cara menggunakan, mungkin sedikit berbeda, tapi memang mirip, cuma penyebutannya beda,” ucap  Nipha dalam bahasa Thailand yang diterjemahkan oleh seorang guide.

Kedepannya, lanjut Nipha berharap , setelah kerjasama ini disepakati diharapkan ada program – program antar lembaga semisal pertukaran mahasiswa, maupun dosen bisa dilaksanakan. ” Agar semakin kaya warna dalam pengembangan maupun penggalian di masing – masing sekolah seni di masa mendatang ,” tandasnya.

Sementara itu Wakil Rektor  Ketut Garwa mengakui keragaman alat musik di Kampus Bunditpatanasilpa sangat kompleks. ” Saya pernah berkunjung kesana, yang populer memang seni rupanya , namun untuk seni pertunjukan yang baik alat musik tarian yang sangat kompleks, ” ungkapnya.

Disana kata Garwa, jenis jenis kesenian baik senirupa dan seni pertunjukannya memang memiliki kesamaan tafsir.  ” Melalui kerjasama ini mudah- mudahan  akan ada sebuah ikatan atau jalinan yang sama – sama memberi andil bagi peningkatan pengetahuan maupun pengembangan lembaga seni kedepannya,” pungkasnya

Tata Rias Tari Baris Tunggal Dari Perspektif Kritik Seni

Kiriman : I Made Rianta ( Mahasiswa Program Studi Pascasarjana Institut Seni Indonesia Denpasar )

Abstrak

Tari Baris Tunggal merupakan sebuah pertunjukan tari yang mempunyai fungsi sebagai hiburan atau balih-balihan dan tidak memiliki keterikatan dengan upacara keagamaan. Tarian tersebut awalnya ditarikan oleh seorang penari laki-laki, namun dalam perkembangannya tarian ini juga ditarikan oleh perempuan. Tata rias yang dipergunakan pada tari Baris Tunggal adalah tata rias dengan karakter keras, sedangkan tata busana menggunakan busana awiran yang menjadi ciri khas dari tari Baris pada umumnya. Dalam pementasannya tari Baris Tunggal menggunakan gerak yang cukup komplit, karena merupakan tarian dasar yang diajarkan kepada seseorang (laki-laki), yang ingin belajar menari. Tarian ini menggambarkan kegagahan seorang prajurit. Dilihat dari strukturnya, tari Baris Tunggal terdiri atas tiga stuktur, yakni: gilak, bapang dan gilak. Pertunjukan ini berdurasi kurang lebih 12 menit yang biasanya diiringi oleh gamelan Gong Kebyar yang dapat memberikan tekanan-tekanan pada setiap gerakannya. Kritik terhadap tari Baris Tunggal yang ditarikan oleh seorang wanita, adalah pada gerakan nengkleng (angkat kaki), yang kurang etis dilakukan oleh seorang penari Baris Tunggal wanita.    

Kata kunci: Laki-laki, Karakter keras, Perempuan, Kritik, Nengkleng.

Selengkapnya dapat unduh disini

Fenomena dan Dampak Arus Globalisasi Terhadap Perkembangan Kesenian Joged Bumbung

Kiriman :  I Nyoman Mariyana ( Mahasiswa Pascasarjana (S2) ISI Denpasar )

Joged Bumbung

Gamelan joged bumbung adalah sebuah barungan gamelan yang dipergunakan untuk mengiringi tarian joged bumbung, sebuah tari pergaulan yang ada di Bali. Dalam tarian ini,  seorang penari wanita berhiaskan sejenis legong menjawat (memilih) seorang penonton untuk di ajak menari. Gamelan joged bumbung disebut juga gamelan grantangan, karena pokok-pokok instrumennya adalah grantang yaitu gender yang terbuat dari bambu, berbentuk bumbung dan memakai laras selendro lima nada. Larasnya serupa dengan gamelan gender wayang. Dalam buku Evolusi Tari Bali, gamelan joded bumbung disebutkan “bumbung” berarti tabung (bamboo), sebuah istilah untuk memberikan nama kepada seperangkat gamelan joged. Dalam hal ini ialah gamelan joged bumbung (proyek panggilan/pembinaan seni budaya klasik/tradisional dan baru). Bila dilihat dari instrumentasinya, gamelan Joged Bumbung terdiri dari berbagai instrumen diantaranya ;

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...