Pelacakan Alumni/Tracer Study 2018

Pusat Penjaminan Mutu (PPM) Institut Seni Indonesia Denpasar melaksanakan Pelacakan Alumni/Tracer Study 2018. Untuk itu dimohonkan kepada segenap alumni ISI Denpasar lulusan tahun 2016, agar berpartisipasi dalam pengisian data tersebut. Atas keikutsertaannya dalam pengisian formulir Tracer Study ini, PPM ISI Denpasar mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

Form Tracer Study Tahun 2018

ISI Denpasar optimistis hadapi revolusi industri 4.0

ISI Denpasar optimistis hadapi revolusi industri 4.0

Denpasar (Antaranews Bali) – Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha menyatakan optimistis para lulusannya akan siap menghadapi era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan masuknya dunia digital dan internet ke dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat.

“Sebagai perguruan tinggi unggul, ISI Denpasar harus siap menghadapi Revolusi Industri 4.0 ini, termasuk akan masuknya perguruan tinggi asing ke Indonesia,” kata Rektor ISI Denpasar saat menyampaikan sambutan pada Wisuda Sarjana ke-20 ISI Denpasar di Denpasar, Rabu.

Menurut dia, meskipun Revolusi Industri 4.0 ditengarai akan banyak pekerjaan manusia yang digantikan dengan mesin dan robot, ISI Denpasar tetap memiliki keuntungan.

“Untungnya, karena basis Revolusi Industri 4.0 itu adalah kreativitas dan juga kewirausahaan. Di situ ISI Denpasar akan memiliki keuntungan, artinya kegiatan kreatif itu tidak bisa di dalamnya dilepaskan ada olah rasa dan olah logika, sementara olah rasa itu sulit dilakukan oleh mesin,” ucapnya.

Oleh karena itu, lanjut Prof Arya, pihaknya terus mengembangkan daya kreatif mahasiswa dalam menghadapi zaman Revolusi Industri 4.0 sehingga tenaganya akan tetap diperlukan meskipun sudah ada mesin dan robot.

“Misalnya untuk membuat garis dan warna, mesin mungkin bisa, tetapi tidak akan bisa membuat seberapa lekukan sesuai dengan ekspresi. Padahal dalam seni, yang penting ekspresi seni dan rasa, ini yang tidak akan mampu disaingi oleh mesin manapun dan secanggih apapun,” ucapnya.

Meskipun seni mengutamakan olah rasa, dia tidak menafikan penggunaan teknologi. Pihaknya justru menyinergikan atau berdialektika dengan teknologi dan juga internet, karena memang sangat dibutuhkan untuk saling mengisi.

Prof Arya menambahkan, bidang seni dan desain sebagai basis keilmuan di ISI Denpasar menekankan dialektika antara rasio, rasa, dan intuisi. “Jadi, alangkah indahnya nanti teknologinya canggih, kemudian olah rasanya juga canggih,” ujarnya.

Oleh karena para mahasiswa ISI Denpasar sudah dibekali kemampuan yang komprehensif yakni teori, praktik, dan bahkan mata kuliah kreativitas, sehingga diyakini lulusannya tidak akan kalah bersaing.

“Pendidikan di ISI Denpasar berpedoman pada ekosistem seni yang saling mengisi, sehingga lulusan lebih diarahkan untuk mampu menciptakan dibandingkan mencari pekerjaan. Untuk itu, ISI Denpasar selalu mengembangkan program strategis agar mampu menjawab tantangan berbagai zaman,” ucapnya.

Dalam acara tersebut, ISI Denpasar melepas 78 orang lulusan, yakni 7 orang berasal dari program Pascasarjana (S2) Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni, dan 71 orang lainnya yang berasal dari Fakultas Seni Pertunjukan, serta Fakultas Seni Rupa dan Desain yang mengambil program S1 dan Diploma 4. 

ISI Denpasar Gelar Donor Darah di Bulan Kasih Sayang

ISI Denpasar Gelar Donor Darah di Bulan Kasih Sayang

Seluruh komponen masyarakat dan civitas akademik Insitut Seni Indonesia (ISI) Denpasar memaknai Hari Kasih Sayang dengan melakukan donor darah. Dari 58 orang terdaftar, hanya 33 orang yang lolos menyumbangkan darahnya. Mereka terdiri dari mahasiswa, dosen, masyarakat umum dan Rektor ISI Denpasar terlibat dalam aksi sosial itu. Donor darah kerjasama UKM Palang Merah Remaja (PMI) ISI

Seluruh komponen masyarakat dan civitas akademik Insitut Seni Indonesia (ISI) Denpasar memaknai Hari Kasih Sayang dengan melakukan donor darah. Dari 58 orang terdaftar, hanya 33 orang yang lolos menyumbangkan darahnya. Mereka terdiri dari mahasiswa, dosen, masyarakat umum dan Rektor ISI Denpasar terlibat dalam aksi sosial itu. Donor darah kerjasama UKM Palang Merah Remaja (PMI) ISI Denpasar dengan PMI Provinsi Bali itu berlangsung di kampus setempat, Selasa (27/2).

Rektor, Prof. Dr I Gede Arya Sugiartha mengatakan, kegiatan donor darah ini rutin digelar dalam setiap tahunnya. Dirinya mengaku sudah dua kali ikut kegiatan donor darah ini. “Donor darah itu sangat penting bagi kesehatan. Dengan ikut donor darah, secara tidak langsung akan diketahui kondisi atau kesehatan tubuh kita. Apakah dalam keadaan sakit atau sehat karena diawali dengan cek dulu,” ungkapnya.

Prof. Arya kemudian mengajak seluruh komponen di lingkungan kampus ikut donor darah sebagai bentuk peduli kepada masyarakat yang membutuhkan.“Setiap pemangku kepentingan di Senat Mahasiswa ISI Denpasar mesti mengoptimalkan program kerja. Program kerja seperti donor darah harus dilaksanakan secara berkelanjutan,” imbuhnya.

Senat Mahasiswa ISI Denpasar akan mengadakan donor darah pada Dies Natalis ISI Denpasar pada Juni 2018 mendatang. Namun demikian, pihaknya belum bisa memastikan apakah mengundang masyarakat umum atau warga kampus.

Ketua Senat Mahasiswa ISI Denpasar, Ovika Aisanti mengatakan akan mengadakan donor darah pada Dies Natalis ISI Denpasar pada Juni 2018 mendatang. Targetnya 100 peserta dalam aksi donor darah Dies Natalis itu. Pihaknya berharap, seluruh warga kampus di ISI Denpasar dapat berpartisipasi. “Untuk tahun lalu pesertanya 50 orang termasuk tahun ini sekitar 50 orang lebih,” jelas Ovika.

ISI Denpasar bantu pemetaan kesenian Kabupaten Badung

ISI Denpasar bantu pemetaan kesenian Kabupaten Badung

Denpasar  – Institut Seni Indonesia Denpasar menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Badung untuk melakukan penelitian dan memetakan kesenian di kabupaten terkaya di Pulau Bali itu.

“Nantinya dari hasil pemetaan itu akan dilanjutkan dengan pembuatan `blue print` pengembangan kesenian Kabupaten Badung, yang dapat dipakai sebagai pedoman bupati dalam merancang program pengembangan kesenian,” kata Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha usai penandatanganan kerja sama dengan Bupati Badung, di Kampus ISI Denpasar, Senin.

Menurut Prof Arya, secara umum kerja sama yang ditandatangani dengan Pemkab Badung menyangkut bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. 

Dia mencontohkan, sekitar bulan Juli-Agustus 2018 akan dilakukan kuliah kerja nyata (KKN) ISI Denpasar dalam pengembangan dan pembinaan kesenian.

“Keahlian yang kami miliki, itulah yang kami tawarkan, apalagi sejumlah infrastruktur pendukung kesenian juga sudah sangat baik di Kabupaten Badung seperti balai banjar dan perangkat gamelan, sekarang tinggal kami yang membantu untuk mengisi. Terlebih berbagai sanggar seni di sana, sebagian besar didirikan oleh alumni ISI Denpasar,” ucapnya.

Prof Arya menambahkan, pihaknya pun akan mendukung dalam pembuatan kurikulum karena ISI Denpasar berkomitmen lewat seni bisa membantu untuk meningkatkan kualitas tatanan masyarakat.

Terkait dengan pemetaan kesenian, lanjut dia, diantaranya dengan melihat apa saja potensi kesenian di Kabupaten Badung, termasuk kondisinya.

“Kan tidak jarang ada kesenian langka yang sumber nilainya berharga dan mau punah, sehingga kami petakan dulu. Kemudian jenis kesenian yang ada, mana yang sudah eksis dan belum. Untuk kesenian yang langka, akan direkonstruksi atau dibangkitkan kembali. Itu kami gunakan untuk blue print,” ujarnya.

Kabupaten Badung, tambah dia, sengaja dijadikan percontohan, karena dipandang bahwa Bupati Badung sangat merespons tawaran kerja sama ISI Denpasar. “Mudah-mudahan bupati yang lain juga begitu. Tetapi kalau bupatinya tidak mau, ya kami susah, intinya bupati harus merespons,” kata Prof Arya Sugiartha.

Sementara itu, Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menyatakan juga siap untuk mendukung sepenuhnya kegiatan ISI Denpasar terkait dengan pembelajaran, penelitian, dan kemasyarakatan, termasuk jika dibutuhkan bantuan gong dan fasilitas gedung.

Giri Prasta mengatakan dukungan tersebut sejalan dengan komitmen awalnya semenjak menjadi calon bupati yang mengangkat pola pembangunan semesta berencana dengan konsep terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatan, jaminan sosial tenaga kerja, dan penguatan adat, agama, tradisi, seni dan budaya.

“Adat, agama, tradisi, seni dan budaya juga harus terus dilestarikan dan dipertahankan,” ucapnya.

Di sisi lain, Giri Prasta mengatakan pihaknya rutin memberikan bantuan gong agar generasi muda tidak sampai terjerumus dengan penyalahgunaan narkotika dan ikut geng motor, karena aktivitasnya telah diarahkan pada kegiatan kesenian.

Tahun Saka Dalam Kebudayaan Bali

Kiriman : I Gede Mugi Raharja ( Dosen FSRD Institut Seni Indonesia Denpasar )

Abstrak

Pemberlakukan tahun Saka di Indonesia merupakan peristiwa sejarah tentang kedatangan Pendeta Aji Saka dari India ke Pulau Jawa. Peristiwa sejarah ini kemudian diberi cerita tambahan, sehingga menjadi sebuah legenda. Legenda inipun bercampur lagi dengan tambahan pendewaan tokoh, sehingga ia menjadi mitos. Pendeta Aji Saka adalah keturunan bangsa Saka dari Kshtrapa Gujarat (India). Tiba di Pulau Jawa dan mendarat di Desa Waru, Rembang (Jawa Tengah) pada 456 Masehi. Sejak kedatangan Pendeta Aji Saka di tanah Jawa, diberlakukanlah Tahun Saka di Nusantara. Pemberlakuan tahun Saka telah dimulai sejak Raja Kanishka I naik tahta pada 78 Masehi. Raja Kanishka I adalah raja dari dinasti Kushana (Kuei-shuang), keturunan dari bangsa Yueh-chi di Turkestan. Setelah mengalahkan bangsa Saka di Baktria, bangsa Kushana menetap di Baktria dan memberlakukan tahun Saka sebagai penanggalan resmi kerajaannya. Pemberlakuan tahun Saka oleh Raja Kanishka I, merupakan sikap hormat dan simpati kepada suku bangsa Saka yang telah memiliki tradisi penanggalan sejak 58 SM. Pelaksanaan Tahun Baru Saka di Indonesia, khususnya di Bali, dilakukan setelah  pelaksanaan upacara kurban suci pada tilem sasih kesanga (bulan mati pada Maret). Upacara ini adalah untuk mengharmoniskan unsur-unsur alam (bhuta). Oleh karena itu, perayaan Tahun Baru Saka dimulai dengan aktivitas “menyepi” tanpa aktivitas setelah alam di-nol-kan melalui upacara tawur tilem sasih kesanga. Perayaan tahun Baru Saka inilah yang disebut Hari Raya Nyepi. Tahun Saka juga dicantumkan pada saat pembuatan karya seni atau bangunan pada masa Bali kuno sampai era Bali madya (sebelum era kolonial), yang disebut pasasangkalan.

Kata Kunci: Aji Saka, Kanishka, Tawur, Nyepi, Pasasangkalan.

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...