ISI Denpasar mantapkan keahlian mahasiswa dalam seni ukir tulang

ISI Denpasar mantapkan keahlian mahasiswa dalam seni ukir tulang

Sumber : https://bali.antaranews.com/berita/167335/isi-denpasar-mantapkan-keahlian-mahasiswa-dalam-seni-ukir-tulang

Denpasar (ANTARA) – Sivitas akademika ISI Denpasar mengadakan lokakarya/workshop dengan menghadirkan seniman ukir dari Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, untuk memantapkan keahlian mahasiswa dalam seni mengukir tulang menggunakan teknik atau alat foredom.

“Biasanya foredom ini digunakan untuk mengukir atau membuat benda-benda yang kecil dan unik. Dengan kegiatan ini, kami harapkan dapat meningkatkan kreativitas dan keterampilan mahasiswa agar tidak saja ahli menggunakan pahat,” kata Sekretaris Panita Workshop yang juga akademisi ISI Denpasar I Ketut Sida Arsa, di Denpasar, Sabtu.

Pada kegiatan pelatihan yang diikuti para mahasiswa semua tingkatan dari Prodi Kriya ISI Denpasar itu, foredom digunakan untuk mengukir tulang sapi. “Tulang sapi yang diukir ini telah melalui proses perebusan sehingga aman dan higienis dipakai sebagai produk kerajinan,” ucapnya.

Oleh karena foredom itu ukuran mesinnya kecil, lanjut Sida Arsa, sehingga pemanfaatannya bukan untuk produk kerajinan skala besar, tetapi khusus untuk produk cinderamata dan aksesoris.

Mesin ukir foredom tidak saja dapat dimanfaatkan untuk mengukir tulang, tetapi bisa dimanfaatkan hampir di semua material seperti dalam media kayu hingga tempurung kelapa. Yang belum pernah digunakan untuk mengukir keramik karena tingkat kekerasannya tinggi dan juga getas.

“Kami memang melibatkan mahasiswa di semua angkatan, tetapi untuk workshop ini kami pilih. Untuk berikutnya, kami harapkan mereka dapat menularkan keahliannya dalam penguasaan alat pada rekan-rekan mahasiswa lainnya,” ujar Sida Arsa.

Dengan mahasiswa lebih banyak menguasai alat untuk mengukir di berbagai media, diharapkan bisa diterapkan pula pada mata kuliah yang ada. Apalagi kegiatan pelatihan dibimbing langsung seniman ukir tulang Dewa Ketut Kenak dan Dewa Komang Drika dari Tampaksiring, Gianyar.

Dalam kegiatan “workshop” yang berlangsung selama dua hari, 25-26 Oktober 2019 itu terlihat mahasiswa sangat antusias mengukir di atas media tulang sapi menggunakan foredom.

Sumbangan Pemikiran Slamet Rahardjo Pada Seni Perfilman di Era Industri 4.0

Disarikan oleh I Gede Mugi Raharja (Dosen S1, S2 dan S3 di ISI Denpasar ISI Denpasar)

Abstrak

Telah terjadi perubahan paradigma berpikir sebagai konsekwensi kemajuan peradaban. Kemajuan teknologi yang pesat telah mengarahkannya pada pilihan dalam kehidupan berkesenian ke teknologi digital. Kebenaran-kebenaran lama harus dikaji ulang, untuk menyiasati kenyataan yang menawarkan kebenaran baru. Era analog segera ditinggalkan dan berganti menjadi era digital. Untuk memertahankan kehidupan berkesenian, keyakinan bahwa manusia adalah makhluk mulia karena diberkahi imajinasi, harus dimunculkan lagi ke atas permukaan pemikiran. Kemajuan teknologi yang sangat pesat, telah mengarahkan pada pilihan dalam kehidupan berkesenian. Jika kita meyakini hal itu dan dijadikan pegangan keimanan dalam berkarya, maka rasa khawatir pada kebenaran baru tidak perlu ada, karena pada hakikatnya imajinasi adalah survive. Menghadapi perubahan teknologi Revolusi Industri 4.0 yang terjadi saat ini, perlu berpegang pada Nasihat Empu Filsafat Ronggowarsito, jangan mudah heran, jangan kagetan dan jangan memanjakan diri dalam melihat perubahan. Semua seniman sudah tahu dan meyakini, bahwa kebudayaan itu bergerak dan tidak statis, perubahan merupakan keniscayaan.

Kata Kunci: Analog, Digital, Survive, Ronggowarsito, Perubahan.

 

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...