Perkuat Pemberdayaan Pendidikan, Badan Penjaminan Mutu ISI Denpasar Gelar Pelatihan Pembuatan Buku Ajar

Perkuat Pemberdayaan Pendidikan, Badan Penjaminan Mutu ISI Denpasar Gelar Pelatihan Pembuatan Buku Ajar

buku ajarKiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS. Tv dan Film ISI Denpasar).

Denpasar- ISI Denpasar sebagai lembaga pendidikan seni tidak henti-hentinya melakukan peningkatan terhadap aspek tri darma perguruan tinggi. setelah beberapa waktu lalu ISI Denpasar mengadakan pameran dan seminar hasil penelitian, pada tanggal 22 November 2013, bertempat di gedung Citta Kelangen lantai II ISI Denpasar, Badan Penjaminan Mutu (BPM) ISI Denpasar menggelar pelatihan pembuatan buku ajar kepada para dosen. Sebanyak 30 dosen dari dua fakultas yaitu Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) dan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) mengikuti pelatihan selama 5 hari dari tanggal 22 November hingga 28 November 2013.

Acara dibuka oleh Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum. diihadiri pula para pembantu rektor dan dekan beserta jajarannya. Dalam sambutannya, rektor menyampaikan bahwa ISI Denpasar selama 4 tahun program kedepan, lebih fokus pada penguatan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Kegiatan pembuatan buku ajar adalah salah satu dari program penguatan dalam bidang pendidikan.Buku ajar sangat penting dalam pelasanaan proses pembelajaran, karena kita akan memiliki panduan selama proses pembelajaran berlangsung, mahasiswa pun terbantu untuk menghasilkan kualitas pembelajaran yang baik dan berkualitas.  “Kegiatan sebagai realisasi untuk mewujudkan visi ISI Denpasar sebagai center of excellent tahun 2017, karena jika ingin menjadi pusat unggulan maka semua bidang khususnya tri darma harus unggul” ujar Dr. Arya. Pihaknya juga akan berupaya memberikan hibah setiap tahun untuk pembuatan buku ajar.

Semantara Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) ISI Denpasar Dr. Drs. I Gusti Ngurah Ardana, M.Erg yang dalam kesempatan tersebut sebagai ketua panitia melaporkan bahwa ini merupakan kehormatan bahwa ISI Denpasar bisa berkolaborasi dengan Badan Penjaminan Mutu (BPM) Universitas Udayana untuk program pelatihan ini. Adapun instruktur yang memberikan pelatihan adalah Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU, Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr., Sc., Ph.D, Ir. Ida Bagus Wayan Gunam, MP., Ph.D, Dr. Hapsari Mahatmi, MP dan Prof. Ny. Suarnasa. Dalam pelatihan buku ajar juga diisi dengan pelatihan penulisan jurnal ilmiah, penulisan panduan/ modul praktikum yang hasilnya dipresentasikan per kelompok. Dr. Ardana menambahkan bahwa pelatihan buku ajar ini sebagai upaya dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, paedagogi dan penilaian.

Perjalanan  ISI Denpasar ke Amerika Serikat

Perjalanan ISI Denpasar ke Amerika Serikat

CSC_0219Kiriman: I Nyoman Windha (Dosen PS. Karawitan ISI Denpasar).

Amerika-Popularitas Gamelan Bali dan Jawa di Amerika Serikat meningkat drastis sejak 30 tahun yang lampau. Hal ini disebabkan juga oleh karena gamelan telah menjadi mata pelajaran utama di Universitas, Institut dan lembaga kesenian lainnya di 27 negara di Dunia. Di USA sendiri kini diperkirakan ada sebamyak 200 gamelan yang aktif mengadakan pelajaran dan pementasan . Selain gamelan Bali dan jawa, musik daerah lainnya dari Indonesia juga dipelajari secara intensif.

Terkait dengan pertumbuhan gamelan yang begitu pesat di luar Indonesia, salah satu masalah yang muncul adalah kurangnya forum-forum ilmiah yang bisa mendiskusikan mengenai gamelan dan kesenian Indonesia lainnya. Forum semacam ini sangat dibutuhkan untuk membangun dialog dengan dunia luar dan mempertebal kecintaan orang asing terhadap gamelan dan kesenian Indonesia lainnya. Hal ini akan memiliki konsekuensi  pada peningkatan preservasi dan kreativitas dalam gamelan baik di dalam  maupun di luar negeri.

 DSC_0353

Sebagai langkah antisipasi terhadap masalah ini, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington D.C. menyelenggarakan sebuah  “International Seminar and Festival of Indonesian Music” yang berlangsung di Musium Smithsonian mulai tanggal 27 Oktober – 3 Nopember 2013. Seminar dan Festival itu langsung dipimpin oleh Bapak Haryo Winarso, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, KBRI Washington D.C., dibantu oleh Prof. Andrew Clay McGraw dan Prof. Sumarsam, dua orang ahli Ethnomusikologi yang berasal dari Richmond University dan Wesleyan University, bertindak sebagai kurator seminar dan festival tersebut.

Untuk mensukseskan seminar dan festival tersebut, pihak panitia mendatangkan 3 grup kesenian dari Indonesia yaitu grup ISI Denpasar, Grup Dinas Kebudayaan Yogyakarta, dan grup ISI Padang Panjang. Misi Kesenian ISI Denpasar yang langsung dipimpin oleh Rektor Dr. I Gde Arya Sugiartha, SSKar, M.Hum , hanya beranggotakan 10 orang seniman yang terdiri dari 5 orang penabuh, 4 orang penari dan seorang dalang. Untuk dapat mencapai penampilan yang prima dalam peristiwa Internasional itu, misi kesenian ISI Denpasar mendapat bantuan penabuh dari seniman-seniman Bali yang tinggal di Amerika Serikat seperti I Ketut GdeAsnawa, Nyoman Wenten, Nyoman Suadin, I Made Lasmawan, I Nyoman Saptanyana, I Putu Tangkas Hiranmayena, I Putu Krisna Saptanyana, dan Dewa Supanida   seorang alumnus ISI Denpasar sekarang  dosen ISI Padang Panjang  yang ikut rombongan ISI Padang Panjang

 DSC_0483

“International Seminar and Festival of Indonesian Music” menampilkan 12 grup gamelan dari Indonesia dan Amerika Serikat, yaitu gamelan Anklung dari  Bacnell University, Gamelan Semarandana dari Richmond University, gamelan Jawa dari Weslayen University, gamelan Bali Lightbulb,  gamelantron Bali Project, dan gamelan Semar Pagulingan dari Cal Arts. Semua pementasan mendapat apresiasi yang tinggi dari masyarakat Washington D.C.

Misi Kesenian ISI Denpasar yang tampil di Smithsonian Institute’s Freer, Sackler and International Galleries Washington D.C.  tanggal 2 Nopember 2013 menampilkan tabuh Jaya Semara, Tari Kebyar Duduk, Tari Legong Kuntul, Tari Taruna  jaya, dan garapan kreasi baru pewayangan berjudul “Sutasoma.”   Pertunjukan Wayang Kulit yang dipadukan dengan dramatari Bali itu disutradarai oleh I Gusti  Putu Sudarta dengan penata iringan I Nyoman Windha. Pementasan yang dihadiri kurang lebih 300 orang penonton berjalan sangat sukses dan mendapat standing ovation dari penonton.

 DSC_0509

Selain melakukan pementasan, ISI denpasar juga ikut dalam acara-acara workshop gamelan dan tari, termasuk ikut mendukung suksesnya loka karya tari janger Bali yang dipimpin oleh Dr. Swasthi Wijaya, mantan dosen ISI denpasar yang kini mengajar di gamelan dan tari di USA. Janger yang ditampilkan dalam loka karya tersebut merupakan janger gaya Singapadu yang juga pernah diajarkan di ISI Denpasar era 1980-an

Dalam “International Seminar and Festival of Indonesian Music”  itu juga tampil 27 pemakalah yang membahas perkembangan dan kemajuan gamelan di Amerika Serikat. Dari Bali tampil 4 orang pembawa makalah yaitu Dr. I Gde arya Sugiartha, SSKar, M.Hum, dengan makalah berjudul “Creativity of New Balinese Music Composition”,  Prof. Dr. I Made Bandem dengan makalah yang berjudul “Cross Cultural Teaching of Balinese Music and Dance.” Prof. Dr. I Nyoman Wenten dengan makalah “ Pak Cokro, Planting Seeds, Teaching gamelan in the United States.” Dan I Putu Tangkas Hiranmayena dengan makalah “Math Core and Gamelan Gong Kebyar.”  Seminar dan festival Gamelan Internasional itu  mampu memetakan pertumbuhan gamelan dan kesenian Indonesia di USA dan melihat kecenderungan  bahwa dimasa mendatang  selain para musikus dunia tertarik untuk mempelajari gamelan tradisi dari perspektif filosofi, etika, dan estitika, juga mulai berkembangnya gamelan eksperimental berupa karya hybrid dan fusion yang berlandaskan estitika global.

Usai mengikuti seminar dan festival di Washington D.C., Misi Kesenian ISI Denpasar melanjutkan perjalanan ke Worcester Massachusetts untuk merintis kerjasama antara ISI Denpasar dengan College of the Holy Cross. Pertemuan antara Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gde Arya Sugiartha, SSKar, M.Hum dengan College Dean of the Holy Cross, Prof Freije yang didampingi oleh senior Professor Lynn Kremer dari Theater Departement membahas MOU kedua kampus itu dan telah merencanakan kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. College of the Holy Cross adalah salah satu kampus liberal Arts Education di Negara Bagian Massachusetts yang didirikan tahun 1848 memiliki program gamelan dan tari Bali sejak tahun 1994. Kini 2 orang mantan dosen ISI Denpasar, Dr. Swasthi Wijaya  dan Prof. Dr. I Made Bandem menjadi dosen di kampus tersebut.

Selain membahas MOU kerjasama dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi, misi  kesenian ISI Denpasar juga melakukan workshop dan pementasan di College of the Holy Cross. Workshop dilaksanakan bersama mahasiswa gamelan sebanyak 25 orang dan mahasiswa tari 20 orang. Dalam workshop yang dipimpin bersama oleh Swasthi Wijaya, I Gde Arya Sugiartha, I Ketut Garwa, dan I Nyoman Windha mempelajari tari kecak, Janger, dan  gending-gending Gong Kebyar.  Workshop dilanjutkan dengan pementasan singkat dari tim kesenian ISI Denpasar dengan menampilkan  tabuh Blaganjur, tari kebyar  Trompong, Legong Kuntul dan Taruna Jaya. Atas permintaan penonton, 5 orang seniman ISI Denpasar, I Gde Arya Sugiartha, I Ketut Garwa, I Nyoman Windha, Swasthi Wijaya, dan I Made Bandem mendemonstrasikan sinkopasi, staccato dan kerumitan vokal Kecak Bali. Penampilan mereka diapresiasi puluhan mahasiswa dan guru besar musik, tari dan teater dari College of the Holy Cross.

Usai penampilan di  College of the Holy Cross, misi kesenian ISI Denpasar juga mengadakan perlawatan    dan pergelaran ke Fichburg Worcester yaitu di Applewild School, dan pementasan itu dihadiri oleh kurang lebih 200 orang siswa SD dan SMP. untuk menanamkan pengertian yang lebih mendalam terhadap kesenian Bali, Lynn Kremer, Swasthi Wijaya dan I Made bandem telah seminggu sebelumnya mendahului memberikan workshop tentang kesenian Bali, termasuk mengajarkan teater pewayangan Bali terhadap anak-anak Applewild School itu. Teater wayang kulit  Bali yang digarap untuk para siswa itu bertemakan “Gecko’s Complain atau Toke mengeluh , sebuah cerita yang cukup populer dikalangan masyarakat Bali.”

Sementara 9 orang dari grup ISI mengadakan kunjungan ke  Werchester untuk memenuhi undangan dari  College of the  Holy Cross, salah satu  dari anggota rombongan  I Gustu Putu Sudartha  diutus oleh Bapak Rektor ISI  Denpasar untuk memberikan  workshop di Universty Of Richmond atas undangan dari  Andrew McGraw associate Professor di  Music Departement University of Richmond. Inj eurupakan langkah awal untuk merintis hubungan  kerja sama  antara ISI Denpasar dengan University of Richmond.

“Ku Tak Sabar” Penampilan Gus Teja Memukau ASI 2013

“Ku Tak Sabar” Penampilan Gus Teja Memukau ASI 2013

gus tejaKiriman: Ni Putu Astrini, Ni Kadek Oka Aryanti, I KadekAnggaDwi Putra, dan I Gusti Ayu Agung Aryawaningrat P. (Mahasiswa Tv dan Film ISI Denpasar).

Denpasar- Pembukaan Art Summit yang ke 7 berlangsung secara spektakuler di Bali, tepatnya di Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar pukul 19.00 wita malam kemarin(8/10). Pembukaan festival dan seminar internasional pada pertunjukan seni  kontemporer yang bertajuk Art Summit Indonesia (ASI) 2013 berlangsung di empat tempat yang berbeda yaitu Bali, Jakarta, Yogyakarta dan Surakarta. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Republik Indonesia, Mari Elka Pangestu juga hadir dalam pembukaan Art Summit ini. Selain itu suasana semakin klasik karena para undangan termasuk menteri mengenakan pakaian batik cirikhas bangsa Indonesia.Tidak hanya itu para undangan juga di suguhkan papertunjukan dari beberapa seniman kontemporer, salahsatunya Agus Teja Sentosa atau yang lebih akrab disapa Gus Teja.

Pada pembukaan ASI, alumni ISI Denpasar tahun 2005 ini menampilkan musik kontemporer berjudul Ku Tak Sabar, yang bertemakan cinta dibalut nuansa humor yang menggelitik khusus diciptakan untuk acara Art Summit 2013. Beliau menegaskan musik Ku Tak Sabar terinspirasi dari kerinduan yang tak tertahankan, lama tak berjumpa dengan pujaan hati dan beliau mengungkapkan perasaan itu dalam sebuah karya musik dengan nuansa humor yang menggelitik. Beliau dengan ketiga personilnya mengaku sangat bersemangat untuk turut ikut serta dalam mengisi acara ini. Dengan alat musik yang dibilang tidak biasa, Gus Teja bereksperimen dengan peralatan ibu rumah tangga seperti baskom, gelas, gayung dan sebagainya yang tak lasim digunakan untuk bermain musik pada umumnya yang mampu memukau penonton yang hadir malam itu.

Namun dibalik penampilannya, beliau mengungkapkan ada beberapa kendala yang di hadapi saat melakukan gladi yaitu masalah sulitnya mengatur waktu karena para personil Gus Teja mempunyai kesibukan masing-masing dan kurangnya profesionalitas dari pihak panitia saat pementasan yang berlangsung terlambat.“Dengan adanya Art Summit ini menjadi wadah para seniman untuk berkarya dan menampilkan karyanya pada orang banyak agar seni menjadi lebih bergairah”, tutur Gus Teja.

Jay Shita, Tarian Kontemporer Tentang Kesetaraan Gender

Jay Shita, Tarian Kontemporer Tentang Kesetaraan Gender

jaysitaKiriman: Galih Seta Dananjati, I Gusti Komang Bagus Dharma Putra, Moch. Zulfiqar R.A., I Putu Kurniawan Adi Putra (Mahasiswa PS TV dan Film ISI Denpasar)

Denpasar- Dalam penyelenggaraan Art Summit Indonesia VII pada Selasa (8/10) kemarin, ISI Denpasar mementaskan sebuah tarian kontemporer yang berjudul “Jay Shita”. Jay sendiri diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti kesucian atau keagungan, sedangkan Shita merupakan nama dari istri Rama yang seorang tokoh pewayangan. Tarian yang menceritakan tentang sosok perempuan yang kuat dalam menghadapi berbagai macam diskrimansi oleh pihak laki-laki ini melibatkan sepuluh penari, yaitu lima penari laki-laki dan lima penari perempuan. Dari segi musik, tarian kontemporer ini diiringi oleh kolaborasi antara alunan gamelan Bali dengan alunan biola yang dikemas secara kontemporer. Tarian ini pun menjadi pementasan pamungkas yang sukses menutup acara pada malam itu

Pementasan kali ini pun dibuat lebih menawan dengan penggunaan teknologi video mapping, yaitu teknologi visualisasi grafis video pada sebuah obyek. Hal ini terbukti ketika beberapa bagian tarian yang menampilkan teknologi ini membuat para penonton yang menyaksikan selalu dibuat berdecak kagum. Seperti pada adegan ketika Shita berusaha dibakar dimana video mapping menampilkan visualisasi nyala api pada keseluruhan latar panggung yang bertempat di gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Tak heran apabila persiapan yang dilakukan kelompok ini terbilang cukup lama, yaitu selama sekitar satu bulan. Surya Oka, selaku pencipta tarian ini juga menuturkan tidak ada kendala yang berarti dalam persiapan pementasan kali ini, hanya kendala menyamakan waktu mengingat para penari tetap harus menjalani proses perkuliahan.

Koreografer Surya Oka saat diwawancara

Koreografer Surya Oka saat diwawancara

Ketika ditanya mengenai makna yang terkandung dalam tarian ini, Surya Oka menuturkan sengaja mengangkat isu kesetaraan gender dalam pementasan tarian Jay Shita kali ini. Beliau merasa bahwa kaum perempuan sampai saat ini masih sering mendapatkan diskriminasi dalam berbagai hal. “Yang ingin saya sampaikan kepada penonton pada pementasan kali ini adalah bagaimana pun juga wanita harus tetap menjaga kesucian dan keagungannya” ungkap pria yang juga mengajar sebagai dosen di ISI Denpasar ini.

Tim Monev ISBI Pusat Memonitoring Perkembangan Pendirian ISBI Tanah Papua

Tim Monev ISBI Pusat Memonitoring Perkembangan Pendirian ISBI Tanah Papua

IMG_2811Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS. Tv dan Film).

Denpasar- Usaha pemerintah untuk mendirikan Institut Seni dan Budaya (ISBI) terus bergulir. Pemerintah menugaskan empat perguruan tinggi seni yang ada di Indonesia yaitu ISI Denpasar, ISI Yogyakarta, ISI Surakarta dan ISI Padang Panjang untuk mendirikan ISBI di Aceh, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. ISI Denpasar mendapat mandat untuk mendirikan ISBI di Papua. Guna melakukan monitoring terkait perkembangan terkini pendirian ISBI di empat daerah tersebut, maka Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) ISBI dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI melakukan focus group disscusion (FGD) ke masing-masing perguruan tinggi. Selain itu monitoring juga bertujuan untuk mengungkapkan kendala yang dihadapi selama peroses pendirian ISBI. Tim Monev dari Kementrian dipimpin oleh Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A sebagai Plt. Staf Ahli Kemendikbud Bidang Budaya dan Psikologi Pendidikan. Sementara anggota Tim Monev ISBI Pusat terdiri dari staf Kemendikbud, Dikti dan dari beberapa dosen dari perguruan tinggi di Indonesia.

IMG_2783Tim Monev ISBI sudah melakukan monitoring ke ISI Jogja dan ISI Surakarta. Monitoring yang ketiga terhadap ISI Denpasar yang mendapat tugas untuk mendirikan ISBI di Tanah Papua. Kegiatan berlangsung di Ruang Jegod Grand Bali Beach Hotel, pada 31 Oktober 2013. Sebanyak 20 narasumber dari ISI Denpasar hadir mememnuhi undangan dari tim monev pusat. Rombongan dipimpin oleh Pembantu Rektor I Prof. Dr. I Nyoman Artayasa, M.Kes sebagai wakil dari Rektor ISI Denpasar. Dalam sambutannya Prof. Artayasa menyambut baik kegiatan monitoring dan evaluasi ini. “Kami siap melaporkan perkembangan ISBI Tanah Papua termasuk kendala yang kami hadapi selama proses pendiriannya” ungkap Prof. Artaysa.

Sementara Tim Monev dari pusat terdiri dari Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A sebagai ketua tim, Djuwita Sari, S.Sos dari Kementrian, Dr. Umasih, M.Hum dan I Gusti Ayu Srinatih, M.Si dari perwakilan perguruan tinggi, serta staf dari kementrian yaitu Evawati,S.E., Berliana Simamora dan Gde Maha Putra. Prof Rai dalam sambutannya mengungkapkan rasa terimakasih yang mendalam atas kesediaannya untuk menghadiri undangan dari Tim Monev Pusat. “Ini adalah amanat Menteri untuk melakukan monitoring, dengan tujuan untuk mencari informasi untuk nantinya dapat kami laporkan ke Menteri” ujar Prof. Rai. Prof Rai juga menekankan agar tidak segan-segan untuk mengungkapkan kendala yang dihadapi selama proses pendirian ISBI. Ini sebagai kajian akademis untuk menekankan capaian dengan estimasi batas waktu pelaporan 15 Desember 2013.

Dalam diskusi yang cukup alot terungkap bahwa ISBI Tanah Papua sudah menerima mahasiswa baru sebanyak 46 orang dari 5 Prodi. Proses pembelajaran berlangsung sangat baik dengan kualifikasi dosen S2 dan telah lolos dalam sertifikasi dosen. Menurut salah satu tim monev pusat Dr. Umasih, M.Hum menyatakan bahwa pencapaian ISI Denpasar dalam mendirikan ISBI Tanah Papua sudah luar biasa hanya terkendala pada Ijin dari Menpan. Materi ini nantinya akan dilaporkan ke Menteri untuk dapat selanjutnya ditindak lanjuti.

Loading...