Workshop Tari Modern Pascasarjana ISI Denpasar Menghadirkan Koreografer Dunia Justine A. Chambers

Workshop Tari Modern Pascasarjana ISI Denpasar Menghadirkan Koreografer Dunia Justine A. Chambers

Suasana workshop

Suasana workshop

Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen PS Pedalangan).

Denpasar- Setelah sukses menggelar seminar internasional yang mengundang dua pembicara dari University of British Colombia (UBC), Pascasarjana ISI Denpasar menggelar workshop tari modern yang menghadirkan koreografer ternama dari Amerika, Justine A. Chambers. Acara wokshop diikuti oleh sekitar 50 peserta dari kalangan mahasiswa dan dosen ISI Denpasar pada 16 Juni 2013 bertempat di Natya Mandala ISI Denpasar.

Direktur Pascasarjana ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A., mengungkapkan bahwa workshop ini adalah kelas ‘mahal’ karena kita bisa mendatangkan korografer yang memiliki pengalaman internasional. Berkat networking internasional ISI Denpasar  yang telah dipupuk lama, maka wokshop ini bisa terlaksana. Karya koreografi Chambers telah dipentaskan pada berbagai acara, diantaranya Dance Saskatchewan, Dancing on the Edge Festival, New Dance Horizons dan the Western Front. Dia juga telah berkolaborasi dengan seniman digital video Josh Hite untuk menciptakan karya berjudul ’COPY: a movement based installation‘, ‘Incoming‘ for Codelab, and the ‘Green Boot Print’ for 350.org. Tak hanya puas sampai disana, Chambers juga berkolaborasi dengan visual artist Brendan Fernandes untuk menciptakan karya berjudul The Working Move. Chambers juga bagian dari anggota pendiri Projet bk.

Pengalaman yang sudah tidak diragukan lagi menjadikan Chambers banyak dicari sebagai instruktur tari kontemporer yang telah mengajar untuk Arts Umbrella,  Working Class, Toronto Community Love-In, Modus Operandi Training Program, dan Ryerson University.

Pada workshop tari modern yang digelar pascasarjana, Chambers melatih olah tubuh yang fokus pada efisiensi untuk menciptakan kemudahan dalam tubuh, dan memupuk kesadaran spasial internal dan eksternal. Workshop dimulai dengan improvisasi, mengundang para peserta untuk ikut terlibat. Struktur improvisasi dirancang untuk membawa perhatian pada negosiasi konstan dan hubungan dinamis dalam tubuh, sementara menggunakan pikiran sebagai katalis untuk perubahan dalam sensasi dan pengamatan kualitatif. Kelas berlangsung dengan menggunakan media lantai dan urutan gerakan yang dinamis selanjutnya mengundang peserta untuk mengamati lebih lanjut hubungan dinamis tubuh, serta menjelajahi jalur aman dan logis untuk gerakan melalui tubuh dan ruang.

Papua Turut Meriahkan Pesta Kesenian Bali 2013

Papua Turut Meriahkan Pesta Kesenian Bali 2013

 

Rektor ISI Denpasar (empat dari kanan) foto bersama usai pementasan.

Rektor ISI Denpasar (empat dari kanan) foto bersama usai pementasan.

Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S. M.A. (Dosen PS Pedalangan).

Denpasar – Untuk pertama kalinya Provinsi Papua turut meriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXV tahun 2013. Tak tanggung-tanggung tim kesenian Papua terlibat dalam tiga acara pada PKB kali ini. Diawali pada pawai pembukaan PKB yang bertempat di Monumen Perjuangan Bajra Sandi, tim kesenian Papua berkesempatan tampil diurutan nomor dua setelah Adi Merdangga dengan tari Ciwa Nataraja oleh Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 5 Denpasar kolaborasi dengan ISI Denpasar.

Duta seni Papua yang berkekuatan 100 orang itu mampu mencuri perhatian penonton dan para undangan termasuk Presiden RI beserta Ibu Negara. Ibu Ani Yodoyono yang membawa kamera foto terus menghujani jepretan fotonya kepada tim kesenian Papua yang membawakan tari dan musik tradisional Papua.

Kasdam XVII Cenderawasih Brigjen TNI I Made Agra juga turut ambil bagian dalam pementasan.

Kasdam XVII Cenderawasih Brigjen TNI I Made Agra juga turut ambil bagian dalam pementasan.

Kasdam XVII Cenderawasih Brigjen TNI I Made Agra, yang langsung sebagai pimpinan rombongan mengungkapkan bahwa Papua merasa terhormat mendapat kesempatan untuk unjuk kebolehan dalam ajang yang mendunia ini sehingga keterlibatan Papua dalam ajang PKB mampu memberi impresi luar biasa bagi bangsa Indonesia umumnya.

Sementara Direktur Program Pascasarjana ISI Denpasar Prof Dr I Wayan Rai S., M.A yang mendapat kehormatan sebagai penasihat duta seni Papua dalam memeriahkan PKB, tak dapat menyembunyikan rasa haru dan bangga atas semangat seniman Papua untuk dapat tampil baik dalam ajang PKB ini. “Kehadiran tim kesenian Papua dalam PKB tentu memberi dampak positif bagi kedua belah pihak, di samping menjalin kerja sama yang lebih baik di masa mendatang”, ujar Prof. Rai.

Salah satu atraksi tari dari tim kesenian Papua

Salah satu atraksi tari dari tim kesenian Papua

Setelah tampil dalam pawai, keesokan harinya tanggal 16 Juni 2013, duta Papua tampil mengguncang panggung terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar dengan garapan yang mengusung kejayaan burung Cendrawasih jantan dan betina. Pergelaran selain melibatkan 100 seniman Papua juga diperkuat oleh 50 anggota TNI Kodam IX Udayana.

Disamping itu, Papua yang kaya akan kerajinannya, juga turut ambil bagian dalam pameran industri kecil dan kerajinan rumah tangga PKB yang berlangsung sebulan penuh. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan kearifan lokal kepada masyarakat di tingkat nasional maupun internasional.

Sebelumnya tim kesenian Papua berkunjung ke ISI Denpasar yang disambut hangat oleh Rektor ISI Denpasar, Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar.,M.Hum. Keikutsertaan Papua dalam pembukaan PKB merupakan realisasi jalinan kerjasama ISI Denpasar dengan pemerintah Papua dalam pembentukan ISBI sejak tahun 2012.

Program Pascasarjana ISI Denpasar Akan Gelar Ujian Tugas Akhir

Program Pascasarjana ISI Denpasar Akan Gelar Ujian Tugas Akhir

gus teja 5 2013 1Kiriman: Nyoman Lia Susanthi, S.S., M.A. (Dosen Pedalangan ISI Denpasar).

Denpasar-  Pascasarjasa ISI Denpasar yang berdiri sejak 2 April 2011, telah menerima 2 angkatan mahasiswa. Mahasiswa pada angkatan pertama berjumlah 46 mahasiswa. dari 46 mahasiswa sebanyak 40 mahasiswa telah dinyatakan lulus ujian proposal. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Magister Seni, mahasiswa pasca harus melewati beberapa test dan peryaratan, diantaranya telah memenyelesaikan semua mata kuliah, lolos test TOEFL, dan persyaratan administrasi lainnya. Dalam proses penciptaan dan pengkajian, mahasiswa diberi kebebasan untuk memilih sendiri dosen pembimbing utama. setelah lolos ujian proposal mahasiswa wajib mengikuti ujian tugas akhir sesuai dengan minatnya. Bagi mahasiswa dengan minat penciptaan akan menghasilkan karya cipta sementara mahasiswa dengan minat pengkajian menghasilkan karya tulis tesis.

Dari 40 mahasiswa yang lolos ujian proposal, sebanyak 13 mahasiswa yang siap untuk mengikuti ujian tugas akhir. Mereka yang mengambil minat penciptaan adalah Agus Teja Sentosa (Judul TA: Mualas Mangke), I Gede Jaya Putra (Trasformasi Kehidupan Manusia Dalam Konteks Kekinian), Agung Wijaya (Kritik Sosial Materialis Dalam Karya Inastalasi Fotografi Ekspresi), Ni Luh Putu Rostina S (Tari Kontemporer Labuhan Sait), I Nyoman Yoga Tri Semarawima (Perilaku Manusia Modern Dalam Ekspresi Seni Lukis), Wayan Arissusila (Refleksi Fenomena Edonistik Dalam Kriya), Gede Wi Suparno (Paraphilia Seksual Diungkapkan Dalam Karya Seni Lukis), A.A. Gede Trisnasuryadinata (Gerak Ikan Dalam Seni Lukis), I Made Hendra Mahajaya (Eksistensi Air Dalam Kehidupan Manusia Sebagai Sumber Penciptaan Seni Lukis), A.A. Gede Mahendra (Antawacana Wayang Kulit Dalam Seni Lukis), serta I Made Putra Wijaya (Tari Kontemporer Penginte). Sedangkan dua orang mahasiswa pascasarjana mengambil minat pengkajian yaitu Dewa Putu Ardana (Keben di Banjar Tangguhan Peken Bangli: Perspektif Kajian Seni) dan I Bagus Wijna Bratanatyam (Karakteristik Tokoh Sugriwa Dalam Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati).

Mereka yang bisa menempuh ujian tugas akhir hingga deadline 30 Juli 2013 berpeluang untuk mengikuti wisuda pada 28 Juli 2013. Menurut Direktur Pascasarjana ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A, yang membedakan lulusan pascasarjana ISI Denpasar adalah memiliki pola pikir yang lebih mendalam dibandingkan karya S1, yang dituangkan dalam karya cipta dan tulisan. Prof. Rai menambahkan bahwa apapun karya ciptanya agar mahasiswa pasca tidak lari dari identitas tradisi. Untuk mahasiswa dari seni pertunjukkan akan menampikan 2 karya yaitu 1 hasil karya cipta baik tari, tabuh ataupun seni pertunjukkan bersifat tradisi, sebelum menampilkan karya kontemporernya yang tetap memunculkan local genius. Sementara bagi mahasiswa seni rupa dan desain juga menampilkan 2 junis karya, yaitu beberapa karya ciptaan sebelumnya dan memamerkan karya cipta terbaru. Setelah itu mereka akan mempersentasikan seminar hasil yang terbuka untuk umum.

Ritual Ider Bumi Di Desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi

Oleh: Sulistyani (Dosen PS. Seni Tari)

Ritual Ider Bumi adalah sebuah ritual yang diselenggarakan masyarakat Using di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Seba-gai ungkapan rasa syukur atas keselamatan seluruh warga masyarakat lewat keamanan desa. Peristiwa ritual Ider Bumi ini selalu disambut oleh seluruh warga karena terkait dengan mitos yang diyakininya tentang Buyut Cili (danyang Desa Kemiren).

Kata ider bumi merupakan penggabungan dari dua kata yaitu ider dan  bumi. Kedua kata tersebut masing-masing mempunyai arti dan makna tersendiri. Menurut Poerwadarmito (1939:33 dan 167) kata ider berarti ber-keliling kemana-mana, dan kata bumi artinya jagat atau tempat berpijak. Dari arti kedua kata tersebut dapat dimengerti bahwa Ider Bumi dimaksud-kan adalah kegiatan mengeliling tempat berpijak atau bumi.

Keyakinan seluruh warga Desa Kemiren tentang Buyut Cili dapat di-katakan percaya terhadap mitos, karena cerita tentang Buyut Cili tidak ada satupun data yang otentik dapat menguak cerita yang ada, sumber yang didapat berdasarkan keterangan secara lisan dari warga pendukungnya, teta-pi masyarakat Kemiren sebagai penyangga budaya sangat meyakininya. Ce-rita tentang Buyut Cili diturunkan dari masyarat dahulu hingga sekarang secara lisan.

Batasan tentang mitos telah dipaparkan secara jelas oleh Endraswara (2003:193) bahwa mitos adalah cerita suci berbentuk simbolik yang mengi-sahkan serangkaian nyata dan imajiner menyangkut asal-usul dan perubah-an-perubahan alam raya dan dunia, dewa-dewi, kekuatan-kekuatan atas ko-drati, manusia, pahlawan, dan masyarakat. Ciri mitos adalah memiliki sifat suci atau sakral, karena terkait dengan tokoh yang sering dipuja. Mitos seringkali sulit dipahami kebenarannya, dan sering bersumber dari tempat-tempat sakral.

Peursen dalam Daeng (2000:81) juga memperjelas tetang fungsi mi-tos dalam masyarakat bahwa mitos yang berupa cerita yang mampu mem-berikan pedoman dan arah tertentu kepada sekelompok orang. Mitos juga mampu menyadarkan manusia akan kekuatan-kekuatan ajaib. Melalui mitos manusia dibantu untuk dapat menghayati daya-daya sebagai suatu kekuatan yang mempengaruhi dan menguasai alam.

Dari uraian ini mampu memberikan kejelasan tentang keadaan yang terjadi di Desa Kemiren, bahwa Buyut Cili mampu selalu hadir dalam kepercayaannya, mampu memberikan pedoman bagi seluruh warga untuk berbuat baik dan selalu ingat bahwa di luar mereka ada sesuatu kekuatan yang mampu mempengaruhinya.

Tempat yang disakralkan dijadikan sebagai objek atau sarana per-sembahan seperti sebuah makam Buyut Cili yang ditempatkan di atas sega-lanya oleh warga Desa Kemiren. Oleh karena itu segala peristiwa dikaitkan dengannya, terbukti dari kegiatan yang dilaksanakan warga selalu melibat-kan persembahan sesaji untuk Buyut Cili lewat upacara slametan.

Upacara slametan merupakan ritual yang dilaksanakan oleh masya-rakat di Jawa pada umumnya, dari masing-masing daerah mungkin saja berbeda istilah dan tata caranya, tetapi pada intinya sebuah slametan dimak-sudkan untuk memohon keselamatan seluruh pelaksananya. Harapan masa depan yang lebih cemerlang, dan untuk mendapatkan ridha Tuhan. Mereka takut meninggalkan kegiatan ini karena sudah menjadi keyakinannya apabi-la meninggalkan tradisi ini dan melanggar  tidak akan mendapat berkah.

Ritual-ritual yang terdapat di Banyuwangi pada umumnya melibat-kan sajian seni pertunjukan, hal ini senada dengan penjelasan Kusmayati (2000:12) yang  bertolak dari peristiwa ritual di Madura. Menurutnya upa-cara merupakan ungkapan kehendak bersama suatu masyarakat, yang di-wujudkan melalui media gerak, suara serta rupa yang dibawakan sebagai sebuah sajian yang mengetengahkan aspek-aspek estetis-koreografis. Pelak-sanaan ritual merupakan peristiwa budaya karena tidak hanya diwujudkan lewat salah satu materi persembahan tetapi penggabungan berbagai unsur yaitu ritual slametan atau makan bersama dengan sarana yang sudah disepa-kati dan dibakukan oleh seluruh warga dengan penyajian berbagai bentuk seni pertunjukan.

Pelaksanaan ritual Ider Bumi, dengan menyajikan berbagai macam seni yang diwujudkan dalam sajian prosesi (arak-arakan), merupakan jalan bersama seluruh peserta dengan mengikuti rute yang telah ditentukan, da-lam peristiwa ini terjadi interaksi yang sangat akrap antar semua peserta. Arak-arakan dapat disejajarkan dengan sebuah festival karena merupakan sebuah pesta budaya yang bersifat publik, yang selalu dikaitkan dengan ri-tus keagamaan. Adapun ciri festival adalah pluralitas ekspresi seni budaya (Hidayat, 2003:9).  Ritual Ider Bumi mampu menunjukkan betapa eratnya hubungan antara agama dan budaya yang tampil di dalam sebuah festival.

Ritual Ider Bumi Di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, selengkapnya:

Bentuk Tari Srimpi Gaya Yogyakarta

Oleh: Dyah Kustiyanti Dosen Jurusan Tari Jawa Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar

Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, materi tari yang diajarkan salah satunya adalah Tari Srimpi Pandelori. Pengajar tari yang utama untuk tari Srimpi ini adalah Ibu Siti Sutiyah, SSn, pimpinan Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa. Kursus dilakukan 1 minggu 3 kali, Hal ini dilakukan untuk tetap meningkatkan ketrampilan dalam mendalami Tari Srimpi Gaya Yogyakarta.

Selain mendapatkan materi tari Srimpi Pandelori, juga diajarkan materi tari Srikandhi – Larasati, sebagai bahan tambahan materi tari dalam proses pembelajaran di kelas.

Adapun uraian materi Tari Srimpi Gaya Yogyakarta ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sinopsis Tari Srimpi Pandelori:

Tari Srimpi Pandelori adalah tari kelompok yang ditarikan oleh 4 orang penari putri. Tari ini menceritakan kisah dari negeri Arab, yang mengisahkan tentang pertempuran antara Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupilaeli, yang keduanya memperebutkan seorang pangeran dari Arab, yaitu Wong Agung Jayengrana. Keduanya ingin diperistri oleh Wong Agung Jayengrana. Dalam pertempuran itu tidak ada yang kalah maupun menang, sehingga kedua putri tersebut akhirnya bersaudara dan menjadi istri Wong Agung Jayengrana.

RAGAM GERAK  TARI   SRIMPI  PANDELORI

No.

Ragam  gerak

1.

Sembahan sila, seleh, ndhodhok. Berdiri, panggel, nggrudha (1x), mayuk jinjit. Nggrudha (3x) seblak noleh.

2.

Sendhi gedrug kiri ajeng-ajengan.

3.

Lampah sekar tawing kanan, tawing kiri, kengser, tekuk tangan kiri encot, gedrug kanan, pendhapan cangkol udhet (kiri).

4.

seleh kanan, sendhi minger adu kanan, cathok kanan-kipat. Pudhak mekar (seduwa kiri, kanan methentheng), mancat kanan encot 2x, sendhi ngracik adhep-dhepan, gedrug kanan maju, gedrug kiri seleh.

5

tinting kanan (diagonal) encot, tinting kiri (tukar tempat), nglereg cathok kanan, kipat.

6.

Mandhe udhet
7. Trisik (kembali tempat hadap belakang), maju kanan kipat kanan.

8.

Ulap-ulap encot lamba, mancad kiri, sendhi minger.

9.

Ngenceng encot 1x, sendhi maju kiri, minger, mayuk jinjit (berhadapan). Gedrug kanan nglereg, gedrug kiri ambil keris, gedrug kanan

10.

pendhapan minger kanan seleh tangan kanan, usap suryan dg. keris, mancad kiri

11.

trisik puletan, kembali tempat (berdekatan), nyuduk, encot-encot, nyuduk.

12

Pendhapan puletan, pindah tempat

13.

Nyuduk, kengser ndhesek, 1-2 kanan ke, 3-4 ke kiri

14.

2 dan 3 nyuduk, 1 dan 4 endha, 2 mengejar1, 3 mengejar 4,  trisik puletan, kembali tempat berdekatan, nyuduk, mundur bersama.

15.

maju kiri seleh kiri, gedrug kanan mancad kanan encot-encot,ingsut, encot-encot mancad gedrug kanan nglereg kanan, gedrug kiri nyarungken keris.

16.

Nyamber puletan, kicat boyong, nggrudha jengkeng 1x, sendhi nglayang, nyembah, sila panggung. Sembahan ndhodhok, berdiri, kapang-kapang masuk, selesai


Loading...