Imagination of Balinese Taksu (Spirit)

Imagination of Balinese Taksu (Spirit)

International Studio for Culture and Exchange FSRD – ALVA (ISACFA) Exhibition

ISI Denpasar FSRD exhibition and visit to The University of Western Australia

21 September – 2 October 2011

The Faculty of Fine Arts and Design, ISI Denpasar is preparing to conduct an exhibition, workshops and seminars to be held at the Faculty of Architecture, Landscape and Visual Arts (ALVA), University of Western Australia (UWA) from 21st September until 2 October 2011.

(Note: Music and performance troupe arrive along with Rektor Professor Rai at the Music Department ARTS on 25th September).

The exhibition curated by head of Photography FSRD, I Komang Arba Wirawan (ISI) and Assistant Professor Paul Trinidad (UWA) consists of digitally reproduced works from three visiting artists at the Faculty of Art and Design.

The artists from FSRD  include the Dean of FSRD Ni Made Rinu, who specializes in Kamasan and Traditional Balinese Painting, the Head of Painting, I Made Bendi Yudha, whose works are modern and contemporary painting and I Komang Arba Wirawan who is a photographer.

While they are visiting ALVA they will be working in the Artlaab studio (adjacent to the ALVA building in Nedlands) to produce works in a forum space.  Interested students and visitors are invited to Artlaab to engage with the artists who are keen to discuss the motivation behind their works as well as their relationship with technical aspects of the work.  This would be especially interesting to those wishing to know more about Kamasan painting, the 400-year-old traditional painting of Klungkung.  The guests will be presenting seminars on their fields of work, while they are in residency.  (Venues and times yet to be arranged.)

Academic exchange, collaboration and cooperation between ALVA and ISI have been on-going over a four year period.  This has lead to the development of an overseas studio program, the first of which was held in Denpasar Bali in June this year.  The ISACFA exchange, as it is known, is the first international exchange fitting the model of internationalization developed by the new Dean of ALVA, Winthrop Professor Simon Anderson.

ALVA students have the opportunity to study in country in Indonesia and in exchange, ALVA hosts two academics from the host institution ISI Denpasar to visit ALVA and exhibit their work, present seminars and workshops as well as prepare some examples of their own works-in-progress in the Artlaab studio.  In the inaugural exchange FSRD will be sending an additional artist corresponding with a visit by 20 members of a Music and Dance troupe who along with the Rektor of ISI Denpasar will be in town.  The Music and Dance troupe will be performing for the Faculty of Arts, Music Department  on the 27th September at the Callaway Music Auditorium (UWA).

Work from the ISACFA studio and the visiting artists from ISI Denpasar will be on display in the Cullity Gallery (ALVA) throughout September with a reception to be held on 26th September to officially welcome the guests.

Contact:

Asst. Prof Paul Trinidad ext 7177 or 040 1022047

[email protected]

http://bfa1.alva.uwa.edu.au/Taksu.html

Bhakti Sosial dan Kemah Bagi Mahasiswa Baru

Bhakti Sosial dan Kemah Bagi Mahasiswa Baru

 Rangkaian Bhakti Sosial dan Kemah Seni Mahasiswa Baru FSP ISI Denpasar Tahun akademik 2011-2012, berlangsung   di Desa Adat Petang Kecamatan Petang, Kabupaten Badung  mulai  11-13 September 2011 yang lalu .  Agenda kegiatan tersebut bagian dari program yang   dilakukan para mahasiswa yang sedang mengikuti masa orientasi, sebelum   memasuki masa perkuliahan.  Beragam kegiatan yang dijalankan meliputi kerja bhakti di areal Pura Puseh Desa Petang dan penghijauan di areal wantilan serba guna. Dalam kegiatan social tersebut, juga diisi dengan pementasan seni serta ceramah dari para seniman di Desa Petang . Kegiatan ini dihadiri oleh Bendesa Adat Petang, PR III I Made Subrata, M.Si , PD I, PD II dan PD III FSP, serta ketua jurusan di lingkungan FSP.  Jumlah mahasiswa baru yang mengikuti dalam ajang ini  sebanyak 105 orang. PR III yang juga membidangi kemahasiswaan I Made Subrata menyatakan tujuan kegiatan adalah menanamkan kesadaran kepada mahasiswa bahwa perguruan tinggi seni sebagai lembaga ilmiah pusat seni dan budaya. Dikatakan, dalam kegiatanya itu diharapkan  mampu menumbuhkan kemandirian mahasiswa dalam organisasi baik di dalam kampus maupun  diluar kampus. “ Kegiatan ini dilaksankan untuk  menumbuhkan rasa peduli dan daya kritis mahasiswa dalam mencermati perkembangan zaman, dan meningkatkan rasa solidaritas diantara civitas akademika dan masyarakat,” terangnya. Secara keseluruhan, ISI Denpasar tahun ini menerima  292 mahasiswa baru. Mereka wajib   mengikuti pengenalan kegiatan akademik dan kemahasiswaan. Kegiatan ini telah berlangsung selama satu minggu, dimulai sejak  5-9 September 2011 belum lama ini.  Mahasiswa baru ISI Denpasar dalam kegiatannya  mendapatkan materi tentang paradigma baru pendidikan tinggi, pola pengembangan kemahasiswaan, pendidikan karakter Bangsa, panduan studi dan system informasi akademik, system dan proses pembelajaran, kewirausahaan, program kreativitas mahasiswa,penulisan media kampus, latihan ketrampilan manajemen kemahasiswaan, , etika dan tata pergaulan kampus, gaya kepemimpinan.

SIWA SWABHAWA

SIWA SWABHAWA

Penata

Nama                     : Putu Ryma Febriana

Nim                       : 200701003

Program Studi       : Seni Tari

Sinopsis :

Dewa Siwa merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa sebagai pelebur kembali alam semesta beserta segala isinya. Santa(Saumya) dan Raudra (Ugra) merupakan wujud ganda yang dimiliki oleh Dewa Siwa. Santa (Saumya) dilukiskan dengan wujudnya yang lembut, menyejukan dan tampan. Raudra dilukiskan dengan wujudnya yang keras, menakutkan dan menyeramkan.

Pendukung Tari :

Mahasiswa Institut SeniIndonesiaDenpasar

  1. Ni Putu Tuntun Dhufani
  2. Ni Komang Tri Paramityaningrum
  3. Ni Kadek Diah Pramana Sari
  4. Ni Wayan Lia Candra Dewi

Penata Karawitan             : I Putu Putrawan

Pendukung Karawitan       : Sanggar Seni Tripitaka, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng

 

Norma

Norma

Kiriman: Lintang Arzia Nur Rachim, Siswa SMAN 1 Kuta Utara

Norma dalam sosiologi adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melaluilingkungan sosialnya. Sanksi yang diterapkan oleh norma ini membedakan norma denganproduk sosial lainnya seperti budaya dan adat. Ada/ tidaknya norma diperkirakanmempunyai dampak dan pengaruh atas bagaimana seseorang berperilaku.

Dalam kehidupannya, manusia sebagai mahluk sosial memiliki ketergantungan denganmanusia lainnya. Mereka hidup dalam kelompok-kelompok, baik kelompok komunalmaupun kelompok materiil.

Kebutuhan yang berbeda-beda, secara individu/kelompok menyebabkan benturankepentingan. Untuk menghindari hal ini maka kelompok masyarakat membuat normasebagai pedoman perilaku dalam menjaga keseimbangan kepentingan dalam bermasyarakat.

 Yang membedakan nilai dan norma adalah nilai merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dicita-citakan dan dipentingkan oleh masyarakat . Sedangkan norma adalah kaidah atau pedoman, aturan berperilaku untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita tersebut, atau boleh dikatakan nilai adalah pola yang diinginkan sedangkan norma adalah pedomana atau cara-cara untuk mencapai nilai tersebut.

 Menurut kekuatan yang mengikatnya, norma dibedakan menjadi empat yaitu

  1. Cara (usage) ; cara ini menunjuk pada bentuk perbuatan . cara ini  lebih tamapak menonjol dalam hubungan antar individudalam masyrakat. Pelanggaran atau penyimpangan terhadap usage tidak menimbulkan sanksi hukum yang berat tapi hanya sekedar celaan, cemohoon, sindiran, ejekan dsb.
  2. Kebiasaan (folkways) yaitu perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama  dan merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut.
  3. Tata kelakuan (mors) yaitu  kebiasaan yang diterima sebagai norma pengatur, atau pengawas secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
  4. adapt-istiadat (custum)  yaitu tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat. Anggota masyarakat yang melanggaradat-istiadat akan mendapat sanksi keras yang terkadang secara tidak langsung diperlukan.

Fungsi norma social dalam masyarakat.

Fungsi norma social dalam masyarakat secara umum sebagai berikut :

  1. Norma merupakan factor perilaku dalam kelompok tertentu yang memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakan akan dinilai orang lain.
  2. Norma merupakan aturan , pedoman, atau petunjuak hidup dengan sanksi-sanksi untuk mendorong seseorang, kelompok , dan masyarakat mencapai dan mewujudkan nilai-nilai social.
  3. Norma-norma merupaakan aturan-aturan yang tumbuh dan dan hidup dalam masyarakat sebagai unsur pengikat dan pengendali manusia dalam hidup masyarakat.

3. Ciri-Ciri Nilai Sosial

Apa sajakah ciri-ciri nilai sosial itu? Sekarang kita akan mengidentifikasi beberapa ciri nilai sosial, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi sosial antarwarga masyarakat. Artinya nilai sosial merupakan sebuah bangunan kukuh yang berisi kumpulan aspek moral dan mentalitas yang baik yang tercipta dalam sebuah masyarakat melalui interaksi yang dikembangkan oleh anggota kelompok tersebut.

b. Ditransformasikan dan bukan dibawa dari lahir. Artinya tidak ada seorangpun yang sejak lahir telah dibekali oleh nilai sosial. Mereka akan mendapatkannya setelah berada di dunia dan memasuki kehidupan nyata. Hal ini karena nilai sosial diteruskan dari satu orang atau kelompok kepada orang atau kelompok lain melalui proses sosial, seperti kontak sosial, komunikasi, interaksi, sosialisasi, difusi, dan lain-lain.

c. Terbentuk melalui proses belajar. Nilai sosial diperoleh individu atau kelompok melalui proses pembelajaran secara bertahap, dimulai dari lingkungan keluarga. Proses ini disebut dengan sosialisasi, di mana seseorang akan mendapatkan gambaran tentang nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

d. Nilai memuaskan manusia dan dapat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosialnya. Artinya dengan nilai manusia mampu menentukan tingkat kebutuhan dan tingkat pemenuhan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Kesesuaian antara kemampuan dan tingkat kebutuhan ini akan mengakibatkan kepuasan bagi diri manusia.

e. Sistem nilai sosial bentuknya beragam dan berbeda antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Mengingat kebudayaan lahir dari perilaku kolektif yang dikembangkan dalam sebuah kelompok masyarakat, maka secara otomatis sistem nilai sosial yang terbentuk juga berbeda, sehingga terciptalah sistem nilai yang bervariasi.

f. Masing-masing nilai mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap setiap orang dalam masyarakat. Artinya tingkat penerimaan nilai antarmanusia dalam sebuah kelompok atau masyarakat tidak sama, sehingga menimbulkan pandangan yang berbeda-beda antara satu dan yang lainnya.

g. Nilai-nilai sosial memengaruhi perkembangan pribadi seseorang, baik positif maupun negatif. Adanya pengaruh yang berbeda akan membentuk kepribadian individu yang berbeda pula. Nilai yang baik akan membentuk pribadipribadi yang baik, begitupun yang sebaliknya. Contohnya orang yang hidup dalam lingkungan yang lebih mengutamakan kepentingan individu daripada kepentingan kelompok mempunyai kecenderungan membentuk pribadi masyarakat yang egois dan ingin menang sendiri.

h. Asumsi-asumsi dari bermacam-macam objek dalam masyarakat. Asumsi adalah pandangan-pandangan orang mengenai suatu hal yang bersifat sementara karena belum dapat diuji kebenarannya. Biasanya asumsi-asumsi ini bersifat umum serta melihat objek-objek faktual yang ada dalam masyarakat.

Norma selengkapnya

Sesaji Dan Tempat Pementasan Tari Legong Sambeh Bintang

Sesaji Dan Tempat Pementasan Tari Legong Sambeh Bintang

Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar

           Sesaji merupakan bentuk/sarana persembahan yang dihaturkan masyarakat setempat  kepada Tuhan Yang Maha Esa. Masyarakat Desa Bangle tampak selalu menghaturkan sesaji terlebih dahulu jika akan mementaskan tari Legong Sambeh Bintang ini di pura. Sesaji yang dihaturkan  tersebut antara lain :  pejati dan perani.

Di bawah ini adalah banten pejati yang dihaturkan masyarakat ketika mementaskan tari Legong Sambeh Bintang.

Banten Pejati tersebut terdiri dari : peras, kelanan, daksina, penyeg-jeg, sayut nasi, bayuan, pesucian, teenan, segehan. Banten ini dihaturkan setelah para penari selesai menari, sebagai persembahan rasa syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena pementasan yang dilakukan telah berjalan lancar.

Selain menghaturkan pejati, masyarakat setempat juga menghaturkan banten perani, yaitu  rangkaian  sesaji yang disusun dari buah-buahan yang ditusuk-tusuk dalam batang pisang memiliki ukuran tinggi kira-kira 15 cm, beralaskan dulang (alas sesaji berkaki). Oleh masyarakat setempat, sesaji seperti ini disebut sebagai pajegan.  Adapun bentuk pajegan tersebut adalah sebagaimana tampak dalam foto di bawah ini.

Setelah sesaji ini selesai dihaturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,  maka para penari tari Legong Sambeh Bintang dipersilakan untuk memakan buah dan jajanan yang ada disesaji tersebut bersama-sama. Buah-buahan yang dimakan tersebut oleh masyarakat setempat dianggap sebagai berkah agar para penari tersebut selalu dilindungi oleh Tuhan.

Tempat Pementasan Tari Legong Sambeh Bintang

Dalam seni pertunjukan terdapat beberapa jenis stage, antara lain seperti stage arena,  stage procenium, dan stage tapal kuda. Stage prosenium adalah sebuah tempat pementasan yang jarak antara penonton dan pertunjukan yang ditampilkan agak jauh serta penonton yang menikmati pertunjukan itu hanya dapat menonton pertunjukan itu dari satu arah saja. Contohnya seperti Panggung Natya Mandala ISI Denpasar. Sedangkan, stage tapal kuda adalah sebuah tempat pementasan yang bentuknya seperti tapal kuda. Jarak antara penonton dan pertunjukan yang ditampilkannya agak jauh sebagaimana stage prosenium serta penonton yang menikmati pertunjukan itu bisa menikmati pertunjukan dari tiga arah, yakni dari arah depan, samping kanan, dan samping kiri. Contohnya seperti Panggung Ardha Candra, Art Center. Stage arena adalah sebuah tempat menampilkan pertunjukan yang memper-gunakan area pentas berbentuk setengah lingkaran, jarak antara penonton dan penari sangat dekat, serta pertunjukan yang ditampilkan itu dapat dinikmati penontonnya dari tiga arah, yakni dari arah depan, samping kanan dan samping kiri.

 Alam sakral dan alam profan masih berpengaruh pada seni pertunjukan daerah Bali. Orientasi arah kaja  (utara) dan kelod  (selatan), kepercayaan kepada adanya wilayah kekuasaan Dewa Siwa (siwaloka) dalam jagat raya, kepercayaan kepada wilayah lebih depan, lebih suci (luwanan), dan wilayah belakang, tidak suci (tebenan), serta sikap menghargai gunung dan laut sebagai bagian bumi yang dahsyat memberi landasan kuat untuk perkembangan seni pertunjukan sakral dan sekuler dalam masyarakat. Pementasan tari ditempatkan pada daerah aksis tertentu dari Tri Mandala, yaitu :

1.  Pembagian ruang atas (utama)  dipentaskan tari wali.

 2.  Pembagian ruang tingkat menengah (madya) dipentaskan tari bebali.

 3.  Pembagian ruang tingkat paling bawah (nista) dipentaskan tari sekuler.  Dari pembagian tata-ruang tersebut di atas tampak jelas adanya perbedaan antara tari sakral dan tari sekuler, sebagaimana tari Sambeh Bintang yang diciptakan untuk persembahan serta dipentaskan masyarakat setempat di area utama Pura Desa.

            Tempat pementasan tari Legong Sambeh Bintang ini adalah di halaman tengah (jaba tengah) Pura Desa. Sebagai sebuah tari sakral, tarian ini hanya dipentaskan di Pura Desa.

Sesaji Dan Tempat Pementasan Tari Legong Sambeh Bintang, selengkapnya

Loading...