Perancangan Media Komunikasi Visual Promosi UC Silver

Perancangan Media Komunikasi Visual Promosi UC Silver

UC Silver merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri kerajinan. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1989 tepatnya tanggal 26 desember 1989 bernama UC Silver milik bapak Wayan Suteja bermula dari suatu home industry, Bapak Suteja mulai terjun ke lapangan dan mulai mengembangkan pasar perak khas Bali di Gianyar dan kini sudah ada cabang yang diluar Bali. UC Silver sebagai usaha kerajinan sudah mulai berkembang namun kalah bersaing dengan produk perak dari luar yang di impor ke Bali tepatnya di Gianyar dengan kualitas dan mutu yang lebih tinggi serta lebih menarik.

Oleh karena itu untuk memajukan UC Silver maka diperlukan media komunikasi visual yang tepat dan efektif untuk mewujudkan media komunikasi visual tersebut, masalahnya adalah bagaimana merancang media komunikasi visual yang menarik dan komunikatif sebagai media promosi UC Silver di Gianyar.

Media-media promosi yang akan dirancang meliputi poster, tempat perhiasan, brosur, paper bag, x-banner, iklan majalah, gantungan kunci, mug, pin, dan katalog. Dengan konsep naturalis sehingga masyarakat dapat memahami pesan yang di sampaikan.

Kata kunci : perancangan, UC Silver, perak,  konsep, natural.

Filosofi Selonding Dalam Tatwa Hindu

Filosofi Selonding Dalam Tatwa Hindu

Kiriman: I Wayan Ekajaya Suputra, Mahasiswa PS. Seni Karawitan ISI Denpasar

Bila ditelusuri lebih jauh tentang keberadaan Gamelan Salonding dari masa ke masa, ternyata konteks penggunaannya tidak pernah lepas dari kegiatan-kegiatan keagamaan masyarakat Bali, baik dari kebesaran Jaman Bali kuno, sampai pada akhir abad XX ini gambelan Salonding itu tetap mendapat tempat yang paling sakral dalam upacara agama. Berbicara dengan Hinduisme, tidak bisa kita mengabaikan keterkaitannya dengan Weda karena Weda yang diyakini sebagai sabda Suci Tuhan yang bersifat Anadi, Ananta dan Nirwikalpa yang telah diterima oleh Maha Rsi dan menjadi sumber ajaran Agama Hindu memberikan vitalitas, yang mengaliri dan meresapi seluruh aspek Hinduisme bila diibaratkan sebagai Api Hindu adalah sebagai wujud yang menyala dan Weda itulah panasnya. Menurut ajaran Weda, Theologi Hindu menyebutkan bahwa Pranawa atau OMKARA itu sebagai Nyasa untuk mewujudkan Tuhan Yang Maha Esa yang trasendental pada dunia immanent yang terbatas. Beliau meraga acintya (tak terbayangkan) diwujudkan dengan wijaksara OMKARA secara konseptual dalam Narayana Upanisad tentang Wicaksara Om itu tersendiri dari tiga matra, yaitu A kara sebagai Brahma , U- kara sebagai Wisnu, dan Ma – Kara sebagai Mahadewa Iswara. Bila ketiga Ma yang disebut juga Sang yang Triaksara ini adalah esensi dari hakekat unsur OMKARA itu sebagai Nyasa dari Prabawa Tuhan yang Esa.

Umat Hindu memuja kepada Tuhan Seru Sekalian Alam menyeru dengan puja OM. Hakekat dari pemujaan tersebut, adalah dalam rangka pendekatan diri antara yang memuja dengan Sang Pujaan. Dalam kontek pemujaan ini, diisyaratkan semakin suci yang memuja, Sang Pujaan akan nampak lebih jernih. Secara implisit Mpu Kanwa melukiskan situasi bagaikan melihat bayangan bulan yang dilihat dalam tempayan yang berisi air semakin jernih airnya makin bersihlah bayangan bulan itu, (Lontar Arjuna Wiwaha) Pendekatan ini merupakan suatu langkah awal penyatuan Atman dengan Paramatman, sebagai tujuan akhir dari Ajaran Agama Hindu, yakni Moksa. Dalam Kidung Coak pembebasan terakhir itu dilukiskan pada sebuah kalimat sederhana yang berbunyi Toyane sendok ban toyo dan temboke bah dadi gumi.

Itulah prosesi pemujaan Umat Hindu kepada Tuhan yang diwujudkan dalam OMKARA, dipuja dan diseru dengan Puja Om yang kudus itu, hubungan dengan Selonding bahwa Selonding itulah penjabaran dari suaranya Pranawa (OM) itu.

Suara Salonding Sakral sebagai Suara Pranawa. Gambelan Salonding adalah gambelan Kuno yang paling sakral dalam melengkapi upacara keagamaan (Hindu) di Bali yang berlaras pelog Sapta Nada, contohnya seperti Selonding yang ada di Trunyan, di Bugbug, Tenganan, Ngis Selumbung , Timbrah, Asak, Bungaya, Besakih, Selat, Bantang dan lain-lainnya.  Dalam konteks Desa Adat Bugbug, Selonding (yang disimpan di dekat Pura Piit Bugbug) ini selalu mengiringi prosesi upacara besar di Pura-pura di Bugbug, seperti Usaba Sumbu dan rangkaian Usaba Gumang di Bukit Juru.  Para penabuhnyapun bukanlah orang sembarangan.

Menurut Lontar Prekempa bahwa semua tetabuhan atau gambelan lahir dari suaraning Genta Pinara Pitu, Suaraning Genta Pitara Pitu adalah suara sejati yang berasal dari suaranya alam semesta atau bhuana, suara suara yang utama yang berasal dari suaranya semesta itu ada tujuh suara banyaknya yang disebut dengan sapta suara. Suara ini berasal dari Akasa disebut Byomantara Gosa. Ada pula suara yang disebut Arnawa Srutti yaitu suara yang keluar dari unsur Apah. Yang lain ada disebut dengan Agosa, Anugosa, Anumasika dan Bhuh Loko Srutti. Yang terakhir disebutkan suara yang keluar dari unsur Pertiwi.

Sapta suara yang merupakan inti dijadikan sebagai sumber yang dihimpun oleh Bhagawan Wismakarma menjadi Dasa Suara, yaitu lima suara Patut Pelog sebagai Sangyang Panca Tirta dan lima Suara Patut Selendro sebagai Pralingga Sangyang Hyang Panca Geni. Unsur Dewata yang merupakan Prabawa dari Yang Maha Tunggal yang melingga pada Dasa Suara yang dihimpun menjadi Gegambelan.

Selonding merupakan gamelan Bali yang usianya lebih tua dari gamelan-gamelan yang kini populer dipakai dalam kesenian maupun dalam upacara adat dan agama. Tidak semua desa di Bali memiliki budaya yang dekat dengan jenis gamelan ini, kecuali beberapa desa tua di belahan selatan dan timur pulau Bali, seperti Bugbug, Tenganan, Bungaya dan Timbrah dan Asak, Ngis.

Tidak seperti gamelan lainnya yang bilah-bilah perunggu digantung dengan tali sapi pada badan gamelan, pada salonding bilah-bilah perunggu bahkan yang lebih tua bilah bilah besi diletakkan dengan pengunci secukupnya di atas badan gamelan tanpa bilah resonan (bambu resonan) seperti jenis gamelan saat ini. Dengan suara yang khas, salonding dengan nada klasiknya mengiringi penari rejang dalam “mesolah” persembahan tari dalam upacara yadnya di desa desa tua seperti Tenganan, Bugbug, Asak dan beberapa desa di belahan timur pulau Bali.

Saat ini, gamelan salonding seakan yang dengan tabah mengiringi yadnya sejak ratusan tahun lampau, tidak pernah dilirik sedikitpun oleh generasi muda untuk memukul bilah-bilahnya. Pemukul salonding yang sudah berusia lanjut seakan tak berdaya untuk menarik para pemudanya untuk menggantikan dirinya, karena generasi penerus lebih senang hidup mengikuti gaya hidup modern atau yang tertarik lebih senang memukul bilah-bilah gamelan gong kebyar atau menggebrak drum dan memetik dawai gitar yang lagi populer dan ngetop.

Siapakah yang akan melanjutkan memukul bilah-bilah salonding jika keadaan tetap seperti ini? Gemerlap pesta kesenian Bali dengan lomba gong kebyarnya seakan sedetikpun tak menoleh pada salonding. Ataukah salonding ingin dibiarkan menghilang karena peralatan tua harus segera diganti dengan Gong Kebyar atau perlengkapan band lainnya ?

Bagaimana dengan yadnya yang diiringi oleh salonding harus diganti dengan kebyar, lenggak lenggok penari rejang klasik diganti dengan rejang dewa atau kontemporer?

Salonding menunggu generasi muda, siapa?  Demikian Wiryana dalam blognya mempertanyakan peranan generasi muda akan kegigihan mereka mempertahankan seni budaya warisan para leluhur. Ya, kami di Krama Purantara di Denpasar bergerak guna menjawab akan keraguan ini. Beberapa generasi muda sudah kami kumpulkan dan berdasarkan keputusan Ketua IWB Denpasar, sekaa gong “Selonding Gumang” sudah terbentuk. Walaupun seperangkat gong masih status pinjam sewa dari Krama Purantara Ngis di Denpasar, tidak menyurutkan kami untuk berlatih berbagai tetabuhan wali yang mengiringi berbagai upacara di Desa Adat Bugbug. Di bawah asuhan I Wayan Sarya dan I Ketut Tak“Selonding Gumang” siap ngayah membantu (jika diinginkan, tan mabuaka) penabuh asli yang merupakan pengayah dengan jam terbang yang sangat panjang dalam pelbagai kesempatan wali guna mengawal dan mengiringi upacara yang dilaksanakan di Desa Adat Bugbug.

Gamelan Selonding adalah gamelan sakral yang terbuat dari bahan besi yang hanya terdapat didaerah Karangasem, yaitu desa Tenganan Pegringsingan dan desa Bongaya. Diduga juga ada gamelan selonding yang terbuat dari kayu, namun sampai sekarang ini instrumen itu belum ditemukan. Nama lengkap dari gamelan selonding besi yang di Tengan pagringsingan adalah Batara Bagus Selonding. Yang berarti selonding adalah leluhur yang maha kuasa.

Kata Selonding diduga berasal dari kata Salon dan Ning yang berarti tempat suci. Dilihat dari fungsinya Selonding adalah sebuah gamelan yang dikeramatkan atau disucikan.

Mngenai sejarah gamelan selonding ini belum diketahui orang. Ada sebuah metologi yang menyebutkan bahwa pada zaman dahulu orang-orang Tengan Pagringsingan mendengar suara gemuruh dari angkasa dan datang suara itu datangnya bergelombang. Pada gelombang pertama suara itu turun di Bongaya (sebelah timurlaut tenganan) dan pada gelombang kedua, turun di Tenganan pagringsingan. Setelah sampai dibumi ditemukan gamelan selonding yang berjumlah tiga bilah. Bilah-bilah itu dikembangkan sehingga menjadi gamelan selonding seperti sekarang yang memiliki tujuh nada. Ditenganan pagringsingan gamelan selonding terdiri dari 40 ( empat puluh) bilah, 6 (enam) tungguh masing-masing berisi 4 (empat) bilah dan yang 2 (dua) tungguh berisikan 8 (delapan) bilah.

Gamelan ini dimainkan untuk mengiringi berbagai upaya adat Bali Aga yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan untuk mengiringi Abuang, Perang Pandan (Mekare-karean) dan lain-lain.

Di kalangan masyarakat Tenganan Pagringsingan gambelan Selonding diberi nama Bhatara Bagus Selonding. Sejarah munculnya Selonding dikaitkan dengan sebuah mitologi yang menyebutkan bahwa pada zaman dulu orang-orang Tenganan mendengar suara gemuruh dari angkasa yang dating secara bergelombang. Pada gelombang pertama suara itu turun dari Bongaya (sebelah timur laut Tenganan) dan pada gelombang kedua suara itu turun di daerah Tenganan Pagringsingan. Setelah hilangnya suara itu diketemukan gambelan Selonding (yang berjumlah tiga bilah). Bilah-bilah itu kemudian dikembangkan sehingga menjadi gambelan Selonding seperti sekarang.

Filosofi Selonding Dalam Tatwa Hindu Selengkapnya

Pelaksanaan Ujian Akhir Semester Ganjil 2011/2012

PENGUMUMAN

                                                     Nomor: 1483/IT5.1/DT/2011

Diberitahukan kepada Dosen dan Mahasiswa FSRD ISI Denpasar bahwa Pelaksanaan Ujian Akhir Semester Ganjil 2011/2012 adalah sbb :

1.  Minggu Tenang                                       : 2 – 6 Januari 2012

2.  Ujian Tulis                                                 : 9 – 13 Januari 2012

3.  Ujian Praktek                                           : 16 – 20 Januari 2012

4.  Input Nilai Tulis ke Portal              : 16 – 20  Januari 2012

5.  Input Nilai Praktek ke Portal        : 24 – 27 Januari 2012

6.  Penyerahan Berkas Nilai                : 23 Januari – 3 Peb. 2012

Demikian kami sampaikan untuk diperhatikan dan dilaksanakan. Terimakasih.

 

Denpasar, 20 Desember 2011

a.n. Dekan,

Pembantu Dekan I,

Drs. Olih Solihat Karso, M.Sn.

NIP.  196107061990031005

Perancangan Media Komunikasi Visual Promosi SD Saraswati 2 Denpasar

Perancangan Media Komunikasi Visual Promosi SD Saraswati 2 Denpasar

Kebutuhan akan pendidikan di zaman sekarang ini sangat diperluakan, hal tersebut memaksa masyarakat untuk mencari sekolah-sekolah yang berkualitas dan dapat menghasilkan lulusan yang dapat bersaing di era globalisasi ini. Oleh karena itu perlu didapatkannya sekolah yang dapat menghasilkan lulusan berkualitas sejak dini.

SD Saraswati 2 Denpasar merupakan bagian dari Yayasan Saraswati pusat yang berlokasi di jalan Gadung no 28A Denpasar. SD Saraswati 2  Denpasar ini termasuk salah satu sekolah yang berkualitas yang dapat menghasilkan murid-murid yang tidak hanya pintar dalam bidang akademis saja melainkan juga kreatif dalam bidang non akademis. Hal ini disebabkan karena di SD Saraswati 2  Denpasar tersebut terdapat banyak macam kegiatan ekstra kurikuler dari kegiatan olah raga sampai dengan kegiatan kesenian, inilah yang menyebabkan murid-murid leluasa memilih kegiatan ekstra yang disukainya sehingga bakat yang dimiliki dapat terasah dengan baik.

Dengan menambah media promosi yang lebih informatif dan menarik agar dapat meyakinkan masyarakat untuk bersekolah ataupun menyekolahkan anak mereka disana. Mengingat SD Saraswati 2 ini sendiri tidak punya cukup banyak media komunikasi visual (hanya sebatas papan nama saja), oleh sebab itu perlu ditambahkan lagi beberapa media komunikasi visual yang mampu mendukung proses promosi SD Saraswati 2 Denpasar.

Kata Kunci : Desain, Media Komunikasi Visual, Promosi, SD Saraswati 2 Denpasar.

   

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian II

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian II

Oleh: I Dewa Ayu Sri Suasmini, S.Sn,. M. Erg. Dosen Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar

Mata

Mata adalah salah satu indera penglihatan. Mata dapat menerima begitu banyak informasi secara tepat. Mata manusia mampu memberi penglihatan yang baik dalam berbagai keadaan. Mata dapat melihat dengan  baik dalam cahaya yang terang dan redup, melihat benda dekat dan jauh dan melihat berbagai warna (Ward, 1986)

Bentuk mata manusia mendekati bulat, pada  orang    dewasa  memiliki diameter 2,5 cm     (1 inci). Mata dilindungi cekungan bertulang pada bagian depan dan dapat bergerak bebas di dalam cekungan tersebut oleh seperangkat otot.

Lensa mata adalah salah satu bagian dari mata. Lensa tergantung pada bagian depan mata oleh ikat sendi yang berhubungan dengan lingkungan otot bulu mata. Lensa berfungsi memfokus cahaya hampir sebaik lensa kaca, sehingga dapat mengubah bentuknya untuk memfokus benda dengan jarak yang berbeda-beda. Hal ini memungkinkan mata bisa melihat benda yang jauh dan benda yang dekat dengan jelas. Ukuran lensa mata manusia kira-kira sebesar kacang kecil dan sangat bening sedikit kekuning-kuningan, dan permukaan sedikit datar. Pada orang tua lensa mata menjadi lebih kaku dan tidak dapat mengubah bentuknya dengan mudah. Ini berarti bahwa untuk membaca diperlukan kacamata.

Sakit kepala adalah merupakan salah satu tanda bahwa mata bekerja terlalu berat. Untuk mengusahakan penglihatan mata bekerja dengan baik. Konstruksi dan cara kerja mata dapat mengoreksi kesalahan-kesalahan kecil dalam memfokus. Terkadang mata tumbuh dengan tidak sempurna. Hal tersebut bisa disebabkan karena selama manusia tumbuh, pertumbuhan mata lebih lambat, sehingga kelainan mata dapat diketahui sedikit demi sedikit.

Menurut Ward 1986 bahwa ada beberapa kelainan mata yang paling umum adalah karena kesalahan pada pertumbuhan sehingga mata bisa menjadi terlalu panjang atau terlalu pendek. Pada mata normal bayangan terbentuk pada retina, sedangkan pada penglihatan jauh bayangan yang tajam terbentuk dibelakang retina dan pada penglihatan dekat, mata terlalu panjang sehingga bayangan terbentuk di depan retina. Adapun kelainan-kelainan mata yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:

  1. Myopi adalah penglihatan dekat, yaitu kelainan mata yang sangat umum terjadi dimana bola mata mengendur sehingga jarak bola mata dari depan ke belakang terlalu jauh. Untuk memandang benda yang sangat dekat dapat dilihat dengan jelas, sedangkan benda yang jaraknya jauh mata tidak dapat memfokus.
  2. Hipermetropia yaitu kelaian mata yang tidak dapat melihat dekat. Pada tipe ini mata terlalu pendek atau lensa mata terlalu datar, sehingga bayangan terbentuk dibelakang retina. Orang dengan kelainan mata ini dapat melihat benda yang jauh letaknya dengan jelas tetapi tidak dapat memfokus sesuatu yang dekat. Kelainan ini pada umumnya akan dialami pada orang-orang yang sudah berumur atau sudah tua. Karena pada  saat itu lensa mata menjadi kaku dan bentuk lensa menjadi datar. Supaya dapat melihat dengan jelas, orang yang mempunyai kelainan mata ini harus mempergunakan kacamata yang dilengkapi dengan lensa cembung sehingga dapat menambah kekuatan pembiasan lensa mata dan memperbaiki bayangan.
  3. Astigmatis adalah kelainan mata dimana lensa didalam mata menggeliat sehingga bentuknya agak mirip silinder dimana kornea yng tidak benar-benar bundar akan mempengaruhi pembiasan cahaya sehingga bayangan yang dilihat menjadi mengembang  (menjadi lebih panjang), menyerong  dan menjadi lebih pendek tergantung arah mata melihat. Untuk memperbaiki dapat menggunakan lensa yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengaruh lengkungan permukaan kornea yang tidak  sempurna. Apabila lensa mata kehilangan fleksibelitasnya dan tidak dapat mengakomodasi penglihatan jauh dan dekat, kadang-kadang diperlukan lensa khusus yang disebut dengan bifokal. Lensa bifokal dibuat sedemikian rupa sehingga bila mata melihat lurus ke depan, benda yang jauh dapat dilihat dengan jelas. Jika mata melihat kebawah seperti pada saat membaca, mata dapat melihat melalui lensa yang dibentuk secara khusus sehingga benda-benda dekat dapat lihat dengan jelas.

Analisis Karakteristik Subjek

Penelitian perbaikan posisi ketinggian monitor ini adalah merupakan penelitian pendahuluan dengan jumlah sampel sebanyak 3 orang, jenis kelamin laki-laki yang memakai kacamata dengan lensa bifokal. Masing-masing diberikan dua perlakuan yang sama yaitu pada kontrol subjek melakukan aktivitas mengetik dengan posisi ketinggian  monitor  sejajar dengan garis mata (posisi standar), pada perlakuan subjek melakukan aktivitas mengetik dimana posisi ketinggian monitor diturunkan dengan melepas poros bagian bawah monitor. Pada posisi ini  sikap kerja subjek saat melihat ke layar monitor kepala  tidak mendongkak lagi sehingga keluhan sujektif pada mata dan keluhan muskuloskleletal pada leher menjadi berkurang. Dari analisis deskriptif terhadap data karakteristik subjek meliputi umur berat badan, tinggi badan, pengalaman menggunakan komputer diketahui bahwa rerata umur subjek dalam penelitian ini adalah 5.00± 5.00 tahun, rerata berat badan subjek 70.33 ± 2.52  kg, dan tinggi badan  170.33 ± 2.52  cm. pengalaman menggunakan komputer rerata 4.33 ± 1.15 th, kondisi mata rerata lensa min 2.67  ± 0.58 dan lensa plus 5.67  ± 2.52.

Berdasarkan atas umur, berat badan, tinggi badan, pengalaman, dan kondisi mata, maka subjek termasuk dalam kategori tua. Dimana pada kondisi ini sebagian dari kekuatan otot-otot sudah mulai menurun. Demikian juga dengan kondisi mata karena otot-otot pada mata sudah mulai kaku sehingga mata pada kondisi ini memerlukan kacamata dengan lensa ganda, demikian juga dengan kondisi otot-otot skleletal juga mengalami penurunan, dengan melihat kondisi subjek yang demikian maka perlu diberikan perlakuan yang berbeda dari mereka yang normal. Dilihat dari pengalaman kerja menggunakan komputer dapat dikatakan subjek sudah cukup berpengalaman.

Analisis  Keluhan Subjektif Kelelahan Mata

Keluhan subjektif dihitung dari hasil skor pengisian kuesioner dengan menggunakan empat skala likert yang diberikan kepada subjek yaitu sebelum dan sesudah melakukan aktivitas mengetik dengan posisi  ketinggian monitor yang sejajar dengan garis mata dan pada posisi ketinggian monitor yang diturunkan dari garis mata subjek.  Penilaian terhadap kelelahan mata adalah semakin tinggi nilai keluhan kelelahan mata berarti semakin banyak keluhan yang dirasakan oleh subjek.

Hasil skor rerata kelelahan mata sebelum mengetik dengan menggunakan monitor sejajar dengan garis mata   adalah sebesar 11.34 ± 0.57 dengan menggunakan monitor yang diturunkan adalah  sebesar 10.40±0.53.  Rerata kelelahan mata sesudah melakukan aktivitas mengetik dengan menggunakan monitor yang sejajar dengan garis mata adalah sebesar 19.81±0.66 dan sesudah menggunakan monitor yang diturunkan diperoleh rerata sebesar 13.78±0.77. Sehingga terjadi penurunan keluhan mata setelah menggunakan monitor yang diturunkan sebesar 6.03±0.11.

Keluhan para pengguna komputer yang memakai kacamata lensa bifokal yang sering dialami seperti pusing, mata perih, mata berair dan silau. Meskipun semua keluhan tersebut tidak menyebabkan kerusakan mata secara permanen, namun dapat menimbulkan  ketidaknyamanan sewaktu mengetik. Penurunan keluhan subjektif yang dialami oleh para penguna komputer yang memakai kacamata lensa bifokal disebabkan karena perbaikan posisi ketinggian monitor yang diturunkan dengan melepas poros bagian bawah monitor

Analisis Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal yang dialami para pengguna komputer yang memakai kacamata lensa ganda diperoleh dari score kuesioner yang diberikan pada masing-masing subjek yang diberikan pada posisi ketinggian monitor yang sejajar dengan garis mata yaitu sebelum dan setelah melakukan aktifitas mengetik dan pada waktu perbaikan yaitu dengan merubah posisi ketinggian monitor yang diturunkan.  Hasil rerata yang diperoleh adalah keluhan  sebelum mengetik keluhan muskuloskleletal pada kontrol sebesar 34.66 ± 2.081 dan  rerata keluhan muskuloskeletal pada perlakuan sebesar 31.33 ± 1.527. Rerata keluhan muskuloskleletal setelah melakukan aktivitas mengetik , rerata keluhan muskuloskleletal pada posisi monitor sejajar dengan garis mata subjek adalah sebesar 54.33±2.516 sedangkan setelah mendapatkan perlakuan dengan menurunkan posisi monitor diperoleh rerata keluhan muskuloskleletal adalah sebesar 41.00±  4.358, berarti terjadi penurunan keluhan muskuloskeletel sebesar 13.33±1.842. Hal ini menunjukkan setelah diberikan perlakuan  dengan merubah posisi ketinggian monitor yang diturunkan.   Dengan merubah posisi ketinggian monitor yaitu dengan menurunkan atau melepas poros bagian bawah monitor mengakibatkan pengguna komputer yang memakai lensa bifokal tidak mengangkat kepala lagi atau mendongkakkan kepalanya sehingga keluhan sakit pada leher menjadi menurun. Hal ini tentunya akan memberikan kenyamanan bagi penguna komputer yang memakai lensa ganda pada saat mengetik sehingga nantinya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Yu, et.al (1993) meneliti 170 tukang ketik wanita dengan sikap kerja membungkuk, menimbulkan keluhan pada muskuloskleletal berupa low back pain (53%), nyeri leher (50%), nyeri tangan (27,6%) dan nyeri jari-jari (27,6%). Menurut Vanwonterghem (1994) dan Ayoub (1994) melaporkan bahwa gangguan sistem muskuloskeletal merupakan masalah besar dalam dunia industri yang disebabakan oleh: tempat kerja yang tidak memadai, organisasi kerja yang tidak efisien, sikap kerja yang tidak alamiah dan jadwal istirahat yang tidak teratur. Sikap kerja yang tidak alamiah dan jadwal istirahat yang tidak teratur.

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian II

Loading...