Lestarikan Kesenian Rakyat, ISI Denpasar – Sangmyung Universitas Jalin MoU

Lestarikan Kesenian Rakyat, ISI Denpasar – Sangmyung Universitas Jalin MoU

DENPASAR-Rombongan The International Organization of Folk Art IOV ( UESCO-NGO) Asia and Korea mengunjungi Institut Seni Indonesia ( ISI) Denpasar, Rabu  (9/5) lalu. Mereka hadir di Bali membawa misi membangkitkan dan melestarikan   tarian rakyat yang sedang gencar direkontruksi di negara Korea. 

Selain menyajikan tari rakyat yang dibawakan seniman  tradisional Korea, dalam kesempatan tersebut  juga melakukan  penandatangan kerjasama  dua lembaga seni yaitu antara ISI Denpasar dan Sangmyung University ( Korea). 

Rombongan dari negeri Ginseng ini   berjumlah 16 orang terdiri dari seniman, perwakilan pemerintah Korea Selatan, NGO , IOV,  lembaga pendidikan Sangmyung Universitas dan diterima langsung Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar, M.Hum. 

Rektor ISI Denpasar Prof.  Arya Sugiartha mengatakan, mereka   memiliki misi untuk mengangkat heritage , berupa musik dan  tari-tarian  rakyat yang  direkonstruksi ulang, didukung pihak kementerian kebudayaan mereka. Dimana  musik rakyat ini dibawa oleh seniman sebagian besar adalah  petani , mereka berkeliling ke sejumlah  negara. Di Indonesia mereka telah mengunjungi  Semarang dan ke Bali. ” Mereka mengajak dan menghimbau kesenian rakyat yang sudah punah bisa direkonstruksi dan dilestarikan, termasuk kesenian rakyat  di Bali, itu permintaan mereka kepada saya  ” kata Prof. Arya ,  saat dihubungi , Minggu ( 13/5).

Dikatakan, menurut pemerintah Korea, banyak musik rakyat disana mulai ditinggalkan oleh generasi mudanya. ” Kesenian mereka dilibas sama musik K-POP, seni kontemporer jadi penari penarinya sekarang yang dilibatkan sudah tua tua, nah saat ini pemerintah Korea mensuport lembaga pendidikan seni di Korea untuk merekontruksi musik dan tari rakyat,” ungkap Rektor asal Pujungan, Pupuan, Tabanan ini. 

Lebih lanjut dikatakan, kehadiran di Bali melalui kementerian kebudayaan Korea memfasilitasi universitas untuk melakukan kerjasama dengan universitas lain guna menambah pengalaman. ” Melalui  MOU ini kita juga melakukan upaya kerjasama untuk memperkuat kesenian rakyat dan pelestarian , jadi kita pun diundang bulan Agustus nanti kita mengirim mahasiswa ke Korea membawa tari topeng, intinya saling menukar pengalaman,  ” jelasnya. 

Prof. Arya juga menambahkan, mereka menghimbau agar Bali tidak seperti Korea, dimana kesenian rakyatnya mulai ditinggalkan.” Namun, saya jelaskan terimakasih atas himbauan yang disampaikan, sayapun jelaskan di Bali upaya menjaga kesenian rakyat kita sudah dilakukan lewat penggalian  dan pelestarian  seperti  festival budaya yakni  Pesta Kesenian Bali ( PKB ) , ” tambahnya. 

Sementara itu Kasub Kerjasama ISI Denpasar Komang Artini, S.S, menambahkan  kerjasama ini baru yang pertama dilaksanakan antara ISI Denpasar dan Sangmyung Universitas . ” Implementasi kerjasama ini  bisa dalam bentuk pertukaran  dosen, mahasiswa dan kerjasama lainya yang bertujuan saling menukar pengalaman, ” jelas Artini.

Lanjut Artini, pihak Korea sangat inten melakukan revitalisasi kesenian rakyatnya yang sudah punah. ” Mereka berharap melalui kerjasama ini, kedua lembaga seni beda budaya ,bisa bersama – sama saling memperkuat dan melestarikan kesenian seperti musik rakyat yang terancam punah, ” pungkas Artini didampingi humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama , S.E , M.M. 

“Macan ASTI” Prof. Dr. I Wayan Dibia Masuki Masa Purnabakti

“Macan ASTI” Prof. Dr. I Wayan Dibia Masuki Masa Purnabakti

Siapkan Sendratari  Rekontruksi  ” Jayaprana” Karya Empu Seni I Wayan Beratha 

Guru Besar Institut Seni Indonesia ( ISI) Denpasar Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST,MA telah memasuki masa Purnabakti ( pensiun) per tanggal 1 Mei 2018. Selama mengabdi 44 tahun  di lembaga seni sejak berstatus  ASTI, kemudian  STSI hingga menjadi ISI Denpasar, dedengkot seni tari yang dikenal ‘ macanya ASTI’, namanya begitu disegani di jagat seni.

Nah, sebagai wujud pengabdian di dunia pendidikan seni, Prof. Wayan Dibia tak kenal berhenti untuk berkarya. Jagat  Bali akan kembali digetarkan lewat  sebuah sajian karya seni  berkelas , yaitu persembahan sendratari rekontruksi berjudul Jayaprana, pada Minggu ( 6/5) mendatang , bertempat di Panggung Terbuka Nertya Mandala, Kampus ISI Denpasar. 

Garapan sendratari garapan Prof. Dibia kali ini merupakan  karya rekontruksi , dimana sendratari inilah yang pertama kali dibuat oleh empu seni I Wayan Beratha ( 1962).  Selain sajian sendratari, Prof. Dibia juga melepas dua buku, yaitu  biografi yang ditulis  dirinya dan buku yang khusus dipersembahkan oleh para dosen dari Fakultas Seni Pertujukan ISI. 

Prof. Dibia mengatakan, garapan sendratari ini dipersembahkan serangkaian pelepasan pensiun sebagai penanda dirinya mengabdi selama mengajar di kampus ISI . ” Saya sudah 44 tahun mengabdi di lembaga ini mulai ASTI, lantas STSI hingga menjadi ISI Denpasar,  untuk menandakan itu Pak Rektor ISI mengadakan pelepasan  dengan garapan Sendratari Jayaprana, dan saya juga akan meluncurkan 2 buku ,” jelas Prof. Dibia disela sesi latihan di Gedung Wayan Beratha Kampus ISI Denpasar, Kamis (3/5). 

Menariknya,  pria kelahiran Singapadu, Gianyar  14 April 1948 menegaskan, garapan sendratari ini murni serius, dikemas dalam olahan gerak, tari, lakon yang diikat dengan iringan musik seperti awal diciptakan pak Wayan Beratha. ” Menarik, karena pak rektor  juga ikut megamel, didukung para dosen , jurusan kerawitan, tari dan pedalangan,” jelas lulusan S2 dan S3 yang diselesaikan di Amerika itu. 

Lebih rinci dijelaskan, garapan ini dibilang istimewa, karena sendratari inilah yang memberikan landasan bagi perkembangan berkesenian di Bali. Namun dirinya mengamati  perkembangan sendratari  belakangan ini mulai bergeser. ” Jadi, konsep garapan benar – benar dihitung, baik tari, lakon diikat oleh musik, kalau kita lihat belakangan, banyak garapan sendratari yang bergeser, sekarang sendratari hanya jadi tontonan, enak ditonton saja tetapi konsepnya lemah. Sedangkan garapan ini, kita tentukan dengan terukur , dalang ruangnya terukur, penari, lakon dan iringan benar benar terukur, ” ungkap lulusan ASTI Denpasar 1975. 

Prof. Dibia menekankan,  ruang yang terukur yang dimaksud adalah, tidak adanya  improvisasi berlebihan, baik penari, dalang dan iringan  musik. ” Jadi sendratari ya dimana dalangnya, gerak penarinya  terukur, artinya  disini diperlukan penari yang benar – benar bisa menari, waktunya tepat, durasinya tidak molor, ” tegas Prof. Dibia sembari memberi arahan para penari dan penabuh secara detail. 

Sementara itu Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha , S.Skar, M.Hum merasa bangga Bali khususnya ISI memiliki tokoh budayawan sekelas Prof. Dibia. ” Beliau dulu waktu saya masih kuliah, dikenal dengan sebutan macannya  ASTI,  beliau mengajar tegas, lugas, konsisten dengan waktu, kalau salah dibilang salah. Tapi dengan cara itu anak- anak didiknya jadi disiplin. Beliau mengajar ketegasan , kedua beliau memiliki pengetahuan lengkap, mulai praktek kesenian sejak kecil, bapaknya seorang penari arja terkenal . Mengenyam pendidikan seni, zaman itu sudah kuliah di Asti Yogya, S2 dan S3 di Amerika. Saya sendiri dibimbing pak Dibia, saya bangga dengan beliau , ” sanjungnya. 

Prof. Arya menuturkan, sekarang  Prof. Dibia  purnabakti, namun kita masih membutuhkan keahlian beliau. Untuk itu selain pelepasan, sekaligus kita mengangkat kembali pak Prof. Dibia   menjadi dosen non PNS. ” Kita akan tetap membutuhkan Prof. Dibia   untuk mengajar di kampus ISI,” tandasnya. 

Lantas, terkait pementasan sendratari Jayaprana ini, Prof . Arya mengakui  dipersiapkan dengan matang dengan  melibatkan para dosen, mahasiswa dari seni pertunjukan termasuk dirinya  ikut megamel. ” Saya ikut megamel,  sebagai pengugal ( pemimpin melodi), dimana  dalam garapan merekonstruksi sendratari ini diciptakan  pertama kali  di Bali oleh  pak Beratha, ini menarik sekali makanya  saya ikut ambil bagian dalam sajian nanti,” jelas Rektor asal Pujungan, Pupuan Tabanan ini.  

Lanjut dia, dalam penyajian garapan sendratari  ini tidak ada  improvisasi, jadi  penjiwaan harus benar, sendratari itu tidak gampang. Ada penyesuaian, antara gerak, tari, lakon. ” Selain sendratari kita juga tampilkan karya pak Prof. Dibia yang terkenal yaitu Tari Manukrawa yang diciptakan sekitar tahun 1975, jadi pementasan ini sangat menarik, kami akan  mengundang para tokoh, seniman, budayawan, terlebih bagi kepentingan keilmuan sangat diperlukan sebagai ruang pembelajaran,” ungkapnya. 

Prof. Arya berharap, kehadiran garapan sendratari disajikan oleh Prof. Dibia ini  dapat dilihat diamati dipelajari oleh mahasiswa. jangan sampai kita tidak mengenal yang lama – lama, proses perkembangan seni itu  terus berlanjut, dengan catatan basisnya kuat yaitu akar tradisi. ” Harapanya, kita sepakat basis pengembangan tidak boleh meninggalkan tradisi. Anak -anak itu sebelum mengenal dunia modern, atau dikenal kosmo itu harus dikuatkan tradisi, kalau tidak kuat tradisinya, maka karya karyanya cendrung tak berisi,” tegasnya.

Garapan Sendratari ini dibagi dalam 7 babak, mulai babak pertama dari Jayaprana tinggal di  gubuk di Kalianget, kemudian menginjak  remaja,  dan diperintahkan sang raja mencari calon istri hingga bertemu Layonsari. Namun kisah percintaan Jayaprana dan Layonsari berujung tragis. Bagaimana kisahnya , nantikan pagelaran selengkapnya, Minggu ( 9/5) mendatang. 

Sementara itu, Humas ISI Denpasar I Gede Eko Jaya Utama, SE menyebutkan jumlah seniman yang dilibatkan untuk penabuh berjumlah  30 orang, kemudian penari sekitar 50 orang. ” Pementasan sendratari ini akan menarik untuk itu para pegiat seni, baik di lingkup ISI maupun undangan dari para tokoh, budayawan sangat diharapkan tidak melewatkan pagelaran ini, pada Minggu 9 Mei di Kampus ISI,” pungkasnya.

Loading...