Jalan Santai Dalam Rangka Dies Natalis XIV ISI Denpasar

Jalan Santai Dalam Rangka Dies Natalis XIV ISI Denpasar

Dalam rangka Dies Natalis ke XIV, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menggelar serangkaian kegiatan yang diawali dengan kegiatan jalan santai pada hari Minggu pagi (23/7). Acara ini merupakan acara yang rutin digelar ISI Denpasar untuk menjalin rasa kebersamaan antara seluruh civitas akademika ISI Denpasar dengan turut serta mengundang kelurga dari seluruh dosen, pengawai, dan mahasiswa ISI Denpasar.

Jalan santai yang dimulai pada pukul tujuh pagi ini dilepas oleh Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.Skar., M.Hum yang ditandai dengan dengan pelepasan balon bersama sebagai tanda dimulainya rangkaian kegiatan Dies Natalis. Rute perjalanan ini melewati jalan Nusa Indah, W.R. Supratman, Jalan Kecubung, Jalan Hayam Wuruk, hingga akhirnya kembali ke Jalan Nusa Indah. Usai mengikuti jalan santai, peserta berkumpul guna mengikuti berbagai lomba-lomba untuk anak-anak dan untuk dosen, pegawai dan mahasiswa di lingkungan ISI Denpasar. Diantaranya lomba untuk kategori anak-anak adalah lomba makan kerupuk, lomba lari kelereng, dan juga dimeriahkan dengan acara lomba melukis dan mewarnai untuk anak-anak. Sedangkan lomba untuk kategori dewasa yang diikuti oleh para dosen, pegawai dan mahasiswa adalah lomba tenis meja dan badminton.

ISI Denpasar Daftarkan Hak Cipta “Ketug Bumi”

ISI Denpasar Daftarkan Hak Cipta “Ketug Bumi”

Sumber : http://www.antarabali.com/berita/107208/isi-denpasar-daftarkan-hak-cipta-ketug-bumi-video

Denpasar (Antara Bali) – Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar akan mendaftarkan hak cipta untuk karya seni “Ketug Bumi” yang merupakan garapan dari beragam jenis musik pukul.

“Hal itu sebagai upaya untuk melindungi manfaat ekonomi dari hasil karya seni yang dikreasikan para dosen dan dipentaskan pada pembukaan pawai Pesta Kesenian Bali (PKB),” kata Rektor ISI Denpasar, Prof Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.SKar., M.Hum, di sela latihan “Ketug Bumi” di Denpasar, Kamis.

Ia mengatakan, karya seni garapan para akademisi tersebut menjadi penanda sejarah dalam membangkitkan kesenian untuk menghasilkan karya cipta monumental sehingga para penikmat seni mendapatkan pengalaman baru.

Selain itu, pihaknya juga telah mengajukan beberapa hak cipta untuk karya Prof I Wayan Dibia, Tari Manuk Rawa, Tari Cilinaya, dan garapan seni yang lainnya.

Sementara itu, garapan “Adi Merdangga” yang telah dipentaskan selama 31 tahun (1984-2015) belum diajukan hak ciptanya, karena karya kolektif.

Untuk itu, pemetasan karya besar “Ketug Bumi” akan mampu menjadi ikon baru dalam PKB mendatang yang dibuka pada hari Sabtu (10/6) di Lapangan Niti Mandala.

Ia menambahkan, pementasan tersebut tetap mempertahankan tradisi yang menjadi kearifan lokal budaya Bali melalui kolaborasi dengan kesenian lainnya.

Upaya tersebut untuk menampilkan karya baru sehingga menjadi kejutan bagi para penonton maupun masyarakat Bali yang akan menghadiri acara tersebut.

Kegiatan tersebut juga menjadi pertunjukan inovasi dan kreativitas yang dilakukan lembaga pendidikan ISI Denpasar yang memiliki visi menjadi kampus sebagai pusat unggulan dalam bidang seni budaya yang berbasis kearifan lokal dan berwawasan universal.

“Untuk itu, kami akan menampilkan penampilan yang terbaik yang melibatkan semua civitas akademika ISI Denpasar,” ucapnya

Ia mengharapkan dukungan semua pihak akan mendorong kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan berdampak terhadap citra Bali dalam mempertahankan kelestarian budaya dan sebagai daerah tujuan wisatawan baik lokal, nasional maupun internasional.

Nantinya, masyarakat tetap memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penampilan “Ketug Bumi” yang baru berjalan memasuki tahun ketiga itu, khususnya dalam menerapkan pola-pola pementasan karya seni yang ditampilkan selama kegiatan berlangsung. (WDY)

VIdeo oleh I Wayan Artaya
SEAMEO SPAFA Gelar “Workshop” di ISI Denpasar Kupas Seni Berkaitan dengan Agama Hindu

SEAMEO SPAFA Gelar “Workshop” di ISI Denpasar Kupas Seni Berkaitan dengan Agama Hindu

Sumber : Bali Post, Senin Wage 29 Mei 2017

INSTITUT Seni Indonesia (ISI) Denpasar dipercaya sebagai penyelenggara Seminar dan Workshop South East Asian Minister of Education. Organization Regional Center for Archaeology and Fine Arts(SEAMEO SPAFA). Kali ini kegiatan tersebut mengusung tema “Hindu Arts in Southeast Asia” diikuti perwakilan negara anggota ASEAN serta undangan lainnya yang digeiar di Gedung Cita Kelangen, Kampus ISI Denpasar, Jalan Nusa Indah, mulai Minggu (28/5) kemarin hingga Rabu (31/5) lusa.

Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. Gede Arya Sugiartha membuka acara tersebut, dilanjutkan Ida Rsi Bujangga Weisnawa Dwija Hari Murti dari Geria Dwija Batur Tonjaya, Tonja, Denpasar dan Centre Director SFAMEO SPAFA Dr. M.R. Rujaya Abhakorn sebagai pembicara utama.

Prof. Arya Sugiartha mengatakan, seminar dan workshop merupakan salah satu rangkaian kegiatan EAMEO SPAFA. “SEAMEO SPAFA adalah organisasi menteri-menteri pendidikan di kawasan ASEAN. Salah satu centre-nya adalah SPAFA. Kebetulan saya ditunjuk sebagai wakil dari Indonesia,” ujarnya.

Rangkaian kegiatan ini dilakukan sejak lama, terutama dalam bidang seni yang ada kaitannya dengan agama Hindu dan kali ini dipilih tempatnya di Bali. Pasalnya, mereka melihat untuk agama Hindu, Bali seperti lumbung hidupnya Hindu. Kegiatan diikuti 11 wakil negara ASEAN dan pribadi sehingga jumlah pesertanya banyak. “Selain ajang bertukar informasi, nantinya ada narasumber umum seperti Bapak Ardika yang membahas tentangbagaimana Hindu di Indonesia. Akan ada workshop tari dan musik Bali yang ada kaitannya dengan Hindu,” ungkapnya.

Para peserta juga diajak mendalami subak dikaitkan dengan seni. Ada pula kegiatan temple festival terutama melihat proses odalan di Bali. Ini memberikan pengalaman bagi mereka dan mengenal bagaimana kehidupan seni-seni Hindu di Bali. “Pada sesi terakhir mereka akan presentasi menceritakan bagaimana seni di masing-masing negaranya,” papar Arya Sugiartha. la berharap seni tidak sebatas hiburan tetapi berfungsi mengasah sensibelitas rasa pada manusia. Dengan demikian peranan seni juga untuk segi spiritual dan mendamaikan jiwa. Itu yang akan diperkenalkan dan seperti itulah Hindu di Bali dalam setiap kegiatan ritual yang nantinya akan menjadi masukan bagi negara-negara ASEAN. Seni berkaitan dengan agama memang benar-benar mengasah jiwa masyarakat untuk memberikan semacam pencerahan jiwa sehingga bisa lebih fokus.

“ISI Denpasar sebagai salah satu perguruan Seni akan dikembangkan ke depannya tidak hanya seni modern atau Seni kreatif tetapi juga menggali dan memelihara seni-seni tradisi. Pqling tidak dari paparan mereka, kami mendapat bahan referensi,” tegas Arya Sugiartha

Loading...