Pemerintah Upayakan Integrasi Jenjang Pendidikan

Pemerintah Upayakan Integrasi Jenjang Pendidikan

JAKARTAMenteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh menyatakan bahwa pemerintah terus mendorong integrasi pendidikan. Menurutnya, pendidikan yang terintegrasi akan menghilangkan jarak antara pendidikan dasar dan menengah dengan pendidikan tinggi.
M Nuh menyebutkan, integrasi tersebut dibagi ke dalam tiga bagian. Yakni integrasi  jenjang pendidikan, integrasi kewilayahan dan integrasi sosial. Ada pun integrasi jenjang pendidikan, artinya mennintegrasikan jenjang pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
“Harus ada sambungannya. Pasalnya, selama ini pendidikan dasar menengah (dasmen) selalu ada jarak dengan pendidikan tinggi. Dengan adanya integrasi ini, maka akan menyentuh semuanya. Oleh karena itu, pencapaian prestasi di jenjang dasmen pastinya akan digunakan di jenjang selanjutnya, yakni pendidikan tinggi,” ungkap M Nuh usai membuka acara Sosialisasi Kebijakan Ujian Nasional (UN) di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (17/12).
Sementara soal intergrasi kewilayahan,  Muh menjelaskan bahwa hingga saat ini masih ada persoalan kewilayahan di dalam pelaksanaan pendidikan. Dipaparkannya, ada sebagian pelajar di suatu wilayah yang belum dapat menikmati perguruan tinggi di wilayah yang sama. Begitu juga dengan pelajar dari satu wilayah lain yang ingin sekali sekolah di wilayah lain, ternyata tidak bisa karena yang diutamakan adalah pelajar setempat,
Dengan kondisi demikian, maka dalam proses seleksi masuk perguruan tinggi negeri (PTN) tidak akan menerapkan basis kewilayahan, karena ruang lingkup penerimaan PTN ada yang sampai lintas negara. “Solusinya adalah membuka lebar kesempatan calon mahasiswa untuk masuk PTN, yakni sebanyak 60 persen dari total penerimaan masing-masing PTN. Dengan begitu, dapat dipastikan dari berbagai daerah bisa masuk PTN dari seluruh daerah karena pintunya sudah terbuka lebar, semuanya ada kesempatan,” jelasnya.
Terakhir adalah integrasi sosial. M Nuh menjelaskan bahwa di dalam peraturan pemerintah (PP) Nomor 66 tahun 2010 tentang pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan sudah disebutkan bahwa PTN wajib menerima mahasiswa miskin dan berprestasi sebanyak 20 persen dari total penerimaan mahasiswa baru.
“Mengenai masalah status sosial di PTN ini memang menjadi masalah tersendiri. Maka dari itu, pemerintah memutuskan bahwa mahasiswa miskin harus diberikan jatah kursi sebanyak 20 persen. Dengan adanya integrasi ini, maka UN tetap harus dilakukan karena semuanya saling terkait,” imbuhnya. (cha/jpnn)

Sumber: http://www.jpnn.com/read/2010/12/18/79886/Pemerintah-Upayakan-Integrasi-Jenjang-Pendidikan-

Hibah Seni Dari Yayasan Kelola

Hibah Seni Dari Yayasan Kelola

Tugas seniman sebagai pencipta seringkali tidak ditunjang oleh kemampuan financial untuk mementaskan karya mereka. Maka, tidak jarang mereka gagal mewujudkan gagasan ideal karyanya dalam sebuah pementasan.
Hibah Seni (HS) adalah program yang memberikan bantuan dana dalam jumlah terbatas untuk membantu terselenggaranya pementasan seni pertunjukan. Bantuan dana itu diberikan untuk mendukung dan mewujudkan keinginan seniman mementaskan karya mereka, membawa karya dari ruang latihan menuju ruang publik, dan mengkomunikasikan pesan dalam bentuk karya seni kepada khalayak luas.
Hingga saat ini HS memiliki dua jenis bantuan yaitu karya inovatif dan pentas keliling. Karya inovatif diberikan untuk karya seni pertunjukan baru yang mengedepankan unsur-unsur kebaruan dalam seni. Sedangkan pentas keliling untuk kesenian yang telah dipentaskan dan akan dicarikan penonton baru di kota-kota di luar komunitasnya. Dengan demikian, melalui pentas keliling diharapkan selain meluaskan cakupan penonton, juga terjadinya komunikasi antarkomunitas seni di berbagai kota, sehingga dapat memperkuat jaringan komunitas seni di Indonesia.
Setelah berjalan sejak tahun 2001, HS yang berharap tidak menjadi satu-satunya institusi pemberi bantuan untuk pertunjukan seni telah mendapatkan beberapa manfaat yang sangat berarti. Seniman muda di berbagai penjuru tanah air terus bermunculan. Mereka bukan saja yang bergelut dengan seni tradisi atau kontemporer belaka, melainkan mencari hubungan antara keduanya. Melalui karya yang ditampilkan, mereka merespon banyak hal yang terjadi dalam lingkungannya, sehingga dapat dikatakan seni pertunjukan menjadi ruang bagi penyampaian pendapat yang dilakukan oleh para seniman.
Hingga saat ini, peminat yang mengajukan proposal agar kegiatannya didukung oleh HS terus meningkat. Berbagai gagasan baru pun terus bermunculan. Hal ini terkadang membuat HS kesulitan melakukan seleksi karena kualitas yang hamper sama dan konteks pertunjukan yang sangat dekat dengan kenyataan. Untuk itu, HS selalu mengundang pakar dari luar untuk ikut dalam menentukan siapa saja yang akan mendapatkan bantuan dari HS.

Sumber: http://www.kelola.or.id/Program.asp?bhs=I

Formulir HS

Segera Dibuat Data Prodi di Seluruh PT

Segera Dibuat Data Prodi di Seluruh PT

Bisa Diketahui Prodi Favorit dan Prodi yang Sepi Peminat

JAKARTA –Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Djoko Santoso mengatakan, hingga sat ini pihaknya tidak memiliki data-data penyebaran mahasiswa di seluruh Indonesia termasuk data program studi (prodi). Menurutnya, hal ini disebabkan karena panita pelaksana seleksi nasional tidak tetap dan tidak memiliki sekretariat.
“Salah satu penyebabnya adalah panitia seleksi sejak dulu hingga saat ini tidak tetap. Oleh karena itu, kami (Kemdiknas) akan mulai menyusun panitia pelaksana seleksi tetap. Sehingga, nantinya diharapkan ada data yang akurat mengenai mahasiswa dan juga akan mempermudah dalam proses evaluasinya,” ungkap Djoko kepada wartawan di Jakarta, Minggu (5/12).
Mantan Rektor ITB ini menjelaskan,  ke depannya data yang diperoleh setiap tahunnya akan dimasukan dalam Pengakalan Data Perguruan Tinggi (PDPT) dan bisa diakses seluruh masyarakat. Dengan begitu, lanjut Djoko, akan dapat  terlihat Prodi terbanyak peminatnya dan Prodi yang terancam ditutup karena sepi pendaftar. “Prodi yang terancam ditutup itu ada. Tapi datanya tunggu tahun depan. Setelah seleksi nasional pasti kelihatan penyebaran dimana saja dan Prodi apa saja,” ujarnya.
Selain itu, terang Djoko, Pendidikan Dasar Perguruan Tinggi (PDPT) akan menyediakan data-data yang baik bagiyang memerlukan. Data-data itu berisi tentang seluruh perguruan tinggi negeri dan swasta. Program tersebut merupakan salah satu bentuk pelayanan yang cepat dan akurat bagi masyarakat, khususnya kalangan pendidikan tinggi. Data tersebut terkait dengan segala hal mengenai infrakstruktur dan orang di pendidkan tinggi. “Sehingga melalui PDPT, masyarakat yang membutuhkan bisa dengan cepat mengaksesnya,” paparnya.
Lebih jauh Djoko menambahkan, hingga kini hanya sekitar 200 perguruan tinggi yang websitenya tergolong bagus dari seluruh perguruan tinggi yang mencapai ribuan di seluruh Indonesia. Kenyataannya banyak perguruan tinggi swasta yang belum menyadari pentingnya ketersediaan data di website. “PDPT ini secara resmi di luncurkan pada Januari 2011 dan bisa diakses di www.dikti.go.id. Persiapan Pangkalan Data sudah dilakukan dalam satu tahun,” bebernya. (cha/jpnn).

Sumber: http://www.jpnn.com/read/2010/12/05/78842/Segera-Dibuat-Data-Prodi-di-Seluruh-PT-

Plagiat Mudah Dideteksi dengan IT

Plagiat Mudah Dideteksi dengan IT

MEDAN – Kasus penjiplakan (plagiat) yang saat ini tengah mencuat di kalangan akademisi Universitas Sumatera Utara (USU) mendapat respons dari seorang profesor asal Indonesia yang bekerja di Universty Teknologi Malaysia (UTM), Prof Hadi Nur.
Hadi Nur yang merupakan insinyur jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan aksi plagiat merupakan bentuk tindakan bodoh dan tak bisa ditolerir. “Apalagi untuk saat ini, di mana teknologi informasi (information technology/IT) sudah sangat berperan. Saya kira kalau ada yang melakukan plagiat adalah tindakan bodoh,” ujarnya saat dihubungi lewat seluler, kemarin.
Hadi menegaskan untuk mendeteksi tindakan plagiat ini,sebenarnya cukup mudah, apalagi untuk ilmu-ilmu sosial. Berbeda dengan ilmu eksakta (pasti), yang biasanya beraksi dengan memberikan data palsu. “Saya kira akan sangat mudah untuk mengungkapnya.Tapi, menurut saya plagiat ini tidak lebih dari persoalan mental pada orang yang bersangkutan, tergantung orangnya.
Atau juga tekanan karier, di mana untuk melancarkan karier, seseorang terpaksa melakukan penipuan,”tukasnya. Untuk mengantisipasi plagiat ini, Prof Hadi Nur menyarankan kalangan perguruan tinggi di Indonesia mulai menggunakan teknologi, seperti program turnitin (turnitin.com), sebuah perangkat lunak yang mampu mendeteksi apakah sebuah karya ilmiah itu hasil plagiat atau tidak.
“Kami di UTM sudah berlangganan, dan terbukti efektif. Kalau bisa, langganan ini saja,”sebutnya. Lebih jauh dalam artikelnya di www.hadinur.com, Hadi Nur menyimpulkan tindak plagiat menyangkut etika. Dia merasakan selama menempuh pendidikan di Indonesia adalah bahwa aspek pendidikan (etika) kurang diperhatikan. Dosen-dosen lebih cenderung memberikan knowledge kepada mahasiswanya, yang dapat kita sebut sebagai pengajaran.
“Aspek pendidikan yang saya maksud termasuk pembentukan sikap dan kepribadian. Saya berpikir dengan mengetahui aspek etika dalam sains, dan mengajarkannya kepada mahasiswa, dapat membantu membentuk kepribadian,” sebutnya. Namun terlepas dari itu semua, menurutnya pengajaran etika sains kepada mahasiswa sarjana, magister dan doktoral diharapkan dapat menambah kesadaran para mahasiswa untuk menjunjung tinggi kejujuran.
Sebelumnya diberitakan, Irwansyah, staf pengajar di Fakultas Sastra USU menggugat mantan dekannya di Fakultas Sastra USU, Wan Syaifuddin. Tesis S2 Wan Syaifuddin berjudul “Syair Lisan Melayu Deli,Tumpuan Khusus Terhadap Syair Puteri Hijau”, yang dipertahankannya pada Mei 1994 di Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan Universiti Sains Malaysia (PPIK-USM), diduga plagiat dari tesis Irwansyah berjudul “Syair Puteri Hijau: Telaah Sejarah Teks dan Resepsi” yang dipertahankan dalam ujian tanggal 30 Agustus 1989 di Universitas Gadjah Mada.
Kasus plagiat yang melibatkan staf pengajar USU ini sudah mendapat respons dari para akademisi Sumut. Rektor IAIN Sumut, Prof Nur Ahmad Fadhil Lubis menegaskan jika akademisi melakukan plagiat, maka itu merupakan kesalahan sangat fatal. Fadhil menyebutkan, di masyarakat kecenderungan plagiat disebabkan ingin instant dan mempermudah simbol. Jadi, bukan ilmunya yang dinilai penting.“Ini juga gejala dari komersialisasi pendidikan,”terang Fadhil.
Di IAIN Sumut sendiri, kata Fadhil, ada beberapa lapis pengawasan terhadap karya ilmiah sehingga tidak terjadi plagiat, terutama dalam memilih judul. “Ketika mahasiswa memilih judul, kita ingin judul diseleksi betul. Sesama IAIN di 36 daerah sudah memiliki data online karya ilmiah yang di-update setiap semester. Jadi tidak boleh pada semester yang sama ada judul yang sama. Ini saja tidak boleh, apalagi bila beda semester,” jelas Fadhil. (fakhrur rozi/lia anggia nst)

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/368074/

Kelulusan Calon Pegawai Negeri Sipil

Kelulusan Calon Pegawai Negeri Sipil

Menindaklanjuti pengumuman kami nomor 71248/A4/KP/2010 tanggal 30 September 2010 perihal Pengumuman Seleksi Penerimaan CPNS Kemdiknas Tahun 2010, dengan ini kami tetapkan peserta seleksi CPNS di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 yang dinyatakan lulus seleksi tahap akhir.

Kepada peserta yang dinyatakan lulus agar segera melapor kepada unit kerja masing – masing untuk proses lebih lanjut selambat – lambatnya tanggal 3 Desember 2010
Dikeluarkan di Jakarta
pada tanggal 27 November 2010

a.n. Menteri Pendidikan Nasional
Kepala Biro Kepegawaian selaku Ketua Panitia,

ttd

Muslikh, S.H.
NIP. 195809151985031001

Salinan pengumuman

CPNS ISI Denpasar

Loading...