Jangan Bangga Jadi Guru/Dosen “Killer”

Jangan Bangga Jadi Guru/Dosen “Killer”

JAKARTA — Metode pendidikan Indonesia yang mengutamakan pemberian nilai buruk pada siswa sebagai salah satu bentuk hukuman menjadikan anak-anak Indonesia yang cerdas menjadi tidak percaya diri. Padahal, seharusnya  sistem pemberian nilai yang tepat ialah memberikan nilai sebagai wujud memberi semangat, seperti yang dilakukan di negara maju.

Hal itu diungkapkan Prof Rhenald Kasali, PhD, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), di sela-sela acara Education Fair SMA Kanisius, Jakarta, Kamis (23/9/2010).

Menurut Rhenald, keadaan ini masih terus berlaku di Indonesia. “Sampai hari ini dosen atau guru masih melakukan seperti itu. Jadi, kalau orang enggak bisa, enggak dibantu cari jalan keluarnya, tapi malah dibikin jadi panik, dibuat makin tidak mengerti dengan dikasih nilai jelek. Rasanya ada kebanggaan jadi dosen killer,” katanya.

Rhenald melanjutkan, di luar negeri justru kebalikannya. “Di negara maju (Amerika), anak saya bahasa Inggrisnya jelek justru dikasih nilai exellent. Tujuannya mendorong memberikan kesempatan sehingga akhirnya dia menjadi lebih percaya diri. Metode mereka (sekolah luar negeri) ialah orang di-encourage supaya bersemangat dan akhirnya mau menjadi exellent,” katanya.

Apabila Indonesia menerapkan metode ini, dampaknya sangat besar bagi murid karena mereka akan menjadi lebih percaya diri. “Sebenarnya anak-anak kita pintar, cuma tidak punya rasa percaya diri karena yang nilainya A kan hanya 5 sampai 6 persen, sementara yang 90 persen nilainya rata-rata,” kata Rhenald.

Kondisi ini tidak terlepas dari perilaku dosen atau guru di Indonesia yang menerapkan metode model penjajah. “Perilaku dosen atau guru-guru di Indonesia terjadi karena belajar dari dosen-dosen sebelumnya, model penjajah bahwa anak itu bodoh, anak itu tertindas,” katanya.

Selain itu, banyak orang menjadi guru atau dosen bukan karena panggilan diri, melainkan karena tidak punya pilihan dalam hidup. “Dengan begitu, ketika mereka menjadi guru atau dosen, mereka menjadi cenderung sangat berkuasa. Karena juga dibayar rendah, mereka merasa dirinya berkuasa. Ketika muridnya ternyata kurang cerdas, mereka cenderung ingin menghukum dan menendang ke luar kelas. Mereka hanya bangga pada mereka yang mendapat nilai A,” papar Rhenald.

Menurut Rhenald, keadaan itu bisa diubah dengan seleksi ulang bagi para guru. “Harus ada seleksi ulang bagi para guru, jadi ada penataran atau pelatihan sehingga modal menjadi guru tidak hanya mengacu pada hard skill, tetapi soft skill-nya juga,” ujarnya.

Yang dimaksud soft skill, lanjut Rhenald, adalah motivasi, penggilan hidup sebagai tenaga pendidik, dan keinginan untuk mengembangkan orang lain. “Tidak hanya memandang dari segi akademisnya. Jadi, harus ada penilaian pada behavioral competencies,” tambah Rhenald.

Sumber: http://edukasi.kompas.com

Anugerah Kekayaan Intelektual bagi Dosen, Peneliti, dan Masyarakat 2010

Anugerah Kekayaan Intelektual bagi Dosen, Peneliti, dan Masyarakat 2010

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) kembali menggelar program pemberian anugerah kekayaan intelektual luar biasa (AKIL) 2010. Program ini bertujuan memberikan apresiasi atas invensi dan kreasi para dosen, peneliti dan masyarakat.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdiknas Djoko Santoso menyampaikan, saat ini adalah abad untuk perubahan menuju lebih baik dan lebih canggih. Menurut dia, jika tidak berubah dan menjadi lebih baik dan canggih maka tidak akan berlanjut dan bertahan. “Oleh karena itu, apa yang kita lakukan adalah bagaimana bisa menghimpun karya-karya yang kita anggap terobosan-terobosan baru atau penemuan baru dalam kerangka kemajuan zaman,” katanya saat memberikan keterangan pers di Gerai Informasi dan Media Kemdiknas, Jakarta, Kamis (16/9/2010).
Djoko berharap, kegiatan pada tahun ini diikuti oleh lebih banyak peserta. Dia menyebutkan, pada pelaksanaan tahun lalu peserta yang terdaftar sebanyak 300 orang dan terseleksi 21 orang. ” Insya Allah tahun ini lebih banyak lagi yang memasukkan, sehingga sifat kecanggihannya makin tinggi karena kompetisinya makin tinggi,” katanya.
Kegiatan yang diselenggarakan kedua kalinya ini atas kerja sama antara Kemdiknas, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan motivasi dosen, peneliti, dan masyarakat untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara.
Adapun kategori penghargaan meliputi bidang industri produk/teknologi yang dilindungi paten, bidang inovasi varietas tanaman yang dilindungi dengan Hak Perlindungan Varietas Tanaman (PVT), bidang ilmu pengetahuan yang dilindungi dengan hak cipta, dan bidang industri kreatif yang dilindungi hak cipta. Kepada masing-masing pemenang diberikan penghargaan berupa piagam dan uang tunai Rp 250 juta termasuk pajak.
Direktur Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Ditjen Dikti Kemdiknas Suryo Hapsoro Tri Utomo menyampaikan, target penerima penghargaan tahun ini sebanyak 25 orang. Pada tahun lalu, kata dia, untuk bidang industri kreatif tidak ada peserta yang memenuhi kriteria. Menurut dia, pihaknya tidak membatasi tahun penemuan. “Prinsipnya belum pernah mendapatkan penghargaan, akan lebih bagus lagi temuan itu terbukti telah digunakan masyarakat lebih luas,” ujarnya.
Suryo melanjutkan, masyarakat dapat mengajukan dirinya sendiri atau masyarakat boleh mengajukan orang lain. Dia berharap, semakin luas jangkauan dan partisipasi masyarakat. “Barangkali ada penemu-penemu yang sekarang ini belum muncul atau belum terekspos,” katanya.
Kemdiknas, kata Suryo, bersama-sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) memberikan perhatian khusus bagi para pemenang tahun lalu. Dia menjelaskan, khusus untuk bidang pemuliaan tanaman telah ditangani secara serius oleh unit di Kemendag untuk dapat memasarkan hasil temuannya. “Salah satu target Kemendag adalah sebanyak mungkin produk dalam negeri yang digunakan. Teman-teman yang kemarin penemu luar biasa ini didorong untuk masuk unit yang ditangani Kemendag,” katanya.
Kasubdit Dokumentasi HKI Direktorat Teknologi Informasi Direktorat Jenderal HKI Kementerian Hukum dan HAM Said Nafik mengatakan, melalui kegiatan penghargaaan ini dan dengan banyaknya peneliti diharapkan dapat membangkitkan ekonomi Indonesia. “Dengan penghargaan ini kita ingin semua ide itu kita bangkitkan, sehingga semua orang bisa menyelesaikan masalah bangsa ini. Diharapkan kita bisa menjadi tuan rumah teknologi di negeri sendiri,” ujarnya.
Para pengusul penerima anugerah harus memilih salah satu kategori dan klaster ditetapkan dalam buku panduan. Semua pengusul harus mengisi biodata dan data awal secara on line melalui laman www.anugerahkekayaanintelektual.com dan kemudian mengirimkan hard copy data lengkap proposal ke panitia.
Koordinator Bidang Pemuliaan Varietas Tanaman Kementerian Pertanian Dwi Pudi Astuti mengatakan, pada pelaksanaan kegiatan tahun lalu, pemenang anugerah untuk bidang pertanian sebanyak sembilan orang dari 21 yang terseleksi. “Mudah-mudahan pada 2010 akan meningkat lagi,” ujarnya.
Dwi menambahkan, dalam seleksi akan dinilai tentang varietas yang telah dilindungi yaitu yang telah mendapatkan perlindungan hak PVT baik yang telah dilindungi maupun yang dalam proses permohonan. “Kemudian, selain varietas yang telah dilindungi, juga varietas hasil pemuliaan yang didaftarkan di PVT,” katanya.
Proposal dalam bentuk hard copy (bila perlu disertai CD soft copy) disampaikan kepada Panitia. Proposal kategori Teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan Industri Kreatif dikirimkan ke Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Jalan Pintu Satu Senayan telepon 021-57946043 faksimili 021-5731846 surel: [email protected] This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it
Adapun Proposal kategori Varietas Tanaman dikirimkan ke Pusat Perlindungan Varietas Tanaman Gedung E Lantai III Jalan Harsono RM No.3, Jakarta 12550 telepon 021-7816386,78840405 faksimili 021-78840389 surel: [email protected] This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it .

Sumber: http://dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1657:anugerah-kekayaan-intelektual-bagi-dosen-peneliti-dan-masyarakat-2010&catid=143:berita-harian

Mahasiswa Baru ISI Denpasar  Meningkat 29 Persen

Mahasiswa Baru ISI Denpasar Meningkat 29 Persen

Denpasar- Setelah mahasiswa baru ISI Denpasar mengikuti kegiatan Pengenalan Kegiatan Akademik dan Kemahasisaan bagi  Mahasiswa Baru selama 4 hari dari tanggal 24-27 Agustus 2010,  pada tanggal 30 Agustus 2010 bertempat di Gedung Nayta Mandala, mahasiswa baru ISI Denpasar diterima secara resmi dalam upacara akademik pada Sidang Senat Terbuka Dalam Rangka Pengesahan Mahasiswa Baru Tahun Akademik 2010/2011. Dalam upacara tersebut mahasiswa baru akan mengucapkan janji atas kewajiban sebagai mahasiswa ISI Denpasar yang ditetapkan dalam Peraturan Mendiknas. Pernyataan janji diucapkan dihadapan orang tua/wali dan anggota Senat ISI Denpasar, selanjutnya para mahasiswa baru dan orang tua/wali menandatangani Surat Penyataan atas janji yang telah diucapkan.

Sebelum proses pembelajaran mahasiswa baru yang dimulai pada awal 7 September 2010, mereka mendapat pembekalan dengan materi kegiatan mengacu pada pedoman Latihan Ketrampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) disampaikan melalui berbagai ceramah yaitu  : Paradigma Pendidikan Tinggi Seni; Sistem Pendidikan Nasional; Kewirausahaan; Pemikiran Kritis Mahasiswa (PKM); Bahaya Narkoba dan Pergaulan Bebas; Sistem Akademik dan Kemahasiswaan di tingkat institut dan fakultas; Polbangmawa; HAKI; Etika Bergaulan; Satuan Kredit Kegiatan Mahasiswa dan Gaya Kepemimpinan. Penceramah adalah pimpinan institut dan fakultas, dosen yang memiliki kompetensi bidang kemahasiswaan, serta  penceramah dari Karo Binamitra Polda Bali dan dosen dari IHDN.

Menurut Ketua Panitia sekaligus Pembantu Rektor III ISI Denpasar Drs. I Made Subrata, MSi jumlah calon mahasiswa baru yang mengikuti kegiatan adalah 276 orang, terdiri atas Fakultas Seni Pertunjukan sebanyak 97 orang dan Fakultas Seni Rupa dan Desain sebanyak 179 orang. Dibandingkan penerimaan calon mahasiswa baru tahun akademik 2009/2010 terdapat peningkatan  jumlah calon mahasiswa yang mendaftar sebesar 29 %.   Dalam laporannya Drs. I Made Subrata, M.Si  menyatakan bahwa selaku ketua, pengenalan kegiatan
akademik dan kemahasiswaan yang berlangsung selama 4 hari berjalan dengan
lanjar. Kegiatan pengenalan kampus diadakan tanpa perpeloncoan, semua kegiatan diadakan dalam ruangan dengan pengawasan ketat oleh panitia.

Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama, Drs. I Gusti Bagus Priatmaka,M.M., menyatakan bahwa Penerimaan calon mahasiswa baru di lingkungan Institut Seni Indonesia Denpasar tahun akademik 2010/2011 diselenggarakan dengan 3 jalur : (1) reguler, (2) program Penyelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) dan  (3) program BIDIK MISI  (Beasiswa Pendidikan bagi Calon Mahasiswa Berprestasi dari Keluarga Kurang Mampu). ISI Denpasar salah satu diantaranya diberi kepercayaaan untuk menyelenggarakan program Beasiswa BIDIK MISI bagi calon mahasiswa baru mulai tahun 2010 sebanyak 48 (empat puluh delapan) orang. Sararannya lulusan jenjang pendidikan menengah yang terdiri atas lulusan SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat tahun 2010 yang berprestasi dan orang tua/wali-nya kurang mampu secara ekonomi.
Sementara Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S., M.A. menyambut gembira dan mengucapkan selamat datang bagi calon-calon mahasiswa Baru. Dalam sambutannya menyatakan sangat bangga atas mahasiswa baru
yang merupakan mahasiswa pilihan melalui seleksi yang sangat ketat dan
mengucapkan terimakasih kepada orang tua/wali yang telah memberi
kepercayaan untuk kuliah di ISI Denpasar. Memang untuk acara pengenalan akademik dan kemahasiswaan tahun ini dititik beratkan kepada apa yang telah digariskan oleh DIKTI yaitu Pengembangan Pendidikan Nasional lewat Renstra Pendidikan Nasional yang bertemakan “Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif”. Implementasi dari semua ini dapat dilihat dalam acara pengenalan akademik ini dimana unsur-unsurnya dapat dilihat dari Olah Kalbu (Ketuhanan), Olah Pikir(kecerdasan intelektual), Olah Rasa(pergaulan & etika) dan Olah Raga (kesegaran Jasmani). Sebagai bentuk motivasi kepada mahasiswa baru,
Rektor ISI Denpasar memperkenalkan mahasiswa lama yang
berprestasi tingkat nasional seperti pemenang Fotografi, Peraih mendali
emas dan perak di Peksiminas dan Pimnas, Kegiatan BEM ke Turki, Program transfer kredit MIT (Malaysia-Indonesia-Thailand), dimana dua mahasiswa ISI Denpasar sedang mengikuti kuliah di Tamasat University-Thailand selama 6 bulan.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Syafiudin  Mhs Fotografi ISI Denpasar Wakil Bali Juarai Lomba Foto Pembangunan Indonesia 2010

Syafiudin Mhs Fotografi ISI Denpasar Wakil Bali Juarai Lomba Foto Pembangunan Indonesia 2010

Kiriman Arba Wirawan

[JOURNALBALI.COM]. Kebiasaan “jeprat-jepret” dengan kamera ternyata bukan sekedar hobi yang hasilnya untuk koleksi pribadi. Dua pelajar dan seorang mahasiswa asal Bali membuktikan buah tangan kamera mereka mampu mengantarkan Bali ke tingkat nasional soal fotografi.

Lomba Foto Pembangunan Indonesia 2010 ini digagas oleh presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dengan tema “Karya Pembangunan Bangsaku”. Berkaitan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-65. Tujuannya agar masyarakat menumbuhkan rasa cinta Tanah Air terhadap hasil pembangunan bangsa. Baik yang diwariskan oleh para pendahulu maupun yang berlangsung saat ini.

Lomba ini diikuti oleh 459 peserta dari seluruh provinsi di Indonesia, dibagi menjadi tiga kategori, pelajar, mahasiswa dan umum. Peserta menyerahkan foto yang dilombakan di kantor Dinas Kebudayaan Provinsi ditiap daerah. Selanjutnya dilakukan seleksi untuk dikirim mewakili provinsi ditingkat nasional.

Untuk Bali, sebanyak 15 peserta setelah seleksi dari ketiga kategori. Dari semua peserta, tiga orang diantaranya berhasil memperoleh juara. Mereka adalah I Nyoman Haryadiwijaya, I Made Adi Dharmawan dan Syafi’udin, ketiganya dinyatakan sebagai juara dalam lomba. Untuk kategori pelajar, foto karya Haryadiwijaya yang berjudul “night at the market” menjadi juara kedua, sedangkan “penuh penonton”nya Adi Dharmawan sebagai juara harapan kedua. Sementara Syafi’udin dengan foto berjudul “non diskriminasi” menjadi juara pertama kategori mahasiswa.

Selain mendapat uang tunai, mereka juga mendapat tropi dari presiden dan langsung diserahkan oleh RI 1. Selanjutnya, foto-foto peserta dipamerkan di Galeri Nasional, 20-25 Agustus. (ast)

Pemberian Penghargaan Harus Jadi Tradisi

Pemberian Penghargaan Harus Jadi Tradisi

JAKARTA — Kementerian Pendidikan Nasional kembali memberikan penghargaan kepada para guru berprestasi, guru pendidikan luar biasa berdedikasi, guru daerah terpencil khusus berdedikasi. Penghargaan diberikan Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh, pada peringatan Hari Ulang Tahun RI ke-65,  dan juga puncak acara Hari Pendidikan Nasional 2010, di Plaza Insani Kemdiknas, Jakarta, Rabu (18/08).

Hadir pada acara itu Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Djoko Santoso, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Suyanto, dan Direktur Jenderal Pendidikan Non Formal dan Informal Hamid Muhamad, dan undangan lainnya.

Dalam sambutannya, Menteri Nuh menyebutkan, ada satu pertanyaan apakah penghargaan-penghargaan seperti ini tidak menimbulkan diskriminasi/kastanisasi? “Tidak… tidak, tidak ada rasa diskriminasi dalam pemberian penghargaan, malah harus dijadikan tradisi di Kemdiknas. Kita ingin membangun budaya apresiasi positif kepada siapa pun yang berprestasi,” ucapnya.

Menurut Nuh, tanpa adanya pemberian penghargaan terhadap para peraih prestasi dalam menciptakan kreasi dan inovasi, dikhawatirkan akan mengurangi motivasi guru dan siswa. Kemampuan  guru dan siswa tidak selalu sama tetapi akan mempunyai nilai berbeda. “Untuk dapat mencapai prestasi memerlukan berbagai tantangan yang melalui seleksi, hingga memperoleh nilai terbaik dalam meningkatkan mutu pendidikan,” kata Nuh.

Mendiknas mengatakan, ada tiga hal yang dilakukan untuk membangun apresiasi positif. Ketiganya adalah budaya kerja keras, kompetitif, dan pola pikir positif (positive mindset).

Para peraih prestasi dari berbagai provinsi meliputi guru dan siswa prestasi tingkat nasional TK serta SD, SMP,SMA/SMK, guru pendidikan luar biasa, guru daerah khusus, peraih olimpiade, hasil ujian nasional tertinggi, karya tulis ilmiah, dan kursus.  Mereka semua memperoleh hadiah dari Kemdiknas. Insan berprestasi yang hadir adalah siswa berprestasi 95 orang, pendidik dan tenaga kependidikan 550 orang, mahasiswa dan dosen 42 orang, lembaga kursus 20 orang, unit kesehatan sekolah yang berprestasi 60 orang, para pemenang karya tulis ilmiah media swara 20 orang, arsiparis 12 orang, pelayan publik terbaik di Kemdiknas 10 orang, dan karya jurnalistik 29 orang. (ali)

Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2010/8/19/penghargaan.aspx

Loading...