Tata Rias Dan Busana Adat Bali Ke Pura Wanita Hindu Bali

Tata Rias Dan Busana Adat Bali Ke Pura Wanita Hindu Bali

Oleh : (I Ketut Darsana, SST., M.Hum., Jurusan Tari ,FSP, DIPA, 2007)

Abstrak Penelitian

Tata rias dan Busana Adat Bali ke Pura, terutama yang terdapat di Denpasar dan umumnya di Bali Mempunyai keunikan –keunikan tersendiri yang belum tentu dimiliki oleh daerah/propinsi lain. Dari proses pembuatannya yang memakan waktu cukup lama penggunaan busananya selalu dikaitkan dengan upacara-upacara yadnya khususnya dalam melakukan persembahyangan ke pura secara turun temurun. Di samping sebagai prestise identitas diri, maupun daerah busana adat juga memilik nilai-nilai estetis yang sangat tinggi dan di dalamnya terkandung nilai simbol yang terpatri dalam perilaku keseharian. Makna simbol akan melakat scara turun temurun tanpa memperdulikan pengaruh era globalisasi saat ini.

Dalam penelitian ini permasalahan yang menarik yang dikaji dari tata rias dan busana Adat Bali ke Pura adalah mengenai bentuk, fungsi dan makna serta praktisi dipaparkan cara pembuatan hingga pemakaian.

Adapun metode yang digunakan dalam mengkaji tata rias dan busana Adat Bali ke Pura adalah dengan melakukan pendekatan ilmiah di mana data-data yang terkumpul dikaji dan diolah dengan bahasa kualitatif yang singkat, padat dan jelas. Rias dan busana adat ke pura persembahyangan waqnita Bali (Hindu) memiliki dua bentuk yang berbeda. Bantuk ini dapat dilihat dari pengguanaan sanggulnya, ada yang menggunakan sanggul/pusung gonjer, bagi remaja putri dan sanggul/pusung tagel untuk wanita dan dewasa dan atau sudah berkeluarga. Di samping nilai estetis yang terkandung di dalamnya juga mengandung nilai filosofis yang mendalam dalam bentuk uraian bentuk, fungsi dan makna. Semua yang terkandung di dalamnya perlu pemahaman yang mendalam dalam wujud penerapan secara reaal (action) di setiap adanya upoacara persembahyangan ke pura.

Isi Denpasar Menjadi Salah Satu Tempat Kunjungan Wisata Dunia

Guna mendukung program pemerintah visit Indonesia tahun 2010, ISI Denpasar sebagai lembaga pendidikan seni juga turut berbenah dengan menjadikan ISI Denpasar sebagai salah satu target tempat kunjungan wisata bagi wisatawan mancanegara. Kunjungan wisatawan ini sudah menjadi program bulanan di ISI Denpasar yang dalam kurun waktu sekitar 2 bulanan, tercatat sudah tiga kali terdapat program kunjungan wisatawan asing ke ISI Denpasar. Kemarin (17 Februari 2010) sekitar 40 wisatawan asing yang sebagain besar dari negara Australia, berkunjung ke ISI Denpasar. Mereka disuguhkan beberapa tari Bali diantaranya tari penyambutan, Selat Segara, dan Tari Topeng Tua. Selain dapat menyaksikan pentas seni yang disuguhkan oleh mahasiswa ISI Denpasar, mereka juga dapat wawasan dan pengetahun baru tentang dasar-dasar tari dan tabuh Bali. Pada kesempatan tersebut Ketua Darma Wanita ISI Denpasar I Gusti Ayu Srinatih, M.Si., memberikan workshop tari dan tabuh Bali. Tampak para audien yang rata-rata sudah berusia lanjut ini sangat antusias mendengarkan dan menyimak dengan seksama beberapa paparan yang diberikan oleh instruktur. Sesekali diantara mereka ada yang mencoba meniru gerakan yang diperagakan oleh para penari. Jempretan dan sorotan kamera tak henti-hrntinya mengalir kearah penari dan penabuh, sebagai oleh-oleh yang bisa mereka bawa pulang ke negara asalnya.  Selain pemberian workshop, para wisatawan juga bisa menyaksikan kesenian Bali secara menyeluruh dengan mengunjungi musium seni milik ISI Denpasar (Gedung Lata Mahosadi).

Menurut I Gusti Ayu Srinatih,  dengan dijadikan ISI Denpasar sebagai salah satu daerah tujuan wisata dunia, akan membawa berkah tersendiri, dimana kita dapat mempromosikan ISI Denpasar sebagai lembaga pendidikan seni di kancah internasional. Selain itu kedatangan wisatawan mancanegara ini juga menjadikan barometer bahwa fasilitas yang dimiliki ISI Denpasar sudah standar internasional. Berbekal dari program-program seperti ini akan menginspirasi kita untuk dapat melahirkan suat suguhan-suguhan yang menarik dan inovatif yang melahirkan industri kreatif dalam seni pertunjukan. Sehingga akan lahir banyak hasil karya baru yang mampu menjual, sehingga kegiatan ini bisa menjadi salah satu program yang dapat diterapkan nanti apabila ISI menjadi Badan Hukum Pendidikan (BHP).

Humas ISI Denpasar Melaporkan.

Prosedur Guru Besar Diperketat

Dibentuk Kelompok Keilmuan

Sumber: http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/20/04303159/prosedur.guru.besar.diperketat

Jakarta, Kompas – Prosedur pengajuan untuk menjadi guru besar di perguruan tinggi akan diperketat. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin kualitas seorang guru besar sehingga benar-benar memiliki keahlian keilmuan tertentu, bukan sekadar memenuhi persyaratan administratif.

Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh mengatakan hal itu kepada wartawan, Jumat (19/2) di Jakarta. ”Kebijakan ini bukan tiba-tiba dan bukan reaktif,” kata Nuh, didampingi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi yang juga Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal.

Menurut Mendiknas, sejak dua bulan lalu, Kementerian Pendidikan Nasional mulai meninjau kembali sistem evaluasi persetujuan pemberian status guru besar. Selain itu, juga dibentuk peer group atau kelompok dengan bidang keilmuan yang spesifik. Kelompok itu bertugas meninjau karya ilmiah yang diajukan untuk kenaikan jenjang atau memperoleh gelar guru besar.

”Sebenarnya sekarang sudah ada tim penilai, tetapi kami ingin lebih memperketat lagi tim itu, tidak hanya dari aspek administratif, tetapi dipertajam dari aspek akademik keilmuan,” kata Nuh.

Bukti bahwa Kementerian Pendidikan Nasional sangat ketat dalam pemberian gelar guru besar, sambung Nuh, sepanjang tahun 2009 perguruan tinggi negeri mengajukan permohonan 986 calon guru besar. Namun, yang disetujui hanya 286 guru besar. ”Ini membuktikan, untuk menjadi guru besar sangat ketat dan selektif,” kata Nuh.

Penambahan guru besar di perguruan tinggi juga tidak terjadi lonjakan. Tahun 2008, misalnya, ada 3.439 guru besar di perguruan tinggi negeri (PTN), sedangkan pada 2009 ada 3.662 guru besar. Adapun di perguruan tinggi swasta, tahun 2008 ada 512 guru besar, tahun 2009 ada 573 guru besar.

Pemberian sanksi

Terkait dengan pemberian sanksi kepada guru besar yang melakukan pelanggaran akademik, Nuh mengembalikan masalah itu kepada pihak perguruan tinggi masing-masing. Pasalnya, penanganan penyimpangan dosen menjadi tugas tim kode etik di perguruan tinggi masing-masing.

”Pemerintah tidak dapat turut campur karena setiap perguruan tinggi telah diberikan otonomi,” ujarnya.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal menambahkan, jika terjadi pelanggaran, rektor bisa memberikan sanksi, mulai dari teguran, baik secara tertulis maupun lisan, penundaan pemberian hak-hak dosen, penurunan pangkat dan jabatan akademik, dan pemberhentian dengan hormat serta pemberhentian dengan tidak hormat.

”Itu hak otonomi setiap perguruan tinggi,” kata Fasli.(LUK/THY)

Analisis Koreografi Karya-Karya I Gusti Agung Ngurah Supartha

Analisis Koreografi Karya-Karya I Gusti Agung Ngurah Supartha

Oleh : (Drs. Rinto Widyarto, M.Si., Jrusan Tari, FSP ,DIPA 2007)

Abstrak penelitian

Penelitian ini adalah sebuah pengkajian seni tari, bertujuan untuk mengetahui dan memahami kreativitas seorang seniman tari dalam membuat karya tari baru. Sebagai sampel penelitian ini adalah koreografi karya-karya I Gst. Ngr.Supartha (Alm), kiat-kiat artistik dan faktor-faktor pendorong. Sebagai sebuah peneltian kualitatif, penelitian ini menggunakan pendekatan multi disiplin dengan alasan teori dari ilmu estetika, SDR (Stimulation-Drive-Response), n-Ach atau need for achieve-ment (psokologis)  dan teori perubahan (antropologi). Semua inforasi yang disajikan dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancar mendalam, observasi, studi laboratorium dan kepustakaan.

Hasil analisis data menunjukan bahwa dalam proses berkreativitas I Gst. Ngr. Supartha mempunyai gaya individu sebagai identitas yang kuat tercermin pada karya-karyanya (estetika,desa kala, patra dan variasi perubahan yang lentur); trik-trik sebagai kiat artistik dari desain koreografi yang diperhitungkan; dan stimulasi berkarya sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Korelasi Antara Kemampuan Menghayati Unsur-Unsur Intrinsik Karya Sastra Dengan Kemampuan Mengapresiasikan Karya Seni Mahasiswa Isi Denpasar

Korelasi Antara Kemampuan Menghayati Unsur-Unsur Intrinsik Karya Sastra Dengan Kemampuan Mengapresiasikan Karya Seni Mahasiswa Isi Denpasar

Oleh : ( Drs. I Wayan Mardana, Jurusan Pedalangan, FSP, DIPA, 2006)

Abstrak Penelitian

RamaPenghayatan  karya sastra apresiasi seni adalah mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar. Tjuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara kemampuan menghayati unsur-unsur intristik karya sastra dengan kemampuan mengapresiasikan karya seni mahasiswa ISI Denpasar. Proses Penelitian ini terlebih dahulu melakukan dengan pengumpulan data dari nilai penghayatan karya sastra dan nilai apresiasi seni ISI Denpasar. Data dari 50 orang tersebut merupakan sampel penelitian yang mewakili seluruh mahasiswa ISI Denpasar sebagai populasi penelitian. Selanjutnya nilai penghayatan sastra sebagai variabel bebas dan apresiasi karya seni sebagai variabel terikat, dianalisis menggunakan analisis statistik. Teknik uji hipotesis dalam statistik yang digunakan adalah koefisien korelasi produk momen pearson. Koefisien korelasi dalam perhitungan keduanya lebih besar, berarti hipotesis penelitian yang berupa alternatif adalah signifikan. Sebagai kesimpulan penelitian bahwa ada korelasi yang positif antara kemampuan menghayati unsur-unsur intristik karya sastra dengan kemampuan mengapresiasikan karya seni mahasiswa ISI Denmpasar.

Loading...