ABIMANYU WIGNA

ABIMANYU WIGNA

Penata

Nama                     : Kadek Sidik Aryawan

Nim                       : 200701016

Program Studi       : Seni Tari

Sinopsis :

Kepanikan Yudisthira akan Cakra Wahyu yang dibuat oleh pasukan Korawa, menggugah hati Abimanyu untuk masuk ke dalam lingkungan tersebut. Keberanian Abimanyu justru menjadi malapetaka bagi dirinya. Awalnya, Abimanyu dengan mudah mengalahkan pasukan Korawa, namun Abimanyu akhirnya tewas terbunuh akibat kecurangan dan kelicikan yang dilakukan petinggi Korawa.

 

 

Pendukung Tari      :

1.  Komang Farda Adi Saputra    (Mahasiswa ISI Dps,Smtr IV)

2. I Gede Tilem Pastika             (Mahasiswa ISI Dps, Smtr II)

3. Dewa Putu Selamat Raharja   (Siswa SMKN 3 Sukawati kelas XI)

4. I Wayan Plong Widiana          (Mahasiswa UNUD Fak.Ekonomi Semester II)

Penata Karawitan             : I Wayan Darya, S.Sn

Pendukung Karawitan       : Sekaa Gong Semara Madhu Singapadu, Gianyar-Bali

Wujud Garapan Kembang Ratna

Wujud Garapan Kembang Ratna

Kiriman Ni Luh Lisa Susanti Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar

Wujud merupakan salah satu bagian dari tiga elemen karya seni (wujud, isi/bobot, dan penampilan), serta menjadi elemen dasar yang terkandung dalam karya seni. Wujud adalah sesuatu yang dapat secara nyata dipersepsikan melalui mata atau telinga atau secara abstrak yang dapat dibayangkan atau dikhayalkan.

Deskripsi Garapan

Kembang Ratna merupakan sebuah garapan tari kreasi Palegongan yang tidak menggunakan pakem-pakem tari Legong, namun terinspirasi pada gerakan-gerakan luwes dari Legong klasik, dan dikembangkan sesuai kebutuhan garapan.  Garapan Kembang Ratna tidak memuat dan mengangkat unsur cerita di dalamnya, tetapi menampilkan wujud serta karakter bunga ratna. Seperti yang diketahui, karakter dari bunga ratna, yaitu agung, sederhana, dan indah. Sedangkan wujud bunga ratna, yaitu bunga ratna memiliki bentuk yang kecil, namun dapat hidup subur di tengah-tengah tumbuhan lainnya, serta dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu. Ide garapan terinspirasi saat penata melihat setangkai bunga ratna yang dipasangkan di setiap bangunan suci (pelinggih) pada waktu diselenggarakannya upacara keagamaan.

Adapun tema yang diangkat dalam garapan Kembang Ratna adalah perputaran hidup. Perputaran hidup yang dimaksud adalah perputaran hidup dari bunga ratna itu sendiri, karena bunga ratna tidak hanya selalu dalam keadaan segar namun juga dapat layu dan rapuh. Demikianlah bunga ratna yang melalui suatu proses yang terus berputar, tumbuh dari bibitnya, hidup subur di antara tumbuhan lainnya, memiliki karakter agung karena digunakan sebagai sarana upacara, sederhana karena memiliki bentuk kecil, dan indah. Bunga ratna dapat layu dan rapuh seiring berjalannya waktu, namun setelah layu dan rapuhnya bunga ratna tersebut akibat dipetik setelah digunakan sebagai sarana upacara, bunga ratna dapat tumbuh kembali dari bijinya yang berserakan menjadi bunga ratna baru. Tema inilah yang harus disesuaikan dengan struktur garapannya agar dapat menjadi satu kesatuan yang utuh. Struktur garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna terdiri dari pengawit, pepeson, pengawak, pengecet, pengetog, dan pekaad. Gerakan-gerakan yang dipergunakan dalam tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah pengembangan dari gerak-gerak tari Legong, seperti agem, dan angsel gerak serta muncul berdasarkan inspirasi penata sendiri. Tentunya dalam hal ini, penata menginginkan motif gerakan yang dipergunakan dalam garapan dapat berbeda dari gerak-gerak Legong yang telah ada sebelumnya.

Kembang Ratna ditarikan dalam bentuk tari kelompok oleh 7 (tujuh) orang penari putri dengan alasan penempatan penari dapat memberi kesan dinamis, kontras, asimetris, pola lantai dapat lebih bervariasi, postur tubuh penata dan pendukung yang agak kecil memungkinkan menggunakan 7 orang penari agar panggung tidak terlalu banyak kosong, serta dapat berbeda dari segi jumlah penari dengan penampilan tari kreasi Palegongan lainnya yang dipertunjukkan dalam menempuh Ujian Tugas Akhir pada tahun ini.

Pesan yang ingin disampaikan penata melalui garapan tari Kembang Ratna terkait dengan tema yang diangkat adalah dalam kehidupan, makhluk hidup semua sama di hadapan Tuhan karena semua diciptakan dan melalui proses yang sama yaitu lahir, hidup, dan mati. Begitulah seterusnya dan selalu berulang-ulang, demikian pula halnya dengan bunga ratna.

   Durasi waktu yang digunakan dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah kurang lebih 12 menit, yang disajikan di panggung prosenium Gedung Natya Mandala ISI Denpasar. Berdasarkan durasi waktu yang digunakan, diharapkan garapan ini dapat tampil secara utuh, adanya suatu komunikasi, dan dapat dinikmati penontonnya.

   Konsep kostum yang digunakan dalam garapan ini adalah konsep minimalis dengan tujuan agar kostum nantinya tidak mengganggu ruang gerak penari. Kostum garapan ini menggunakan ciri kostum Palegongan yang telah ada, seperti penggunaan lamak, bancangan, dan sesimping, namun ada beberapa bagian yang diberi inovasi, seperti motif serta warna  gelungan, kain, sesimping, ampok-ampok, dan lamak, agar dapat menampilkan nuansa baru. Demikian halnya dengan tata rias dalam garapan Kembang Ratna yang menggunakan tata rias panggung putri halus. Warna kostum yang dominan digunakan dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah warna ungu, dan putih susu. Penggunaan warna ini didasarkan atas dua macam warna bunga ratna asli, yaitu bunga ratna berwarna ungu, dan bunga ratna berwarna putih. Selain itu, properti yang digunakan yaitu kipas, yang telah menjadi ciri khas tari Palegongan dan nantinya akan mendukung ekspresi gerak yang dibawakan.

   Iringan yang digunakan dalam garapan tari kreasi Palegongan Kembang Ratna adalah gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu. Pemilihan gamelan berdasarkan pertimbangan bahwa gamelan Semar Pegulingan memiliki kekayaan patet dengan 7 nada yang dimiliki, mampu mendukung setiap suasana yang ingin disampaikan, dan gamelan ini identik dengan tari Legong. Penata iringan tari garapan Kembang Ratna adalah Dewa Alit, dengan pendukung karawitan adalah Sekaa Gong Nataraja, Banjar Mekar Sari, Padang Tegal, Ubud. Pola iringannya disesuaikan dengan struktur tari kreasi Palegongan yang digarap, dan jenis gending yang digunakan juga inovatif, sehingga antara bentuk tari dan gending  terdapat adanya jalinan kesatuan yang utuh.

Wujud Garapan Kembang Ratna selengkapnya

Postur Alumni Cerminkan Citra Almamaternya

Postur Alumni Cerminkan Citra Almamaternya

Jakarta — Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal menilai penting peran ikatan alumni terhadap kualitas lulusan sebuah  perguruan tinggi. “Postur alumni akan menunjukkan pencitraan dan kualitas sebuah almamater ” ucapnya ketika menghadiri acara temu Ikatan Alumni Universitas Andalas, Sabtu (3/9) di Jakarta. ” Sebenarnya perlu juga disadari wadah ikatan alumni itu bukan sekadar forum silaturahmi antar alumni saja, tetapi juga wadah untuk berembuk dan mengomunikasikan upaya dan usaha dalam memajukan almamaternya.”

Melihat hal tersebut, tentunya diperlukan pembinaan dan pembangunan ikatan alumni yang kokoh, dan Fasli melihat perguruan tinggilah yang memegang peranan tersebut.  “Saya melihat  perguruan tinggi harus terlebih dahulu merapatkan barisannya, karena pembangunan ikatan alumni ini pada dasarnya memang untuk almamater, jadi usaha memajukan ikatan alumni ini tidak kalah penting dari pembangunan sarana dan prasarana kampus, ” ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas tahun 1982 ini.

Alumni pun akan memiliki peranan penting dalam memberdayakan ikatan alumninya. Kehadiran alumni dalam setiap forum yang menghadirkan para mahasiswa, dan kemudian bercerita mengenai pengalaman kuliahnya hingga apa yang diraihnya  sekarang, merupakan inspirasi yang mudah ditanamkan di benak para mahasiswa.  “Bila ini berhasil dijalankan secara baik, bayangkan berapa banyak mimpi yang akan dimulai oleh para mahasiswa kita, tidak melulu mesti pejabat, siapa pun dan dari profesi apapun serta tidak harus pengalaman sukses saja tetapi juga kegagalan, karena kita dapat belajar pula dari ketidakberhasilan,”  Ucapnya sembari mengatakan bahwa metode serupa telah dijalankan oleh perguruan tinggi ternama dunia, seperti Harvard Universtity dan Cornell University.

Fasli menyarankan agar ikatan alumni tidak hanya aktif berkegiatan di daerah saja. Dia berharap kegiatan bisa bertaraf nasional bahkan internasional. “Dengan banyaknya kegiatan yang digagas oleh ikatan alumni  selain akan menjadi  sumbangsih yang besar bagi publikasi dan citra almamater yang dicintainya.”

Sumber: kemdiknas.go.id

Pengenalan Kegiatan Akademik Dan Kemahasiswaan Mahasiswa Baru Tahun 2011

Pengenalan Kegiatan Akademik Dan Kemahasiswaan Mahasiswa Baru Tahun 2011

Sejumlah 292 mahasiswa baru ISI Denpasar  mengikuti pengenalan kegiatan akademik dan kemahasiswaan di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar.Kegiatan ini akan berlangsung selama satu minggu, dimulai sejak hari Senin-Jumat, 5-9 September 2011. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Rektor ISI yang diwakili oleh Pembantu Rektor I Bidang Akademik, Drs. I Ketut Murdana, M.Sn.

Dalam acara pembukaan yang dihadiri pejabat struktural kedua fakultas ISI Denpasar, Murdana menyinggung tentang signifikansi pendidikan karakter dalam pendidikan Perguruan Tinggi, untuk meningkatkan kualitas masa depan Bangsa. Selain itu, dalam acara pembukaan dilaporkan pula pelaksanaan penerimaan mahasiswa baru, serta kegiatan pengenalan akademik dan kemahasiswaan.

Mahasiswa baru ISI Denpasar dalam kegiatan ini akan mendapatkan materi tentang paradigm baru pendidikan tinggi, pola pengembangan kemahasiswaan, pendidikan karakter Bangsa, panduan studi dan system informasi akademik, system dan proses pembelajaran, kewirausahaan, program kreativitas mahasiswa,penulisan media kampus, latihan ketrampilan manajemen kemahasiswaan, , etika dan tata pergaulan kampus, gaya kepemimpinan, pengenalan lagu hymne dan mars ISI Denpasar, yang dibawakan oleh dosen ISI Denpasar, serta ceramah narkoba dan kenakalan remaja yang dibawakan oleh petugas Polda Bali.

Pembantu Rektor III, Bidang Kemahasiswaan, I Made Subratha, M.Si. mengatakan bahwa semua mahasiswa baru pada akhir pengenalan kegiatan akademik dan kemahasiswaan ini, akan mengikuti kegiatan kerja bakti di lingkungan kampus. “Mahasiswa baru ini juga diwajibkan membuat karya tulis yang sudah harus dikumpulkan pada hari Jumat (9/9), selain harus mengikuti semua kegiatan selama seminggu ini,”papar Subratha ditemui di sela-sela acara tersebut.

Pada hari kedua acara pengenalan kegiatan akademik dan kemahasiswaan ini, Selasa (8/9) yang lalu rombongan muhibah seni ISI Denpasar juga bertolakke San Fransisco Amerika. Rektor ISI Denpasar,Prof. Rai menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh dosen, staf dan mahasiswa ISI Denpasar yang selalu bekerja dengan baik sehingga setiap kegiatan kampus dapat berjalan dengan baik.

Humas ISI Denpasar melaporkan

Sarana Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa

Sarana Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa

Kiriman I Ketut Gina, Mahasiswa PS. Seni Pedalangan

1).  Gedebong

            Gedebong atau pohon pisang dalam pertunjukan Wayang Kulit berfungsi untuk tempat menjejerkan wayang-wayang yang mengambil posisi di kelir. Pada saat tokoh wayang yang dimainkan berada pada posisi berdiri, menunduk, maupun duduk, tangkai wayang ditancapkan pada gadebong. Gadebong juga berfungsi untuk menancapkan kayu perentang pada pinggir kelir (kanan dan kiri) dengan posisi vertikal (jelujuh), agar kelir menjadi kencang dan tidak tertekuk-tekuk. Di dalam kitab Dharma Pewayangan disebutkan bahwa gadebong merupakan lambang Pertiwi atau tanah, kelir adalah lambang akasa atau langit dan blencong lambang teja (Triodasa Saksi), yang meliputi Surya, Candra, Wintang Tranggana. Ketiga-tiganya merupakan bagian dari Panca Maha Buta (akasa, teja, bayu, apah, pertiwi).

2).  Kelir

            Kelir adalah kain putih dibentangkan untuk menggelar wayang, dimana nanti akan muncul bayangan wayang. Dalam Dharma Pewayangan, kelir adalah simbol langit, juga yang membatasi dalang dengan penonton. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan, banyak sekali penonton yang ingin menonton dari balik kelir, agar dapat melihat langsung dalangnya. Pada pagelaran wayang inovatif cenderung menggunakan gayor sebagai tempat untuk mengikatkan tali pembentang kelirGayor ada yang dibuat sangat mewah sesuai dengan kebutuhan pertunjukan. Bahannya dari kayu pilihan, ditatah oleh tukang ukir yang berpengalaman, ukiran ini kemudian dipoles dengan cat dasar berwarna merah, kemudian dicat dengan cat warna emas, lazimnya disebut prada, sehingga akan menimbulkan kesan mewah. Ukuran kelir pagelaran wayang inovatif sangat bervariasi, ada yang standar, adapula yang dibuat sangat besar. Hal seperti ini disesuaikan dengan kebutuhan pertunjukan oleh dalang yang akan melakukan pertunjukan. Hal seperti itu sudah tentu akan berpengaruh terhadap penilaian dari masyarakat peminatnya. Kelir yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang Ida Bagus Sudiksa adalah kelir yang berukuran normal sesuai dengan ukuran standar kelir tradisi yaitu 2,50 x 1,25 meter.

3). Blencong

            Lingkungan masyarakat di Bali, lampu blencong sering disebut sanggokan atau sembe, yang terbuat dari tanah liat kemudian dibakar. Kegunaan blencong adalah untuk alat penerangan oleh dalang di saat pementasan Wayang Peteng. Dalam Kamus Bahasa Jawa-Indonesia, blencong dideskripsikan secara singkat mempunyai kegunaan sebagai lampu untuk penerangan wayang. Dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang Ida Bagus Sudiksa, digunakan blencong yang ukurannya hampir sama dengan ukuran blencong pada umumnya. Diameter blencong yang digunaka kurang lebih sekitar 30 cm, tingginya sekitar 28 cm, di dalamnya ada sumbu terbuat dari benang (seperti sumbu kompor minyak tanah), dengan panjang sumbunya sekitar 25 cm,      4 cm di luar, dan sisanya masuk ke badan blencong. Bahan bakar yang digunakan adalah minyak kelapa dengan kapasitas kurang lebih tiga (3) liter. Yang mengontrol nyala blencong di saat pementasan adalah katengkong yang ada di sebelah kanan, agar lebih gampang dari pada katengkong yang ada di sebelah kiri. Tujuan mengontrol blencong agar nyalanya stabil dan tidak menyebabkan pertunjukan terganggu. Tata cahaya yang dipilih oleh dalang Ida Bagus Sudiksa sangat sesuai dengan garapan tradisional. Cahaya blencong mampu memberikan aksen magis dalam pertunjukannya, yang dapat menggiring fikiran penonton seakan dibawa pada masa dimana peristiwa dalam lakon tersebut terjadi. Dalam Dharma Pewayangan disebutkan, bahwa blencong adalah simbol Surya. Cahaya/sinar memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah pertunjukan visual. Intensitas cahaya akan mempengaruhi totalitas dari pertunjukan yang digelar. Begitu pula halnya dengan pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang Ida Bagus Sudiksa, cahaya yang dihasilkan oleh blencong sangat berpengaruh terhadap jalannya pertunjukan. Sinar yang dihasilkan oleh blencong menyebabkan wayang yang ada di kelir seakan-akan memiliki nafas, sehingga wayang terkesan hidup meskipun di saat jejer wayang. Bayangan yang dihasilkan oleh sinar blencong secara realitas merupakan cerminan sikap, moral dalam kehidupan.

4). Sound System

            Alat pembantu pengeras suara atau sound system memegang peranan yang sangat penting di dalam pertunjukan wayang. Sound system yang membantu dalang agar suaranya terdengar keras dan jelas oleh penonton. Jika rangkaian dari pada sound sysitem bagus dan memadai, maka dalang bisa mengatur penekanan suara yang diperlukan untuk tokoh wayang, antara keras dan lembut tanpa mengeluarkan energi penuh. Sound system yang digunakan dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang Ida Bagus Sudiksa merupakan sound yang standar milik pribadinya, yang terdiri dari : amplifire ukuran 500 watt, mikrophon, loud speaker (corong) satu buah, dan dua buah colum medium dengan penyangganya. Alat ini sangat mendukung dalam pertunjukan, sehingga suara dalang dan pesan yang disampaikan oleh dalang kepada penonton dapat didengar dengan jelas.

5). Keropak dan Wayang

            Keropak wayang adalah tempat penyimpanan wayang. Keropak pada umumnya terbuat dari kayu nangka atau sering disebut ketewel. Bentuk kotak segi empat panjang yang ada variasinya berupa cekungan, bagian atas keropak berfungsi sebagai penutup yang dirancang sedemikian rupa, sehingga mudah dibuka dan ditutup. Selain cekungannya menambah kesan indah, juga ukuran pantat dalang bisa menempel tepat pada pinggir keropak, sehingga dalang dapat memanfaatkan keropak sebagaimana keperluan dalam pertunjukan wayang. Keropak wayang yang digunakan oleh Ida Bagus Sudiksa terbuat dari kayu nangka, dengan panjang 110 cm, lebar bagian bawah 74 cm, dan lebar bagian atas 54 cm, dengan tinggi berukuran 32 cm. Menurutnya, keropak dengan ukuran tersebut di atas mampu menampung hingga 150 wayang, akan tetapi keropak ini berisi sekitar 80 wayang dari berbagai macam tokoh, karakter termasuk wayang tokoh hewan dan tumbuh-tumbuhan. Tempat keropak wayang di samping kiri dalang. Di sini keropak mempunyai fungsi ganda, selain tempat untuk menyimpan wayang, juga berfungsi untuk memberi aksen bersama sarana yang lain yaitu cepala. Di sisi kanan keropak dirancang secara khusus agar bisa lentur, bisa dibentur-benturkan dengan penampang tempatnya berpasangan. Saat pertunjukan wayang mulai keropak akan dipukul oleh dalang dengan alat pukul yang disebut cepala, untuk memberikan aksen pada pertunjukan. Keras lemah, cepat atau lambatnya pemukulan keropak akan memberikan ritme pada pertunjukan wayang, tentunya disesuaikan dengan situasi yang terjadi di dalam pertunjukan.

Wayang adalah material yang terpenting dalam pertunjukan wayang. Wayang pada umumnya terbuat dari kulit sapi yang ditatah atau diukir dan dicat dengan pewarna sesuai dengan keperluannya masing-masing. Wayang yang digunakan oleh dalang Ida Bagus Sudiksa hampir seluruhnya terbuat dari kulit sapi (belulang sampi). Wayang yang tersimpan dalam keropak wayang miliknya tidak kurang dari 80 wayang. Wayang tersebut terdiri dari kayonan, pamurtian, tokoh-tokoh dewa, tokoh raja, tokoh patih, tokoh pendeta, Rangda, Barong, rarung, para raksasa, punakawan, kayu besar dan kecil, bondres dan lain sebagainya, dengan berbagai bentuk dan karakternya. Ukuran dan bentuk wayang dalam pertunjukan Wayang Calonarang lakon Kautus Rarung oleh dalang Ida Bagus Sudiksa, tidak jauh berbeda dengan ukuran wayang pada umumnya. Bahan yang digunakan sama, yaitu terbuat dari kulit sapi (belulang sampi), dengan tangkai kebanyakan memakai tanduk, tujuannya agar lebih enak di saat menarikannya.

Sarana Pertunjukan Wayang Calonarang Lakon Kautus Rarung Dalang Ida Bagus Sudiksa, selengkapnya

Loading...