Wisuda XXIV ISI Denpasar Dilaksanakan Semi Virtual, Ini Pesan Rektor Prof. I Gede Arya Sugiartha

Wisuda XXIV ISI Denpasar Dilaksanakan Semi Virtual, Ini Pesan Rektor Prof. I Gede Arya Sugiartha

Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha melepas lulusan seni dalam agenda Wisuda ke-XXIV ISI Denpasar yang dilaksanakan semi virtual, Rabu (30/9/2020).

Sumber : https://wartabalionline.com/2020/09/30/wisuda-xxiv-isi-denpasar-dilaksanakan-semi-virtual-ini-pesan-rektor-prof-i-gede-arya-sugiartha/

DENPASAR –  368 mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar mengikuti wisuda ke-XXIV (ISI) yang dilaksanakan semi virtual, Rabu (30/9/2020). Sedangkan prosesi secara langsung di  Gedung Studio Film dihadiri perwakilan wisudawan dari jenjang Sarjana Terapan, Sarjana dan Program Pascasarjana.

Dalam wisuda itu, lulusan terbaik untuk jenjang Magister (Prodi Seni) diraih Ni Luh Putu Asti Suarini (IPK 3,91), Nyoman Tri Ratih Aryaputri (IPK 3,91), Ni Made Bunga Pradnya Paramita (IPK 3,86) dan  Sang Nyoman Gede Adhi Santika (3,72).

Tiga lulusan terbaik dari jenjang Sarjana yaitu I Gusti Ayu Mas Nari Wulan (IPK 3, 97), I Gede Yuda Pramada (IPK 3, 93) dan Ni Kadek Rina Ari Yustisia (IPK 3, 92). Mereka berasal dari Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan. Sementara, lulusan terbaik jenjang Sarjana Terapan diraih  Ni Wayan Dina Marreta (IPK 3,67) Putu Angga Wicaksana Putra (IPK 3, 59) dan Ni Komang Ari D. Supanti (IPK 3, 55).

Sebelumnya, pimpinan ISI Denpasar berencana menggelar wisuda secara semi virtual pada Mei 2020. Namun, sebagian besar mahasiswa mendesak digelarnya wisuda konvensional sembari menunggu situasi normal. Karena hingga September kasus Covid-19 bekum meredam,  disepakati penyelenggaraan wisuda semi virtual.

Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, S.S.Kar., M.Hum., menyadari lulusan tahun ini menghadapi tantangan cukup berat karena minimnya lapangan pekerjaan serta pembatasan aktivitas berkesenian akibat dampak wabah global Covid-19.

Kendati demikian,  Guru Besar Seni Karawitan ini memotivasi lulusannya agar mampu beradaptasi di segala situasi. Malah, situasi Covid-19 bisa dijadikan lompatan menciptakan karya-karya seni inovatif yang belum terpikirkan sebelumnya. Dan itu sudah terbukti dengan lahirnya karya seni virtual yang sudah dilombakan oleh Dinas Kebudayaan.

Dalam enjaga ketajaman ‘soft skill’ seniman selama pembatasan aktivitas sosial, Arya Sugiartha menyarankan lulusannya tetap produktif menelurkan karya sesuai kompetensinya masing-masing, sebagai persiapan saat situasi sudah pulih. “Yang bisa dilakukan sekarang mengumpulkan koleksi karya seni. Misalnya pelukis, teruslah melukis. Bagi fotografer, teruslah memotret, kumpulkan karya sebagai stok, sehingga pas sudah normal bisa dipamerkan. Metode seperti ini juga berlaku untuk semua seniman dari segala keahliannya,” kata Arya Sugiartha.

Terakit menjelang masa purna tugas sebagai rector Maret 2021, Rektor asal Pupuan, Tabanan ini mengaku bangga diberi amanah memimpin kampus seni plat merah satu-satunya di Bali-Nusra selama delapan tahun. Ucapan terimakasih pun disematkan untuk jajarannya yang turut membantu menyukseskan program kerjanya untuk mencapai visi lembaga menjadi pusat unggulan seni budaya berbasis kearifan lokal berwawasan universal tahun 2020.

Selain sukses mencatatkan berbagai prestasi membanggakan, Arya Sugiartha juga tak menampik masih banyak kekurangan selama masa kepemimpinannya. Untuk itu, ia berharap rektor baru bisa menyempurnakan ke depan. “Selama delapan tahun saya didampingi orang-orang hebat, mulai dari wakil rektor, dekan, kepala biro, seluruh dosen dan pegawai. Saya sangat terbuka sebagai pemimpin, dan saya yakin rektor berikutnya akan lebih hebat,” ujarnya.(sur)

Rektor ISI Denpasar: Seniman harus beradaptasi dalam segala situasi

Rektor ISI Denpasar: Seniman harus beradaptasi dalam segala situasi

Sumber : https://bali.antaranews.com/berita/211249/rektor-isi-denpasar-seniman-harus-beradaptasi-dalam-segala-situasi

Rektor ISI Denpasar: Seniman harus beradaptasi dalam segala situasi
Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum saat mewisuda perwakilan mahasiswa (Antaranews Bali/Ni Luh Rhisma/2020)

Denpasar (ANTARA) – Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum memotivasi lulusannya yang juga merupakan para seniman agar mampu beradaptasi dalam segala situasi.

“Situasi pandemi COVID-19 bisa dijadikan lompatan menciptakan karya-karya seni inovatif yang belum terpikirkan sebelumnya. Itu sudah terbukti dengan lahirnya karya seni virtual yang juga sudah dilombakan oleh Dinas Kebudayaan,” kata Prof Arya disela-sela pelaksanaan Wisuda XXIV Institut Seni Indonesia Denpasar yang berlangsung semi virtual, di Denpasar, Rabu.

Wisuda ISI Denpasar yang dilaksanakan perpaduan virtual dan langsung itu diikuti 386 wisudawan dari jenjang Sarjana Terapan, Sarjana dan Program Pascasarjana. Hanya beberapa perwakilan wisudawan yang diizinkan mengikuti prosesi secara langsung di titik pusat Gedung Studio Film, kampus setempat.

Awalnya, pimpinan ISI Denpasar berencana menggelar wisuda secara semi virtual pada Mei 2020. Tetapi, sebagian besar mahasiswa mendesak digelarnya wisuda konvensional sembari menunggu situasi normal. Namun, karena hingga September, kasus COVID-19 di Bali masih cukup tinggi, sehingga disepakatilah penyelenggaraan wisuda memadukan kegiatan virtual dan langsung.

Prof Arya menyadari lulusan tahun ini menghadapi tantangan yang sangat berat, karena minimnya lapangan pekerjaan, serta pembatasan aktivitas berkesenian akibat dampak pandemi COVID-19.

Tetapi, untuk menjaga ketajaman “soft skill” Selama pembatasan aktivitas sosial, dia menyarankan lulusannya tetap produktif menghasilkan karya sesuai kompetensinya masing-masing, sebagai persiapan saat situasi sudah pulih.

“Yang bisa dilakukan sekarang mengumpulkan koleksi karya seni. Misalnya pelukis, teruslah melukis. Bagi fotografer, teruslah memotret, kumpulkan karya sebagai stok, sehingga pas sudah normal, bisa dipamerkan. Metode seperti ini juga berlaku untuk semua seniman dari segala keahliannya,” ujarnya.

Menjelang masa purnatugasnya sebagai rektor pada Maret 2021, Prof Arya mengaku bangga diberi amanah memimpin kampus seni pelat merah satu-satunya di Bali-Nusra selama delapan tahun.

Diapun menyampaikan ucapan terima kasih kepada jajarannya yang turut membantu menyukseskan program kerjanya untuk mencapai visi lembaga menjadi pusat unggulan seni budaya berbasis kearifan lokal berwawasan universal tahun 2020 ini.

Selain sukses mencatatkan berbagai prestasi membanggakan, Prof Arya tak menampik masih banyak kekurangan selama masa kepemimpinannya.

“Selama delapan tahun saya didampingi orang-orang hebat, mulai dari wakil rektor, dekan, kepala biro, seluruh dosen dan pegawai. Saya sangat terbuka sebagai pemimpin, dan saya yakin rektor berikutnya akan lebih hebat,” ucapnya.

Dalam wisuda yang dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat itu, lulusan terbaik untuk jenjang Magister (Prodi Seni) diraih oleh, Ni Luh Putu Asti Suarini (IPK 3,91), Nyoman Tri Ratih Aryaputri (IPK 3,91), Ni Made Bunga Pradnya Paramita (IPK 3,86), serta Sang Nyoman Gede Adhi Santika (3,72).

Pada jenjang Sarjana, I Gusti Ayu Mas Nari Wulan (IPK 3, 97), I Gede Yuda Pramada (IPK 3, 93) dan Ni Kadek Rina Ari Yustisia (IPK 3, 92) lolos sebagai tiga lulusan terbaik. Ketiganya berasal dari Prodi Pendidikan Seni Pertunjukan.

Sedangkan lulusan terbaik jenjang Sarjana Terapan diraih oleh, Ni Wayan Dina Marreta (IPK 3,67) Putu Angga Wicaksana Putra (IPK 3, 59) Ni Komang Ari D. Supanti (IPK 3, 55).Pewarta : Ni Luh Rhismawati
Editor : Edy M Yakub
COPYRIGHT © ANTARA

DRAMA TARI CALONARANG DI TANAH TUMASIK: Da:Ns FESTIVAL AN ESPLANADE PRESENTS PROGRAMME SINGAPORE

Kiriman : I Wayan Budiarsa (Prodi Tari FSP ISI Denpasar)

 Abstrak

Berbagai negara di dunia dalam era global sekarang ini, usaha pelestarian, penelitian, penciptaan, serta pengembangkan seni budayanya ke arah pemajuan sangatlah gencar dilakukan agar apa yang telah terwariskan dapat dipertahankannya.  Tidak jarang suatu negara melakukan suatu perpaduan/ silang budaya atau bahkan mempelajari seni budaya negara lain yang selanjutnya dikembangkan dinegaranya guna menambah khasanah budayanya. Singapura adalah negara tetangga Indonesia yang termasuk sangat gencaar dalam menggali identitas tersebut. Singapura sebagai negara yang berada di wilayah rumpun Melayu mempunyai keberagaman seni budaya yang tumbuh kembang terpadu harmonis yang disangga oleh masyarakatnya, baik yang bernafaskan relegi Hindu, Islam, Budha, dan lain sebagainya. Kesenian Indonesia, khususnya Bali telah berkembang dang sangat digemari oleh masyarakatnya, dan telah banyak pula terbentuk perkumpulan/ sanggar-sanggar seni yang khusus mempelajari tarian dan gamelan Bali, salah satunya yakni sanggar Eka Swara Santi. Sebagaimana tiga tahun silam penulis berkesempatan menjalin kerjasama dengan seniman-seniman Singapura yang bernaung di bawah National University of Singapore (Eka Swara Santi) yang dikordinir oleh Profesor Irving Jhonson, sedangkan dari Indonesia adalah gamelan Pinda Sari-Saba-Blahbatuh-Bali diketuai oleh I Nyoman Kariasa, sedangkan penulis mengkordinir Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan-Gianyar-Bali mengadakan pertunjukan drama tari calonarang dengan judul Madri Duta. Suatu epos yang mengisahkan terjadinya peperangan antara kerajaan Kediri dengan Ratu Dirah di belahan Timur tanah Jawa.

Kata kunci: Singapura, Indonesia, Bali, Calonarang, Rasas

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...