As a Guest Lecturer at the Film and Television Production Program, ISI Denpasar, Alffy Rev Shares Career Journey and Creative Process

As a Guest Lecturer at the Film and Television Production Program, ISI Denpasar, Alffy Rev Shares Career Journey and Creative Process

Photo: Alffy Rev posing with lecturers and students at the PFTV Program Laboratory, ISI Denpasar (10/4)

Students don’t always acquire knowledge solely from textbooks and lecturers. Often, especially among students, valuable insights come from experienced practitioners in their field. This philosophy underpins the Film and Television Production Program (PFTV) at the Faculty of Fine Arts and Design, Indonesian Institute of the Arts, Denpasar (ISI Denpasar), which recently hosted Alffy Rev as a guest lecturer on Wednesday, October 4, 2023.

The versatile director, renowned for his work, “Wonderland Indonesia,” delivered a lecture on Film and Television Directing in the PFTV Program Laboratory at ISI Denpasar. The lecture was attended by lecturers and students in 1, 3, and 5 semester in the PFTV Program.

Alffy Rev, whose real name is Awwalur Rizqi Al-firori, shared his journey in the creative industry from 2013 to 2023. He developed a passion for music while in vocational school and later found a new passion for directing, eventually gaining recognition for his outstanding work. He wanted students to see the evolution of his work and personal growth over this period, encouraging them to view themselves as constantly evolving individuals. “From 2013 to 2023, there were many interesting journeys. It’s not about immediately reaching ‘Wonderland Indonesia’; instead, there are crucial stages before ‘Wonderland Indonesia’ came to be,” said the man born on June 18, 1995, in Mojokerto.

He also emphasized that a director must possess a wide range of knowledge. Directors hold the creative vision throughout the production process, from pre-production to final editing. They start with the script and collaborate with screenwriters, and sometimes even write the script themselves. Directors need to oversee every aspect of film or video production. “Directors need to be able to do it all, but it doesn’t mean they have to do it all alone,” added the founder of Dewatlantis Studio.

Rai Budaya Bumiarta, a lecturer in the PFTV Program at ISI Denpasar, who was present during the guest lecture, mentioned that Alffy Rev is one of the rapidly evolving directors in the audiovisual industry today. Besides being a proficient musician, he has directed several music videos. “Alffy Rev created ‘Wonderland Indonesia,’ and this work is aimed at reaching a broader audience,” he said.

Alffy Rev commended the learning ecosystem at ISI Denpasar, supported by adequate facilities. He encouraged students to foster collaboration by developing audio-visual projects beyond campus boundaries. He hoped that many young filmmakers in Bali could thrive in the film industry, thereby diversifying the Indonesian film landscape, which is currently centered in Jakarta. “The filmmaking community can also grow in Bali with more film screenings and frequent film festivals. This will motivate young Balinese filmmakers to continually evolve and innovate,” he concluded at the end of the lecture. (ISIDps/Public Relations)

As a Guest Lecturer at the Film and Television Production Program, ISI Denpasar, Alffy Rev Shares Career Journey and Creative Process

Jadi Dosen Tamu Prodi PFTV ISI Denpasar, Alffy Rev Ungkap Perjalanan Karir dan Proses Kreatif

Foto: Alffy Rev berfoto bersama dosen dan mahasiswa Prodi PFTV di Ruang Laboratorium Prodi PFTV, ISI Denpasar (4/10)

Mahasiswa tak selalu mendapatkan ilmu pengetahuan hanya dari bacaan dan dosen. Karena tak jarang orang pada umumnya, terutama mahasiswa, akan mendapatkan ilmu pengetahuan melalui pengalaman para praktisi yang berkompeten dalam bidangnya. Hal ini melatarbelakangi Program Studi Produksi Film dan Televisi (PFTV), Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menghadirkan Alffy Ref sebagai dosen tamu pada Rabu, 4 Oktober 2023.

Sutradara multitalenta yang terkenal melalui karyanya berjudul “Wonderland Indonesia” ini menyampaikan materi kuliah tentang Penyutradaraan Film dan Televisi di Ruang Laboratorium Prodi PFTV, ISI Denpasar. Kuliah diikuti oleh sejumlah dosen dan mahasiswa semester 1, 3, dan 5 Prodi PFTV.

Alffy Ref, yang bernama asli Awwalur Rizqi Al-firori, menceritakan perjalanannya di industri kreatif sejak tahun 2013 hingga 2023. Ia mulai merasakan cinta pada musik saat duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan dan kemudian memiliki hasrat baru dalam bidang penyutradaraan, hingga akhirnya dikenal dengan karya-karya apiknya. Dia ingin mahasiswa melihat bagaimana proses evolusi diri dan karya-karya yang dia ciptakan dalam rentang waktu tersebut, sehingga mahasiswa bisa menempatkan dirinya sebagai manusia yang selalu berkembang. “Timeline 2013 – 2023, banyak perjalanan yang menarik. Tidak harus langsung mencapai ‘Wonderland Indonesia’, tetapi justru ada tahap-tahap penting sebelum ‘Wonderland Indonesia’ lahir,” ujar laki-laki kelahiran Mojokerto, 18 Juni 1995 ini.

Dia juga menjelaskan bahwa seorang sutradara harus memiliki pengetahuan yang luas. Sutradara memegang visi kreatif di seluruh proses produksi, mulai dari pra-produksi hingga pengeditan akhir. Sutradara memulai dengan naskah, dan bekerja dengan penulis skenario dan terkadang dengan tim penyunting naskah. Tidak jarang sutradara juga menjadi penulis skenario. Sutradara harus bisa bertanggung jawab atas seluruh proses dalam pembuatan film atau video. “Sutradara memang harus bisa mengerjakan semuanya, tetapi bukan berarti sutradara harus mengerjakan semuanya sendirian,” tambah pendiri Dewatlantis Studio ini.

Dosen Prodi PFTV, ISI Denpasar, Rai Budaya Bumiarta, yang hadir dalam kuliah tamu tersebut, mengatakan Alffy Ref merupakan salah satu sutradara yang berkembang sangat pesat di industri audio visual saat ini. Selain sebagai pemusik yang handal, dia juga seorang sutradara yang menyutradarai sejumlah video musik. “Alffy Ref menghasilkan karya ‘Wonderland Indonesia’. Karya ini pun ditargetkan untuk mencapai tingkat yang lebih luas,” ujarnya. Alffy Ref berpendapat ekosistem belajar di ISI Denpasar cukup menyenangkan, didukung dengan fasilitas yang sudah memadai. Dia mendorong mahasiswa untuk lebih menghidupkan kolaborasi dengan mengembangkan karya-karya audio visual di luar kampus. Dia berharap banyak sineas-sineas muda Bali yang bisa eksis di industri perfilman, sehingga mampu mengubah arah perfilman Indonesia yang masih terpusat di Jakarta. “Komunitas sineas juga bisa tumbuh di Bali dengan lebih banyak pemutaran film, dan lebih sering mengadakan festival film. Sehingga memacu sineas muda Bali untuk terus berkembang dan berevolusi,” tuturnya di akhir perkuliahan. (ISIDps/Humas)

ISI Denpasar Discusses MoU with National University of Singapore

ISI Denpasar Discusses MoU with National University of Singapore

Photo: National University of Singapore lecturer, Assoc. Prof. Irving Chan Johnson (left), Vice Rector for Planning and Cooperation of ISI Denpasar (Bali) Prof. Dr. I Komang Sudirga, S.Sn., M.Hum. (second from the left), Dean of the Faculty of Performing Arts, Dr. I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn. (third from the left), and Coordinator of the Karawitan Study Program, I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn. (right), discussing the Memorandum of Understanding (MoU) in the Meeting Room of the Rectorate at ISI Denpasar (27/09).

The Indonesian Institute of the Arts (ISI) Denpasar recently hosted a distinguished delegation from the National University of Singapore (NUS), led by Associate Professor Irving Chan Johnson with his 12 students from the South East Asian Studies Department. This visit was nothing short of a historic moment for both institutions and was warmly welcomed by ISI Denpasar’s Vice-Rector for Planning and Cooperation, Professor Dr. I Komang Sudirga, S.Sn., M.Hum, in the ISI Denpasar Rectorate Meeting Room on Wednesday, September 27, 2023.

Also present is the Dean of the Faculty of Performing Arts, Dr. I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn, the Dean of the Faculty of Performing Arts, and I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn, the Coordinator of the Karawitan Study Program. The primary focus of this gathering was to discuss the draft for the Memorandum of Agreement (MoA) between the Faculty of Performing Arts at ISI Denpasar and the South East Asian Studies Department at NUS.

Professor Sudirga enthusiastically embraced the prospect of this meaningful MoU with NUS, a venerable institution with a legacy of academic excellence. He enthusiastically outlined the numerous opportunities this collaboration could bring, such as joint research initiatives, seminars, faculty and student exchanges, and various other collaborative ventures that would be mutually beneficial. “NUS stands as a paragon of higher education globally, and this partnership promises an array of advantages for us,” Sudirga elaborated.

Professor Irving, proficient in Indonesian and Balinese, expressed his optimism about the prospective MoU as a conduit for fostering profound cooperation between the two esteemed universities. Following discussions regarding the draft MoU at ISI Denpasar, Professor Irving pledged to submit it for a thorough review by the Head of the Department of Asian Studies at NUS. “Upon receiving approval from our department head, we can officially seal this momentous agreement,” assured the professor. In the spirit of cultural exchange and synergy, students from NUS’s South East Asian Studies Department had the privilege of participating in an engaging Balinese dance workshop. This lively event took place at the I Ketut Reneng Dance Studio in ISI Denpasar. Under the expert guidance of the Dance Study Program Lecturer, I Wayan Sutirtha, S.Sn., M.Sn, students were introduced to the fundamentals of Balinese dance, including movements such as ngumbang, agem, angsel, piles, and ngeseh. The students’ enthusiasm and receptiveness to the intricate dance forms were truly remarkable and indicative of the cultural bonds being forged. (ISIDps/PR)

Photo: Students from the South East Asian Studies Department, NUS took part in a Balinese Dance workshop at the I Ketut Reneng Dance Studio, ISI Denpasar, (27/09)

ISI Denpasar Discusses MoU with National University of Singapore

ISI Denpasar Bahas MoU dengan National University of Singapore

Foto: Dosen National University of Singapore, Assoc. Prof. Irving Chan Johnson (kiri), Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama ISI Denpasar (Bali) Prof. Dr. I Komang Sudirga, S.Sn., M.Hum. (dua dari kiri), Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, Dr. I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn, (tiga dari kiri) dan Koordinator Program Studi Karawitan, I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn. (kanan), membahas MoU di Ruang Rapat Rektorat ISI Denpasar, (27/09)

Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menerima kunjungan delegasi dari the National University of Singapore (NUS), dipimpin Associate Professor Irving Chan Johnson dan 12 mahasiswa South East Asian Studies Department. Kunjungan ini merupakan momen bersejarah untuk kedua institusi dan diterima dengan hangat oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama ISI Denpasar (Bali) Prof. Dr. I Komang Sudirga, S.Sn., M.Hum., di Ruang Rapat Rektorat ISI Denpasar, Rabu, 27 September 2023.

Turut hadir, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, Dr. I Ketut Garwa, S.Sn., M.Sn, dan Koordinator Program Studi Karawitan, I Nyoman Kariasa, S.Sn., M.Sn. Kunjungan ini dalam rangka membahas draft Memorandum of Agreement (MoA) antara Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Denpasar dengan Department of South East Asian Studies, NUS.

Prof. Sudirga menyambut baik pembahasan MoU dengan institusi pendidikan tinggi tertua di Singapura ini. Dia mengungkapkan kerja sama ISI Denpasar dengan NUS akan mencakup penelitian bersama di bidang seni, penyelenggaraan seminar, pertukaran dosen dan mahasiswa, serta kegiatan bersama lainnya yang relevan bagi kedua belah pihak. “NUS salah satu universitas terbaik di dunia, kerja sama ini akan memberikan banyak manfaat untuk kita,” paparnya.

Prof. Irving mengatakan MoU akan mempermudah kerja sama antara dua perguruan tinggi ini. Setelah pembahasan draft MoU dengan pihak ISI Denpasar, dia akan meneruskan draft MoU kepada Kepala Department of Asian Studies, NUS untuk ditinjau kembali. “Setelah ditinjau dan disetujui kepala departemen, MoU ini bisa kita tandatangani,” ujar professor yang fasih berbahasa Indonesia dan Bali ini.

Sementara itu, mahasiswa South East Asian Studies Department, NUS berkesempatan untuk mengikuti workshop tari Bali. Workshop ini dilaksanakan di Studio Tari I Ketut Reneng, ISI Denpasar dengan bimbingan Dosen Program Studi Tari, I Wayan Sutirtha, S.Sn., M.Sn. Mahasiswa mempelajari teknik-teknik dasar tari Bali, seperti ngumbang, agem, angsel, piles, dan ngeseh. Mahasiswa begitu antusias menyimak gerak tari yang diperagakan dan mengindikasikan ikatan budaya yang terjalin erat. (ISIDps/Humas)

Foto: Mahasiswa South East Asian Studies Department, NUS mengikuti workshop Tari Bali di Studio Tari I Ketut Reneng, ISI Denpasar, (27/09)

Prodi DKV ISI Denpasar Terima Kunjungan Studi Banding Prodi DKV Universitas Ma Chung, Malang

Prodi DKV ISI Denpasar Terima Kunjungan Studi Banding Prodi DKV Universitas Ma Chung, Malang

Foto: Koprodi DKV, ISI Denpasar, Agus Ngurah Arya Putraka, S.Sn., M.Sn., berfoto bersama dosen dan mahasiswa Prodi DKV, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur, Selasa (3/10).

Program Studi (Prodi) Desain Komunikasi Visual (DKV), Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Denpasar menerima kunjungan Prodi DKV, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur. Kunjungan dalam rangka studi banding ini diterima di Ruang Vicon, Gedung Citta Kelangen Lantai 2, ISI Denpasar, Selasa, 3 Oktober 2023.

Koordinator Program Studi (Koprodi) DKV, ISI Denpasar, Agus Ngurah Arya Putraka, S.Sn., M.Sn, menyambut hangat kedatangan dosen dan mahasiswa Universitas Ma Chung. Dia mengapresiasi dipilihnya Prodi DKV ISI Denpasar sebagai objek studi banding. Kegiatan ini dapat memberi ruang dua Prodi DKV ini untuk berdiskusi tentang tata kelola dan inovasi yang dapat diterapkan untuk memajukan institusi.

Dosen Prodi DKV Universitas Ma Chung, Aditya Nirwana, S.Sn., M.Sn., mengatakan kunjungan ini bertujuan untuk menyimak langsung pengelolaan dan fasilitas penunjang akademik DKV ISI Denpasar. Diskusi bersama dengan dosen ISI Denpasar memberikan pandangan baru untuk para dosen dan mahasiswanya. “Kami belajar banyak dari apa yang disampaikan dosen ISI Denpasar. Kami melihat bagaimana fasilitas dan suasana akademik yang terbangun di sini. Prodi DKV ISI Denpasar mengintegrasi ilmu modern dan tradisional dengan sangat mulus. Itu yang kami perlu banyak belajar,” ujar dosen ahli bidang Research Design ini. Dosen dan mahasiswa Universitas Ma Chung juga mengunjungi Ruang Prodi DKV ISI Denpasar. Mereka melihat karya-karya mahasiswa ISI Denpasar yang ditunjukan langsung oleh Koprodi DKV. Karya tersebut, antara lain desain ilustrasi, animasi, karikatur, prasi (lontar bergambar), dan karya visual lainnya.

Foto: Koprodi DKV, ISI Denpasar menunjukan karya mahasiswa Prodi DKV ISI Denpasar kepada dosen dan mahasiswa Prodi DKV, Universitas Ma Chung, Selasa (3/10).

Salah satu mahasiswi Prodi DKV, Universitas Ma Chung, Helga Karisa Putri mengungkapkan kekagumannya pada karya-karya mahasiswa Prodi DKV ISI Denpasar. Dia mengatakan desain serta bahan yang digunakan untuk menuangkan karya sangat khas. “Media yang digunakan tidak hanya kertas, ada prasi (berbahan daun lontar) yang menggambarkan cerita sejarah, sangat unik. Struktur bangunan disini juga sangat kental dengan budaya Bali”, ungkap mahasiswi semester 5 ini. (ISIDps/Humas)

Link Video:

Loading...