Urgensi Pendidikan Toleransi Di Indonesia

Kiriman: I Nyoman Payuyasa (Dosen Film danTelevisi)

Abstrak

Berbagai persoalan tengah melanda Indonesia. Riuh dunia politik semakin hari semakin menampilkan sisi kelam. Ketahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia juga ikut dipertaruhkan. Di media sosial, televisi, dan media cetak wacana tentang rasisme juga mulai bermunculan. Perang intoleran semakin menjadi-jadi. Hal ini menjadi konsumsi warga Indonesia, khususnya remaja Indonesia. Dunia pendidikan sebagai lini dasar kehidupan berbangsa ini juga tak luput dari perhatian. Sekolah sudah sepantasnya kembali menegakkan pendidikan toleransi kepada peserta didik. Pendidikan harus netral dan bukan menjadi lahan tumbuh suburnya rasa intoleran tersebut. Remaja dan anak sekolahan harus mendapatkan pencerahan kembali bahwa segala perbedaan yang melekat pada Indonesia, baik ras, agama, golongan, suku, adat, dan lainnya adalah anugerah indah untuk Indonesia.

Kata kunci : pendidikan, toleransi

Selengkapnya dapat di unduh disini

Tarian Tarian Dari Papua

Kiriman: Alan Gustav Mahuze (Mahasiswa Pascasarjana ISI Denpasar)

Pendahuluan

Papua adalah sebuah provinsi sekaligus pulau yang pernah dikenal dengan sebutan Irian Jaya, dan sejak 2002 Irian Jaya dimekarkan menjadi 2 Provinsi. Bagian timur menjadi Provinsi Papua dan bagian barat menjadi Provinsi Papua Barat. Oleh karena kedua provinsi itu belum terlalu lama membelah diri, maka shareSENBUD putuskan sementara ini bahwa tari-tarian dari dua daerah itu masih digabung di dalam satu posting, dengan judul Tarian tarian yang berasal dari daerah Papua.

Papua memiliki beberapa tari tradisional yang sebenarnya telah dikenal luas, baik terkenal di Indonesia maupun di mancanegara. Namun, tetap saja shareSENBUD posting dengan tujuan untuk membantu mempermudah pelajar yang sedang mencari referensi utamanya, atau siapa saja yang sedang membutuhkan informasi ini.

Selengkapnya dapat di unduh disini

Kritik Seni Busana Liku Drama Tari Arja

Kiriman: Ni NyomanAndra Kristina Susanti (Mahasiswa Program Pascasarjana ISI Denpasar)

Abstrak

Salah satu tari balih-balihan yang digemari oleh masyarakat Bali, adalah drama tari arja. Drama tari arja termasuk dalam kategori teater/ drama, karena tarian ini sangat kompleks memadukan berbagai jenis seni, seperti seni tari, drama, tembang/ vokal, instrumentalia, puisi, pantomim, dan busana. Pagelaran Parade Kesenian Arja Remaja pada ajang Pesta Kesenian Bali, fungsinya adalah untuk meningkatkan kesadaran seniman-seniman muda, bahwa kesenian arja bukan saja sebagai tontonan hiburan namun juga sebagai tuntunan, dalam kesenian. Keberadaan arja pada zaman sekarang, memperlihatkan adanya perubahan, di mana lebih mementingkan nilai humor/ lucu daripada nilai filsafatnya. Tokoh Arja yang memiliki watak humoris adalah tokoh Liku. Keberadaan tokoh Liku tersebut memiliki eksistensi yang cukup tinggi, terlihat dengan banyaknya muncul tokoh-tokoh Liku muda. Tokoh Liku bisa diperankan oleh wanita maupun laki-laki. Agar menarik, dilakukan perubahan pada kreasi busana tokoh Liku. Yang paling mencolok adalah kreasi baru busana seniman muda yang memerankan tokoh Liku, sehingga perbedaan tokoh Liku dulu dan sekarang sangat nampak. Artikel ini ditulis untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Bali tentang peran tokoh Liku pada kesenian Arja. Perubahan kostum yang terjadi dapat memberikan dampak negatif dan positif. Namun, semua itu menjadikan kesenian arja selalu diminati oleh masyarakat. Artikel ini juga tidak bermaksud untuk membenarkan, namun hanya mengkritisi perubahan yang ada.

Kata Kunci: Drama tari, Parade, Liku, Kreasi Busana.

Selengkapnya dapat di unduh disini

Androgynous Beauty Isu Gender, Identitas, dan Eksistensi Dalam Fesyen

Kiriman : Dewa Made Weda Githapradana (Mahasiswa Pascasarjana ISI Denpasar)

Abstrak

Identitas dan eksistensi individu dalam lingkungan sosial merupakan  sesuatu yang penting. Perkembangan sosial media di dunia maya mendorong setiap individu dalam menunjukan identitas dan eksistensinya. Fesyen dalam hal ini adalah pakaian dan seluruh artefak penunjangnya, menjadi elemen yang penting dalam mengungkap identitas individu di masyarakat. Memasuki abad 21, kebebasan berekspresi  mendorong setiap individu untuk dapat menunjukan identitas personal melalui gaya berdandan. Dengan demikian gaya berdandan menjadi sangat individualis, tidak lagi bersifat komunal seperti pada abad-abad sebelumnya. Androgyny adalah salah satu gaya yang berkembang pada akhir abad ke 19 dan awal abad 20. Perkembangannya dilatar belakangi oleh isu kesetaraan gender dan emansipasi kaum feminis. Melalui fesyen, perspektif publik digiring untuk memandang gaya androgyny tidak sekedar sebagai gaya berbusana, tetapi juga sebagai media dalam menyampaikan kritik sosial khususnya menyangkut permasalahan gender.

Kata Kunci: Identitas, Eksistensi, Fesyen, Androgyny, Isu Gender.

Selengkapnya dapat di unduh disini

 

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

Kiriman : Yulia Ardiani (Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi ISI Denpasar)

Abstrak

Salah satu perayaan agama hindu yang dirayakan setiap enam bulan sekali atau setahun dua kali adlah perayaan galungan dan kuningan. Hari raya tersebut dirayakan untuk merayakan kemenangan darma melawan adharma menurut kepercayaan agama hindu. Dalam perayaan galungan, biasanya umat hindu merayakannya dengan memasang penjor didepan rumah sebagai ciri khas simbol perayaan kemenangan darma melawan adharma. Di hari raya kuningan umat hindu memasang tamiang. Tamiang merupakan simbol perayaan hari raya kuningan yang juga sebagai simbol kemenangan darma melawan adharma yang dipasang di dalam rumah. Tamiang berupa jaritan janur melingkar membentuk lingkaran dengan berbagai variasi hiasan.

Dengan majunya jaman kini tamiang selain dibuat dengan janur, dapat dibuat dengan bahan ental ( daun enau ) yang diberi modifikasi dengan tambahan kertas minyak berwarna warni untuk memberi kesan menarik pada tampilan tamiang tersebut. Di desa penarungan yang berada di kecamatan mengwi tepatnya kabupaten badung masih memiliki ciri khas memasang tamiang pada tiap rumah atau bale ( bangunan dalam bahasa bali ) saat merayakan perayaan hari raya kuningan.

Kata Kunci : Kuningan, Tamiang, Janur, Desa Penarungan

Selengkapnya dapat unduh disini

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Kiriman : Yulia Ardiani (Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi ISI Denpasar)

Abstrak

Perayaan kemenangan dharma melawan adharma dilakukan dua kali dalam setahun yang sering disebut dengan perayaan galungan dan kuningan yang jatuh pada bulan September tahun 2016 lalu. Dalam perayaan galungan dan kuningan umat hindu wajib membuat penjor. Bahan dari penjor sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan janur atau daun kelapa yang muda serta daun-daunan lainnya (plawa). Perlengkapan penjor pala bungkah (umbi-umbian seperti ketela rambat), pala gantung (misalnya kelapa, mentimun, pisang, nanas dan lain lain), Pala Wija (seperti jagung, padi dan lain lain), jajan, serta sanggah Ardha Candra lengkap dengan sesajennya. Penjor tersebut merupakan ciri khas semua umat hindu saat merayakan hari raya galungan dan kuningan.

Kata Kunci : Perayaan, Galungan, Kuningan, Penjor

 

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...