Iklan Layanan Masyarakat “JOGJA BERSIH” (Kajian Ikonografi)

Kiriman : I Wayan Nuriarta (Dosen Ps. Desain Komunikasi Visual FSRD ISI Denpasar)

Abstrak

Jenis Iklan Layanan Masyarakat (ILM) yang digunakan untuk mengajak masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan di Jogja salah satunya menggunakan bentuk Poster. Poster sebagai media komunikasi dalam “JOGJA BERSIH” menghadirkan tokoh pewayangan. Pokok bahasan berikut dalam kaitannya dengan teori ikonografi Panofsky, membahas poster dalam ILM “Jogja Bersih” yang berhubungan dengan tekstual, konsep dan simbol yang dihadirkan dalam upaya mengajak masyarakat Jogja untuk menjaga kebersihan lingkungan. Tahapan pra-ikonografi menguraikan secara deskriptif, sebagai kegiatan utama dari tahap pra-ikonografi. Poster yang dihadirkan dalam ILM program “Jogja Bersih” ini dibuat pada tahun 2005. Secara tekstual, menggambarkan manusia yang sedang berdiri tampak dari samping kanan. Tahapan Ikonografi mendeskripsikan suasana langit yang sudah sangat gelap dengan warna abu-abu hitam. Warna ini mencerminkan suasana yang sangat suram dan kotor, karena polusi yang telah terjadi. Langit sudah sangat tercemar oleh gas yang membahayakan. Begitu kerasnya polusi yang terjadi, pembuat ILM ini menghadirkan tokoh pewayangan Gatutkaca yang kecewa dengan lingkungannya saat ini. Tahapan terakhir adalah ikonologi, membahas Gatutkaca sebagai tokoh yang dikenal karena kekayaan ceritanya, dari kisah kelahiran hingga kematiannya pada epos Bharatayuda. Tokoh Gatutkaca dikenal sebagai kesatria yang tangguh, kesatria perkasa berotot kawat bertulang besi yang bisa terbang. Nilai-nilai tradisi yang dimilikinya sangat lekat dalam masyarakat sebagai sosok pahlawan lokal Indonesia pada umumnya dan Jogja khususnya.

Kata Kunci: Iklan Layanan Masyarakat, Ikonografi, Gatutkaca

 Selengkapnya dapat unduh disini

Berkurangnya Pengrajin Pretima di Banjar Anggabaya Penatih, Denpasar Timur, Bali

Kiriman : I Wayan Dirana (Mahasiswa Ps Kriya FSRD ISI Denpasar)

Abstrak

Pretima merupakan salah satu perlengkapan upacara keagamaan yang ada sejak dari dahulu khususnya di Bali. Pretima merupakan simbolisasi yang digunakan untuk perlengkapan upacara keagamaan pada tapakan daksina hias. Dahulu pretima hanya berupa plat kayu yang dilukis dengan pewarnaan sederhana. Bila pretima hanya digambar dengan warna, lama kelamaan akan mudah luntur gambarnya sehingga sulit untuk dikenali. Pretima di Banjar Anggabaya berbentuk dewa yang sedang bertapa (mamusti). Pada bagian bawah bentuk dewa berisi bunga teratai atau bunga lotus dengan delapan kelopak, yang sesuai dengan Delapan Jalan Hukum Baik. Pada saat ini, pembuatan pratima di Banjar Anggabaya, di ukir seperti relief, sehingga bisa tahan lama dan tampilannya lebih bagus. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengungkapkan faktor-faktor yang memengaruhi berkurangnya perajin pretima di Banjar Anggabaya, jenis dan fungsi pretima yang di buat di Banjar Anggabaya, bagaimana teknik pembuatan, dampak ekonomi dan sosial dalam kehidupan masyarakat di Banjar Anggabaya. Lokasi penelitian dilakukan di Banjar Anggabaya Penatih. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

Kata kunci: Simbolisasi, Plat Kayu, Mamusti, Ekonomi-Sosial.

 Selengkapnya dapat unduh disini

Papermoon Puppet Theatre Menolak Titik Nadir Kemunduran Teater

Kiriman : I Nyoman Payuyasa (Dosen Film Dan Televisi FSRD ISI Denpasar)

ABSTRAK

Dunia yang berkembang begitu pesat membuat seseorang lupa, bahwa ada hal-hal yang terlewatkan yang begitu menggema saat masa silam. Salah satunya, seni teater. Saat teater menjadi satu-satunya hiburan masa lalu, teater begitu dibanggakan dan dipuji manfaatnya untuk mengasah budi. Zaman Milenial ini, masihkah generasi mudanya bangga menonton teater atau berpartisipasi aktif dalam pertunjukkan teater? Meski jawaban yang didapat akhirnya akan mengecewakan, namun masih ada beberapa generasi muda yang merawat teater dengan baik, sekaligus masih percaya bahwa fungsi teater, salah satunya bisa mengasah tutur dan budi.

Kata kunci: Teater, Mengasah Budi.

Selengkapnya dapat unduh disini

 

 

 

Karakterisasi Bentuk Tokoh Sugriwa Wayang Kulit Ramayana Gaya Sukawati

Kiriman : I Bagus Wijna Bratanatyam (Dosen Ps. Pedalangan FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Wayang Kulit Ramayana adalah pertunjukan wayang kulit yang sumber lakonnya dari wiracerita Ramayana dengan musik iringan babatelan gender wayang. Ciri khas dari pertunjukan ini yaitu pada saat penampilan palawaga atau tokoh-tokoh kera. Salah satu tokoh kera pada wayang kulit Ramayana gaya Sukawati yang mendapatkan porsi penampilan karakterisasi mengkhusus adalah Sugriwa. Sugriwa merupakan raja kera di Gua Kiskenda yang mengabdi kepada Rama. Hal ini menarik untuk diteliti dari segi apa pengkarakteran tokoh Sugriwa dalam Wayang Kulit Ramayana gaya Sukawati. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dan menjelaskan bentuk tokoh Sugriwa dalam wayang kulit Ramayana gaya Sukawati, yang terdiri dari: 1) Bagian Atas (kepala)Tokoh Sugriwa, 2) Bagian Tengah (badan) Tokoh Sugriwa, 3) Bagian Bawah (kaki) Tokoh Sugriwa, dan 4) Tata Busana Tokoh Sugriwa. Penelitian ini adaah penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif analisis. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan, bahwa bentuk dari tokoh Sugriwa sangat kompleks, baik pada aspek anatominya dari bagian atas, tengah dan bawah, yang berbentuk kera menyerupai manusia, maupun dilihat dari tata busananya yang dikenankan.

Kata Kunci : Bentuk, Sugriwa, Wayang Kulit Ramayana

Selengkapnya dapat unduh disini

 

 

Memaknai Tumpek Wayang Menyongsong Tahun Baru 2017

Kiriman : I Gede Mugi Raharja (Dosen Prodi Desain Interior FSRD ISI Denpasar)

Abstrak

Merupakan suatu hal yang kebetulan perayaan menyongong Tahun Baru 2017 di Bali, bertepatan dengan hari keagamaan Tumpek Wayang. Tumpek Wayang merupakan hari keagamaan berkaitan dengan bidang kesenian (pertunjukan wayang). Pada saat Tumpek Wayang dilakukan pemujaan kepada Tuhan dalam manifestasi-Nya sebagai Iswara, yang memberikan pencerahan kepada kehidupan, serta membangkitkan daya seni dan keindahan.

Pertunjukan wayang di Indonesia diperkirakan sudah ada sejak 1500 SM, yang bersumber dari upacara pemujaan terhadap roh nenek moyang. Sebagai salah satu wujud kebudayaan asli Nusantara, pertunjukan wayang dalam perkembangannya diperkaya dan dibesarkan oleh kebudayaan Hindu. Melalui Tumpek Wayang di malam perrgantian tahun (2016—2017), semua penduduk Bali diajak bercermin pada makna wayang. Oleh karena, kehidupan manusia tak ubahnya seperti wayang dengan berbagai tokoh dan peran pada layar pentas yang disebut kelir. Makna kehidupan di dunia bagi masyarakat tradisional Bali adalah sebuah proses reinkarnasi (mepewayangan), untuk menyempurnakan karma pada kehidupan sebelumnya. Melalui Tumpek Wayang, manusia diingatkan akan makna hakikat Sang Diri, yang digerakkan oleh Dalang dari segala Dalang, agar senantiasa menyempurnakan kehidupannya agar terbebas dari hukum karma sehingga bisa mencapai moksa.

Kata Kunci: Kebudayaan asli, Reinkarnasi, Sang Diri, Dalang, Moksa.

Selengkapnya dapat unduh disini

 

Kartun Konpopilan, Kartun Bisu yang ‘Bicara’

Kiriman : I Wayan Nuriarta (Dosen Ps. DKV FSRD ISI Denpasar)

Abstrak

Kartun Konpopilan hadir setiap hari Minggu pada surat kabar Kompas. Kartun ini disebut kartun ‘bisu’ karena tidak menggunakan kata-kata dalam menyampaikan pesan. Pesan disampaikan dengan memanfaatkan kekuatan visual atau gambar. Tulisan ini membahas tentang cara bercerita kartun Konpopilan dan pesan yang ingin disampaikan. Dengan menggunakan cara bercerita komik strip, memanfaatkan emat framekartun Konpopilan mampu menyampaikan pesan pada pembaca. Masing-masing framedibaca satu persatu kemudiaan dilihat ceritanya secara keseluruhan, kemudian dicermati pesan yang disampaikan. Dari cerita ditemukan bahwa kartun Konpopilan yang hadir pada 23 Oktober 2016 membawa dua fungsi kartun. Pertama membawa fungsi humor, kedua menyampaikan fungsi kritik sosial. Fungsi humor karena memberikan tawa pada pembacanya. Sementara fungsi kritik sosial karena menyampaikan isu-isu sosial.

Kata kunci: teks visual, kartun Konpopilan, humor, kritik sosial

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...