Hasil Karya Seni Patung Modern dari Transpormasi Nilai-Nilai Ceritera Sutasoma

Hasil Karya Seni Patung Modern dari Transpormasi Nilai-Nilai Ceritera Sutasoma

Oleh Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si (Dosen PS Seni Rupa Murni)

Karya yang berjudul keseimbangan vertikal ini terinspirasi dari bentuk lingga yoni.  Lingga Yoni ini merupakan perwujudan rwa binedaLingga adalah simbol laki-laki dan yoni adalah simbol perempuan (ibu dan bapak) yang apabila hal itu dipertemukan akan melahirkan air kehidupan di dunia ini yang disebut dengan tirta amerta. Lingga juga merupakan lambang purusa (bapak/laki-laki). Yoni adalah lambang predana (perempuan). Lingga Yoni adalah simbol Siwa sebagai Bapak dan Siwa sebagai Ibu (bapak akasa dan ibu pertiwi) yang akan melahirkan suatu  kehidupan keseimbangan dan keharmonisan di alam semesta ini. Keseimbangan vertikal dalam karya ini diwujudkan dengan bentuk bulatan lonjong keatas dan kebawah berdiri tegak diatas segi empat. Untuk mencapai dinamika keindahan karya dicapai dengan permainan tekstur kasar dan halus yang dibuat hampir melingkar pada sisi bulatan lonjong, sehingga terjadi pergulatan antara dua hal yang berbeda untuk mencapai keharmonisan karya dan hal ini juga didukung oleh  pewarnaan yang sedikit berbeda.          

Bentuk karya ini berangkat dari dua jenis kelamin manusia yang berbeda atau rwa binedha. Walaupun kedua jenis kelamin tersebut berbeda yaitu laki dan perempuan, namun keduanya tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini karena mereka saling membutuhkan. Laki adalah sebagai Bapak dan perempuan sebagai Ibu yang akan melahirkan suatu  kehidupan keseimbangan dan keharmonisan di dalam rumah tangga. Pasangan laki dan prempuan ini dapat memberikan inspirasi bentuk lingkaran lonjong vertikal dan ruang tembus di dalamnya. Diatas lingkaran disusun dua buah bentuk bidang bulatan yang berbeda, sehingga secara keseluruhan terkesan seperti bentuk figur manusia yang sedang memadu kasih yang  menggambarkan pasangan harmonis. Keindahan karya ini didukung oleh karakter bahan batu dan kulit kerang laut yang alami. Kesan tekstur kasar pada permukaan yang diakibatkan oleh sifat bahan kulit kerang dan batu dapat melahirkan karakter artistik pada perujudan patung.

Hasil Karya Seni Patung Modern dari Transpormasi Nilai-Nilai Ceritera Sutasoma selengkapnya

Kemendiknas Kebut Pengganti Badan Hukum Pendidikan

Kemendiknas Kebut Pengganti Badan Hukum Pendidikan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh menegaskan, revisi Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Nasional dipastikan akan rampung dan diterbitkan pada bulan Juli 2010 mendatang.
“Saat ini, perkembangannya sudah hampil final. Bahkan malam ini, kami akan melakukan rapat lagi atau bisa jadi merupakan rapat terakhir untuk membahas mengenai revisi UU tersebut,” ujar Mendiknas ketika ditemui usai acara pelantikan Dirjen Pendidikan tinggi (Dikti) di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Selasa (15/6).
M Nuh menjelaskan, di dalam pembahasan atau penyusunan draft revisi UU BHP tersebut, pihak Kemdiknas juga telah memanggil beberapa pihak, terutama dari pihak asosisasi perguruan tinggi negeri dan swasta. “Tentunya hasil yang didapat, adalah mampu mengakomodasi seluruh kepentingan terkait pendidikan nasional,” tukasnya.
Mendiknas mengatakan, sejumlah opsi pengganti UU BHP sedang dikaji oleh tim dari Kementerian Pendidikan Nasional, antara lain peraturan pengganti undang-undang, peraturan presiden, dan peraturan menteri.
Sebelumnya, M Nuh, juga sempat megungkapkan bahwa UU pengganti UU BHP ini akan keluar sebelum tahun ajaran baru. Mendiknas  menilai bahwa payung hukum itu harus segera dikeluarkan karena cukup memberikan dampak serius bagi jalannya proses pendidikan di Indonesia.

Red: taufik rachman Rep: C06

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita/10/06/15/120038-kemendiknas-kebut-pengganti-badan-hukum-pendidikan

Mendiknas Titip Empat Hal Kepada Pejabat Baru

Mendiknas Titip Empat Hal Kepada Pejabat Baru

Jakarta—Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, menyampaikan empat hal penting yang berkaitan dengan pendidikan. Keempat hal itu disampaikan ketika melantik Joko Santoso sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Sri Sularsih menjadi Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, di gedung A lantai 3 Kementerian Pendidikan Nasional, Selasa (15/6).

Dalam sambutan pelantikan,  Nuh mengatakan bahwa pendidikan yang utuh yaitu pendidikan yang mampu memberikan pemberdayaan, penajaman, penghalusan, dan pencerahan seluruh kwadran dan relung-relung potensi anak manusia, baik itu pada akal, hati, interpersonal maupun intrapersonal.

Kementerian Pendidikan Nasional mengambil sifat jujur, cerdas, tangguh, dan peduli sebagai sifat dasar dalam mengembangkan membangun karakter bangsa. Pendidikan yang mampu membangun karakter dan sifat kemuliaannya antara lain; jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.

Pada kesempatan itu, Nuh menyampaikan empat hal dari banyak hal yang terkait dengan pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Keempat hal itu, adalah:

Pertama, pentingnya integrasi kebijakan seluruh jejang pendidikan dalam payung sistem pendidikan nasional, mulai dari kurikulum proses pembelajaran termasuk juga di dalamnya penerimaan siswa dan mahasiswa baru.

Kedua, memperteguh dan merekronstruksi kembali prinsip-prinsip Tri Darma Perguruan Tinggi untuk menjawab dan mengantisipasi persoalan yang berhubungan dengan pendidikan. Langkah ini sekaligus  membuka peluang untuk mengembangkan diri sebagai jawaban atas tuntutan zaman. “Dengan demikian Tri Darma Perguruan Tinggi bukan sekedar simbolik tetapi sangat fungsional dan bermakna,” kata Nuh.

Ketiga, meningkatkan kualitas layanan kepada para pemangku kepentingan. Hal ini berkaitan dengan tugas birokrasi yang antara lain  memberikan layanan kepada seluruh stakeholders. Pada periode 2009-2014 Kemdiknas memfokuskan pada peningkatan kualitas layanan.

Keempat, membuka akses, memberikan peluang agar perguruan tinggi, baik itu negeri maupun swasta, berkesempatan untuk meningkatkan kerjasama, terutama dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi luar negeri dalam skala peningkatan kualitas dosen. (Nasrul) Laporan oleh ahmad_dj

Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2010/6/16/empat-hal.aspx

Mendiknas Lantik Dua Pejabat Tinggi

Mendiknas Lantik Dua Pejabat Tinggi

Jakarta—Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, melantik Joko Santoso sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi dan Sri Sularsih menjadi Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, di gedung A lantai 3 Kementerian Pendidikan Nasional, Selasa (15/6).

Selain itu, Mendiknas juga menyampaikan tiga pesan/catatan penting kepada Kepala Perpusnas, Sri Sularsih yaitu yang pertama Perpusnas diharapkan mampu berperan sebagai hub bagi seluruh perpustakaan di Indonesia dan bahkan Perpusnas menjadi pintu masuk dari perpustakaan-perpustakaan di seluruh dunia. “Oleh karena itu kembangkan jejaring, dan untuk membangun jejaring tidak mungkin tanpa memanfaatkan intervensi teknologi, manfaatkan digital library atau e-library,“jelas Nuh.

Nuh juga mengharapkan perpusnas itu bukan sekedar tempat koleksi dari hasi karya akademik dan karya budaya, tetapi juga sumber pembelajaran dan mengambil peran aktif untuk menyajikan informasi.

Diiangatkan, karena anggaran perpustakaan terbatas, maka diperlukan kerjasama antara Kemdiknas, Perpusnas, dan Komisi X DPR RI. “Jangan sampai nanti justru karena kerjasama kita yang kurang baik perpustakaan menjadi korban dari ketidak baikan kerjasama,” kata Nuh. (nasrul) Laporan oleh ahmad_dj

Sumber: http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2010/6/15/mendiknas-lantik-dua-pejabat-tinggi.aspx

Keketusan, Pepatraan dan Kekarangan

Keketusan, Pepatraan dan Kekarangan

Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

a. Keketusan

Mengambil bagian terpenting dari suatu tumbuh-tumbuhan yang dipolakan berulang dengan pengolahan untuk memperindah penonjolannya. Keketusan dalam ragam hias tradisional sangat banyak jenisnnya, seperti: keketusan wangga yang menggambarkan  bunga-bunga besar yang mekar dari jenis tanaman yang  berdaun lebar; keketusan bungan tuwung adalah hisan berpola bunga terung dalam bentuk liku-liku segi banyak berulang atau bertumpuk menyerupai bunga terung; keketusan bun-bunan adalah hiasan berpola tumbuh-tumbuhan jalar atau jalar bersulur.  Keketusan lainnya seperti:mas-masan, kakul-kakulan,batun timun, pae, ganggong, dan lain sebagainya.             

b. Pepatran

Jenis ragam hias ini berwujud gubahan-gubahan keindahan hiasan dalam patern-patern yang juga disebut patra. Ide dasar pepatran banyak diambil dari  bentuk-bentuk keindahan flora.  Keindahan flora diambil sedemikian rupa sehingga jalur daun, bunga, putik dan ranting dibuat berulang-ulang.  Masing-masing pepatra memiliki identitas yang kuat dalam penampilannya, sehingga mudah diketahui, seperti: Patra Punggel yang ide dasarnya diambil dari potongan tumbuh-tumbuhan menjalar, terutamanya ujung daun paku yang masih muda.  Punggel berarti potongan. Jenis pepatran yang lain adalah Patra Cina.  Karena namanya, kehadiran dari patra ini diyakini oleh masyarakat Bali sebagai pengaruh dari kebudayaan Cina.  Patra Cina merupakan stiliran dari tumbuhan kembang sapatu yang dalam pengolahan batang, daun dan bunganya dibuat dengan garis tegas sehingga mencerminkan pola yang konstruktif.  Patra Samblung ide dasarnya diambil dari tanaman Samblung, yakni tanaman menjalar dengan daun-daun yang lebar. Dalam pepatran tanaman samblung ini dibuat berupa tanaman yang ujung-ujungnya menjalar dan melengkung harmonis. (lihat Gambar 3. 9) Dalam bangunan tradisional Bali jenis pepatran ini menempati bidang-bidang yang panjang karena polanya yang berulang dan memanjang.

Keketusan, Pepatraan dan Kekarangan selengkapnya

Loading...