Penutupan KKN ISI Denpasar 2010/2011 Di Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan

Penutupan KKN ISI Denpasar 2010/2011 Di Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan

Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ISI Denpasar 2010/2011 yang sudah dilaksanakan selama satu bulan, ditutup pada Jumat malam  3 September 2010 dipusatkan Desa Apuan Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. Kegiatan KKN ISI Denpasar tahun ini diikuti oleh 139 orang mahasiswa dari Fakultas Seni Rupa dan Desain dan Fakultas Seni Pertunjukan yang disebar di 3 kabupaten di Bali yaitu Kabupaten Tabanan, Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Kerangasem. Di Kabupaten Tabanan KKN ISI Denpasar dilaksanakan di Kecamatan Baturiti yaitu di Desa Apuan, Desa Angseri, Desa Perean Tengah dan Perean Kangin, Desa Mekarsari, Desa Bangli, Desa Baturiti, Desa Batunya, Desa Candikuning dan Desa Luwus, di Kabupaten Buleleng dilaksanakan di Desa Sidatapa, Desa Tampekan dan Desa Busungbiu, dan di Kabupaten Kerangasem diadakan di Desa Pesedahan.

Pada acara penutupan tersebut di hadiri oleh Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Rai S, Bupati Tabanan diwakili Kepala Bidang Dinas Pendidikan dan olah Raga (Kabiddispora) Kabupaten Tabanan, Camat Baturiti Kabupaten Tabanan diwakili Sekretaris Kecamatan Baturiti, Kepala Desa dan masyarakat setempat. Dalam sambutannya Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S.,M.A. mengatakan melalui kegiatan KKN ini mahasiswa dapat mengamalkan ilmunya yang didapat di bangku kuliah dan sekaligus juga dapat belajar dari masyarakat. Rektor menambahkan potensi seni yang ada di desa masih banyak yang terpendam dan perlu terus dibina dan dikembangkan secara bersinergi dengan berbagai pihak yang berkompeten. Berkaitan dengan pembinaan seni ini, ISI Denpasar mendapat tawaran langsung dari Lampung dan Sulawesi.

Sedangkan Kabidispora Kabupaten Tabanan berharap semoga kegiatan KKN ISI Denpasar dapat dilakukan di Kabupaten Tabanan secara berkesinambungan, karena sangat terkait dengan komitmen dalam pembangunan karakter bangsa. Disamping itu beliau berharap kedepan alumni ISI Denpasar dapat membina dan mengembangkan seni di Kabupaten Tabanan melalui pendidikan formal misalnya segai guru.  Acara tersebut diakhiri dengan pementasan tari janger anak-anak Banjar Apuan dan Sekhe Shanti Banjar Angseri hasil binaan mahasiswa.

Sementara KKN ISI Denpasar yang dilaksanakan di Desa Pesedahan, Karangasem ditutup oleh Ketua LP2M ISI Denpasar, Drs. I Gusti Ngurah Seramasara, M.Hum. Masyarakat setempat mengharapkan agar kegiatan KKN ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, mengingat manfaat yang diperoleh dari hasil KKN ini sangat bermanfaat.

Humas ISI Denpasar

Fungsi Instrumen Gamelan Dalam Karawitan (Jawa)

Fungsi Instrumen Gamelan Dalam Karawitan (Jawa)

Oleh Saptono, Dosen PS Seni Karawitan

1. Ricikan/instrumen gamelan di dalam karawitan secara fungsional musikal digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu;

(a).  Kelompok ricikan balungan, yaitu; ricikan-ricikan yang lagu permainannya sangat dekat dengan kerangka gending (balungan gending). Ricikan/instrumen gamelan dalam kelompok ini, yaitu; saron demung, saron barung, saron penerus, slentem, dan bonang penembung.

(b).  Kelompok ricikan/instrumen garap, yaitu; ricikan-ricikan yang menggarap balungan gending, yang dengan cera menafsirkan yang kemudian menerjemahkan lewat vokabuler-vokabuler (konvensi) garapan. Rcikan/insrumen yang termasuk dalam kelompok tersebut, yaitu; rebab, kendang, gender, gender penerus, bonang, bonang oenerus, siter, suling, gambang, sinden, dan gerong.

(c).  Kelompok ricikan/instrumen struktural, yaiu;ricikan-ricikan yang membuat suatu jalinan permainan dengan membentuk setruktur berdasarkan (menentukan) bentuk gending. Ricikan/instrumen yang termasuk dalam kelompok tersebut, yaitu; kethuk, kempyang, engkuk, kenong, kempul, gong, kecer, kemanak, keplok alok, dan kendang.

Kelompok ricikan (a) disebut dengan balungan, karena lagu permainan kelompok ricikan tersebut dekat dengan lagu balungan gending terutama jika dibandingkan dengan pola permainan kelompok ricikan yang lain. Beberapa musikolog seperti, Kunst (1949:167), Mantle Hood (1954:3-9), Jodit Becker (1980:108-249), dalam (Supanggah, 1990:116), menganggap bahwa ricikan balunganlah yang memainkan balungan gending. Dalam kata lain, balungan gending adalah identik dengan lagu permainan saron atau penembung. Menurut Supanggah, hal ini sedikit berbeda dengan pendapat sarjana-sarjana Barat, bahwa para pengamat karawitan dalam negeri menyebut balungan atau catatan gending yang dapat tertulis pada buku-buku atau catatan-catatan gending yang ada pada saku pengrawit (bahwa balungan yang ditulis sebenarnya juga berbeda dengan melodi saron). Lebih lanjut Supanggah, bahwa catatan notasi balungan gending yang biasa ditabuh oleh ricikan balungan sebenarnya masih merupakan bahan mentah yang perlu pengolahan lebih lanjut; dengan kata lain perlu digarap oleh keseluruhan ricikan gamelan terutama ricikan garap.

Fungsi Instrumen Gamelan Dalam Karawitan selengkapnya

Aspek Ergonomi Dalam Desain Pahat I

Aspek Ergonomi Dalam Desain Pahat I

Oleh Drs. Made Radiawan, M.Erg., Dosen PS Kriya Seni

Keserasian dan kenyamanan manusia dalam menggunakan peralatan atau benda produk merupakan suatu ilmu  yang perlu dikembangkan. Aktivitas manusia  dalam pemakaian peralatan benda produk yang berupa sikap dan gerakan tubuh akan berdampak pada kondisi tubuh manusia. Dalam merancang disain perlatan (alat pahat) agar dapat menyusuaikan fungsi dari alat  yang didisain, dan dapat memberikan kekuasaan kepada si pemakai yaitu unsur kenyamanan, kesehatan maupun keserasian dalam penggunaannya.

Menentukan peralatan atau produk yang sesuai dengan  antropometri manusia  di berbagai bangsa tidaklah mudah, karena adanya ukuran tubuh yang berbeda, maka diperlukan suatu titik temu ukuran kondisi gerak dan lingkungan yang akan mempengaruhi.

Beberapa ukuran dan kondisi gerakan  atau lingkungan ,  diantaranya:

1. ukuran tubuh manusia berbagai bangsa;

2. posisi dan gerakan bagian tubuh manusia;

3. berat dari bagian tubuh manusia;

4. lingkungan kerja

5. kondisi produk yang akan dihadapi (Putra, 2004, 8).

Disiplin ilmu yang multidisipliner penggabungan elemen, fisiologi, psikologi, anatomi, seni, hygine, social dan ilmu lainnya, maka ergonomi akan berkaitan dengan aktivitas kerja  dengan sasaran yakni.

a. meningkatkan  kesejahteraan fisik dan mental, khususnya dengan  menanggulangi  penyakit akibat kerja, mengurangi beban titik dan mental  dan unutk kepuasan  kerja.

b.   meningkatkan  tarap hidup (sosial)  dengan  meningkatkan kualitas  kelompok kerja dan managemen pekerjaan.

c.   rasional antara aspek teknik, ekonomi, antropologi dan budaya agar menjadi seimbang dengan sistim manusia mesin, karena usaha meningkatkan efisiensi produksi kerja.

Aspek Ergonomi Dalam Desain Pahat I Selengkapnya

Terima 40 Orang Darmasiswa Asing, ISI Denpasar Buktikan Diri Jadi Kampus Seni Favorit

Terima 40 Orang Darmasiswa Asing, ISI Denpasar Buktikan Diri Jadi Kampus Seni Favorit

Sebanyak 40 orang mahasiswa asing penerima Darmasiswa dari pemerintah Republik Indonesia dan 6 orang mahasiswa asing dengan biaya sendiri kamis 22 september 2010 kemarin diterima oleh Rektor Institut Seni Indonesia  Denpasar Prof. Dr. I Wayan  Rai S. MA. beserta jajaran pejabat struktural dan dosen di lingkungan kampus ISI Denpasar, bertempat di ruang sidang kampus setempat. Rektor ISI Denpasar dalam kesempatan tersebut menyampaikan ucapan selamat datang kepada seluruh mahasiswa asing yang berasal dari 17 negara yakni Jepang, Polandia, Amerika Serikat, Australia, Chech Republik, Zerbia Montenegro, Slovenia, Slovakia, Inggris, Hunggaria, Jerman Rusia, Argentina, Afrika Selatan, Meksiko, Rumania, Yunani, Ukraina, dan Korea Selatan tersebut. Keseluruhan mahasiswa asing yang diterima berencana untuk mengikuti perkuliahan pada 5 Jurusan dan Program Studi yang ada di Institut Seni Indonesia Denpasar, antara lain : Jurusan Tari 6 orang, Jurusan Karawitan 10 orang, Jurusan Seni Rupa Murni 6 orang, Jurusan Kriya 5 orang dan Program Studi Fotografi sebagai embrio dari Fakultas Seni Media Rekam 4 orang.

Prof Rai menyampaikan bahwa sejak tahun 2000, ISI Denpasar telah meluluskan 300 orang mahasiswa asing dari keseluruhan 27 negara. Diantaranya 199 orang merupakan penerima Darmasiswa RI dan 101 orang dengan biaya sendiri. Sehingga secara keseluruhan ISI Denpasar hingga kini telah menerima 346 orang mahasiswa asing.

Kepada seluruh mahasiswa asing, Prof. Rai  menjelaskan sejarah berdirinya ISI Denpasar serta visi dan misi ISI denpasar agar mereka  turut merasa memiliki kampus yang merupakan satu-satunya kampus seni di kawasan Indonesia timur tersebut.  Dalam presentasinya, Prof. Rai juga  menegaskan bahwa dengan banyaknya mahasiswa asing yang memilih ISI Denpasar sebagai tempat tujuan belajar mereka maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ISI Denpasar masih menjadi Favorit di dunia pendidikan seni. Rektor ISI Denpasar juga meminta kepada seluruh jajaran dosen dan pegawai untuk lebih bekerja keras untuk dapat mewujudkan kurikulum berbasis keunggulan lokal dengan standar internasional seraya mengubah mind set menjadi berwawasan global dalam rangka mewujudkan ISI Denpasar sebagai World Class University.

HUMAS ISI Denpasar melaporkan.

Ciri – ciri kebudayaan Bali Aga I

Ciri – ciri kebudayaan Bali Aga I

Oleh: I Ketut Darsana, Dosen PS Seni Tari

Penduduk Bali Aga adalah kelompok masyarakat yang hidup di daerah pegunungan (pedalaman) Pulau Bali. Penduduk Bali Aga sering juga disebut dengan “ Wong Bali Mula “ yaitu orang – orang Bali asli (Bali Mula), yang mendiami Pulau Bali ini mandahului penduduk Bali Peda-taran.

Orang – orang yang termasuk kedalam kelompok Bali Aga meru-pakan kelompok orang yang telah memiliki kebudayaan yang cukup ber-nilai dilihat dari aspek kebudayaan. Kebudayaan yang beberapa pening-galannya yang masih dapat ditemukan sampai sekarang memper-lihatkan ciri – ciri yang membedakan dengan kebudayaan belakangan yaitu kebu-dayaan yang dibawa oleh orang – orang Bali Pedataran.

Ciri – ciri pokok yang menonjol dalam masyarakat Bali Aga meli-puti pola kehidupan, pole kemasyarakatan, pola pemujaan terhadap roh nenek moyang.

Pola kehidupan yang sangat nyata pada kehidupan masyarakat Bali Aga, menampakkan corak komunal yaitu  suatu ciri yang menekan-kan bentuk kehidupan dalam situasi kebersamaan. “Corak kebersamaan nampak dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang dilakukan secara go-tong royong baik dalam situasi suka atau situasi duka” (N.D.Pandit Sastri, 1965, 94).

Ciri kehidupan gotong royong yang dimiliki oleh masyarakat Bali Aga tersebut secara implisit merupakan corak kehidupan asli pola kehi-dupan masyarakat Indonesia termasuk pola kehidupan masyarakat Bali Aga. Contoh ciri kehidupan kebersamaan tersebut yang masih dapat ditemukan sampai sekarang ini seperti : “Ngeepin, sekaa memula, upa-cara kematian, membuat rumah, upacara keagamaan, dan sebagainya” (Baka Dherana, 1992, 22).

Ciri – ciri kebudayaan Bali Aga I selengkapnya

Loading...