Dosen Pembimbing TA Semester Ganjil 2010/2011

Pengumuman

Bersama ini kami sampaikan daftar nama mahasiswa FSRD ISI Denpasar yang mengambil Tugas Akhir semester ganjil 2010/2011 beserta nama dosen pembimbing. Daftar dapat di download disini.

Demikian kami sampaikan untuk diperhatikan. Terimakasih

Denpasar, 27 September 2010

Pembantu Dekan I

ttd

Drs. Olih Solihat Karso, M.Sn

NIP.19610706 199003 1 005

ISI Denpasar “Ngaturang Ayah “ Di Pura Dalem Agung Kramas

ISI Denpasar “Ngaturang Ayah “ Di Pura Dalem Agung Kramas

Di bawah guyuran hujan yang membuat udara Desa Kramas, Blahbatuh, Gianyar semakin dingin , pada hari Jumat malam, tanggal 24 September kemarin Bondres Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar  yang terdiri dari dosen jurusan Pedalangan I Gusti Sudarta dan Ni Wayan Suratni, serta seorang mahasiswa Pedalangan Dewa Putra Yadnya mengisahkan tentang pemerintahan Udayana Warmadewa, di Kerajaan Singamandawa, serta hasil pertemuan Mpu Kuturan tentang Pesamuan Tiga. Selain Bondress, Rombongan ISI Denpasar yang dipimpin ketua jurusan Karawitan I Wayan Suharta,S.Skar.,M.Si. ini juga mempersembahkan tari Selat Segara, Jauk Manis, Satya Brasta, serta Legong Kuntul.

Kegiatan “ngaturang ayah” yang merupakan kegiatan rutin sebagai wujud implementasi dari Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni Pengabdian Masyarakat ini melibatkan 25 orang penabuh dari jurusan karawitan, 18 orang penari dari jurusan Tari dan Pedalangan serta beberapa orang dosen dan pegawai. Para penari dan penabuh dengan antusias mempersembahkan yang terbaik bagi masyarakat Kramas. Hujan yang mengguyur saat pertunjukan, membuat para pemedek yang menonton merapat ke panggung indah yang bernuansa biru dan putih tersebut. Ni Ketut Yuliasih, SST., M.Hum., salah seorang dosen yang ikut serta dalam kegiatan ini mengatakan bahwa menurut panitia karya, minimnya masyarakat yang hadir saat itu disebabkan oleh kegiatan yang demikian padatnya sejak pagi hari, diantaranya “ngewaliang Ida Bhatara Pengrajeg Karya ke Besakih” hingga sore hari. Sebagian besar anggota masyarakat pasti kelelahan disamping juga cuaca yang sangat tidak bersahabat malam itu. Namun minimnya penonton dan hujan deras yang menyertai sepanjang pertunjukan tidak mempengaruhi semangat dan antusiasme mahasiwa dan dosen dalam “ngaturang ayah”, ujarnya.

Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S.,M.A., mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen, pegawai, dan mahasiswa yang telah terlibat dalam kegiatan “ngayah” tersebut. Dalam beberapa hari mendatang, ISI Denpasar  jug akan “ngaturang ayah” di beberapa daerah, seperti Ubud, Bangli, dan Nusa Dua. Mahasiswa dan dosen telah berlatih sejak beberapa minggu yang lalu. Di samping itu ISI Denpasar juga sedang mempersiapkan pentas seni spektakuler untuk HUT TNI ke-65 Oktober mendatang, kata Rai menjelaskan.

Humas ISI Denpasar melaporkan.

Bentuk Seni Lukis Prasi II

Bentuk Seni Lukis Prasi II

Oleh Drs. I Nyoman Wiwana, dosen PS Seni Rupa Murni

Seni Lukis Prasi Map of Bali (karya : Komang Joni Arta)

Seni lukis prasi karya Komang Joni Arta, mempunyai obyek yang lebih bebas lagi. Peta Pulau Bali yang di beri judul Map of Bali, benar-benar merupakan bentuk di luar seni pewayangan. Tetapi bila di lihat sepintas, peta gambar pulau Bali yang dibuatnya sepertinya bukan obyek yang baru, karena secara keseluruhan masih kelihatan Bali. Memang si seniman  pada  dasarnya membuat seni lukis yang mengesankan tradisi dengan memadukan obyek utama yakni Pulau Bali bersama ornamen khas Bali. Secara kesaluruhan terlihat kesenian Bali atau lukisan Bali.

Bentuk yang berbeda, tidak seperti seni lukis prasi  pada umumnya, membuat kesenian ini menjadi kelihatan berkembang mengikuti perubahan  zaman. Namun di sisi lain masih kelihatan tetap eksis, terbukti sangat digemari oleh tamu Mancanegara. Demikian, bila tanpa kita ketahui sebelumnya sudah tentu kita menganggap bukan bentuk baru. Lihat foto di bawah ini.

Bentuk peta pulau Bali yang ditampilkan kelihatan serasi dengan ornamen dan tulisan sebagai pendukungnya. Dan yang istemewa lagi ukuran dibuat 20 x 20 cm,  dapat dilipat karena pakai tali, sehingg sangat mudah dibawa. Peta pulau Bali disenangi oleh turis Mancanegara karena mempunyai fungsi ganda, yaitu disatu sisi berfungsi sebagai peta, dan disisi lain bisa digunakan sebagai hiasan. Para tamu biasa membeli lebih dari satu untuk dibawa pulang kenegaranya sebagai soupenir.

Seni Lukis Prasi Arjuna Wiwaha (karya : I Nyoman Kanta)

Karya seni luklisa prasi yang dibuat oleh I Nyoman Kanta, menampilkan cerita Arjuna Wiwaha. Arjuna Wiwaha merupakan cerita yang populer di dalam kehidupan berkesenian di Bali. Bentuk seni pewayangan yang ditampilkan merupakan bentuk yang sudah umum dalam tema lukisan tradisional Bali. Menjadi berbeda karena diterapkan di atas daun lontar.

Bentuk Seni Lukis Prasi II Selengkapnya

Jangan Bangga Jadi Guru/Dosen “Killer”

Jangan Bangga Jadi Guru/Dosen “Killer”

JAKARTA — Metode pendidikan Indonesia yang mengutamakan pemberian nilai buruk pada siswa sebagai salah satu bentuk hukuman menjadikan anak-anak Indonesia yang cerdas menjadi tidak percaya diri. Padahal, seharusnya  sistem pemberian nilai yang tepat ialah memberikan nilai sebagai wujud memberi semangat, seperti yang dilakukan di negara maju.

Hal itu diungkapkan Prof Rhenald Kasali, PhD, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), di sela-sela acara Education Fair SMA Kanisius, Jakarta, Kamis (23/9/2010).

Menurut Rhenald, keadaan ini masih terus berlaku di Indonesia. “Sampai hari ini dosen atau guru masih melakukan seperti itu. Jadi, kalau orang enggak bisa, enggak dibantu cari jalan keluarnya, tapi malah dibikin jadi panik, dibuat makin tidak mengerti dengan dikasih nilai jelek. Rasanya ada kebanggaan jadi dosen killer,” katanya.

Rhenald melanjutkan, di luar negeri justru kebalikannya. “Di negara maju (Amerika), anak saya bahasa Inggrisnya jelek justru dikasih nilai exellent. Tujuannya mendorong memberikan kesempatan sehingga akhirnya dia menjadi lebih percaya diri. Metode mereka (sekolah luar negeri) ialah orang di-encourage supaya bersemangat dan akhirnya mau menjadi exellent,” katanya.

Apabila Indonesia menerapkan metode ini, dampaknya sangat besar bagi murid karena mereka akan menjadi lebih percaya diri. “Sebenarnya anak-anak kita pintar, cuma tidak punya rasa percaya diri karena yang nilainya A kan hanya 5 sampai 6 persen, sementara yang 90 persen nilainya rata-rata,” kata Rhenald.

Kondisi ini tidak terlepas dari perilaku dosen atau guru di Indonesia yang menerapkan metode model penjajah. “Perilaku dosen atau guru-guru di Indonesia terjadi karena belajar dari dosen-dosen sebelumnya, model penjajah bahwa anak itu bodoh, anak itu tertindas,” katanya.

Selain itu, banyak orang menjadi guru atau dosen bukan karena panggilan diri, melainkan karena tidak punya pilihan dalam hidup. “Dengan begitu, ketika mereka menjadi guru atau dosen, mereka menjadi cenderung sangat berkuasa. Karena juga dibayar rendah, mereka merasa dirinya berkuasa. Ketika muridnya ternyata kurang cerdas, mereka cenderung ingin menghukum dan menendang ke luar kelas. Mereka hanya bangga pada mereka yang mendapat nilai A,” papar Rhenald.

Menurut Rhenald, keadaan itu bisa diubah dengan seleksi ulang bagi para guru. “Harus ada seleksi ulang bagi para guru, jadi ada penataran atau pelatihan sehingga modal menjadi guru tidak hanya mengacu pada hard skill, tetapi soft skill-nya juga,” ujarnya.

Yang dimaksud soft skill, lanjut Rhenald, adalah motivasi, penggilan hidup sebagai tenaga pendidik, dan keinginan untuk mengembangkan orang lain. “Tidak hanya memandang dari segi akademisnya. Jadi, harus ada penilaian pada behavioral competencies,” tambah Rhenald.

Sumber: http://edukasi.kompas.com

Database Dikti Terintegrasi

Database Dikti Terintegrasi

SEMARANG- Sistem database pendidikan tinggi menyangkut ketenagaan, akademik, kelembagaan, dan karya-karya ilmiah yang terintegrasi segera diaplikasikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti).
Reformasi tata kelola yang berkualitas ini perlu dilakukan menyusul pengembangan data dasar pendidikan di Indonesia yang harus diakui masih sangat lemah.
Direktur Ketenagaan Dirjen Dikti Prof Dr Supriadi Rustad mengungkapkan, nantinya semua sistem akan tersentral ke pusat berdasarkan informasi yang disampaikan dari setiap institusi pendidikan dan data yang ada juga akan diverifikasi kembali. Hal ini juga menyangkut mengenai data dosen atau pengajar yang telah bersertifikasi.
”Sistem ini sedang kami persiapkan dan 2011 harapan kami sudah bisa terealisasi, karena masih ada beberapa item format data yang masih dalam perdebatan,” jelas Prof Supriadi seusai membuka Rapat Koordinasi Pimpinan Yayasan dan Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah VI di Patra Semarang Convention Hotel, Kamis (23/9).
Kendalikan Layanan Sistem yang dibangun Dikti ini juga diharapkan secara operasional mampu mengendalikan semua layanan, mutu, evaluasi, serta pengembangan sebuah program yang komprehensif. Dengan sistem ini, sebagai contoh, pengusulan sertifikasi dosen harus melalui sebuah sistem yang terintegrasi, sehingga bisa dikenali apakah memenuhi syarat atau tidak.
”Sentralisasi sistem dan desentralisasi kebijakan akan dilakukan dan hal ini adalah prioritas Dikti ke depan. Untuk verifikasi nantinya Kopertis bisa diberikan otoritas untuk hal itu,” ujarnya.
Koordinator Kopertis Wilayah VI Prof Drs Mustafid MEng PhD menambahkan, dengan basis data yang terintegrasi bisa diketahui juga kinerja, pengalaman mengajar, serta penelitian dosen yang akan atau sudah bersertifikasi. Tak hanya itu, setelah sertifikasi aktivitas dosen akan dievaluasi apa memenuhi kriteria apakah memenuhi syarat sebagai dasar pemberian tunjangan.
”Jika beban kerja tidak sampai 12 SKS tunjangan akan ditinjau kembali. Dalam rakor ini kami juga lebih banyak konsolidasi ke dalam, mengantisipasi apa saja yang harus disiapkan supaya pada tahun 2012 atau 2015 bisa memenuhi peraturan yang ada,” ungkap Mustafid. (J14,K3-37)

Sumber: http://suaramerdeka.com

Loading...