Bentuk Seni Lukis Prasi I

Bentuk Seni Lukis Prasi I

Oleh Drs. I Nyoman Wiwana, dosen PS Seni Rupa Murni

Bentuk merupakan syarat mutlak dalam karya seni. Khususnya seni rupa, yang merupakan kesenian yang hanya dapat dinikmati dengan indra pengelihatan, sangat tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa bentuk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999: 119), bentuk diartikan sebagai bangun, gambaran, rupa atau wujud, sistem atau susunan, serta wujud yang ditampilkan. Selanjutnya dalam buku Filsafat Keindahan dinyatakan seni adalah bentuk (Significant form) dan bentuk itu adalah suatu ciri obyektif dari imajinasi alam maupun pikiran manusia yang dibangun oleh struktur titik, garis, warna, bidang dan komposisi membentuk suatu wujud yang dapat ditangkap secara konkret. Jadi, seni adalah suatu imajinasi maupun pikiran manusia yang berwujud secara konkret dapat dinikmatai oleh panca indra. Khusus mengenai seni rupa adalah seni yang bisa dinikmati oleh indra penglihatan. (Gie, 2004: 60-63).

Demikian halnya dengan seni lukis prasi, bentuk merupakan bagian yang utama, merupakan wujud yang nyata, dapat dinikmati secara konkrit (kasat mata). Bentuk  berupa gambar yang terkesan klasik karena keterikatannya kepada teknik, bahan dan peralatan serba tradisional. Hal ini pula membuat seni lukis prasi kelihatan sangat spesifik. Dari penyajian, seni lukis prasi juga sangat khas layaknya penyajian komik harus dinikmati lembar demi lembar. Sebagai seni yang ilustratif, seni lukis prasi merupakan karya rupa yang sarat dengan makna simbolis dari suatu cerita yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Tampilannya  sepintas terkesan sangat sederhana, hanya berupa lembaran daun lontar yang dipenuhi dengan goresan-goresan berwarna hitam, namun setelah diamati dan diteliti betul baru akan tampak ekspresi bentuk yang sesungguhnya. Ternyata menyimpan suatu keindahan bercampus kesan magis, yang dimunculkan dari totalitas seninya sendiri.

Seni prasi adalah karya seni rupa yang mempunyai keunikan tersendiri, karena penterapannya pada daun lontar yang dihiasi dengan bentuk- bentuk yang klasik, terkadang disertai teks singkat menggunakan huruf (sastra) Bali. Seni lukis prasi diperkirakan sudah ada dan berkembang pada jaman kerajaan Bali. Hal ini didukung oleh sejarah sastra di Bali, oleh Agastia (1994) yang dikutip oleh Suardana, seni sastra Bali berkembang pada akhir abad ke-15, kemudian tumbuh subur pada abad ke-16, pada pemerintahan dalem Gelgel di Klungkung (Suardana, 2001: 27). Karena seni prasi adalah salah satu hasil karya seni rupa yang merupakan bentuk visual seni sastra, dimanfaatkan sebagai media informasi tentang ajaran keagamaan, maka sangat mungkin pula berkembang saat itu.

Terkait dengan fungsi, maka bentuk umumnya menyesuaikan. Sehingga seni lukis prasi yang merupakan tranformasi yang merupakan transformasi dari lontar teks kakawin yang diresepsi, maka seni lukis prasi pada dasarnya mengambil bentuk-bentuk dari apa yang dapat dipersepsi sesuai cerita yang dikomunikasikan. Sebagai contoh untuk kakawin Ramayana, dibuat gambar prasi sesuai dengan  kisah Ramayana beserta tokoh yang lainnya.

Bentuk Seni Lukis Prasi I Selengkapnya

Mahasiswa Asing Mulai Enggan Meneliti di Indonesia

Mahasiswa Asing Mulai Enggan Meneliti di Indonesia

YOGYAKARTA: Minat mahasiswa atau peneliti asing untuk melakukan penelitian di Indonesia menurun. Proses pemberian izin yang berbelit-belit menjadi pemicu utamanya. Birokrasi di negara ini lebih mengedepankan kecurigaan politik daripada kepercayaan akademik.
“Minat mahasiswa khususnya sarjana bidang ilmu sosial humaniora dari seluruh perguruan tinggi di dunia menurun karena birokrasinya yang rumit. Beberapa pusat kajian yang sebelumnya menfokuskan diri apda Indonesia telah tutup dan diubah ruang lingkupnya ke wilayah yang lebih luas,” kata Kata Guru Besar Jurusan Sejarah UGM Bambang Purwanto, Rabu (22/9).
Dalam Sosialisasi Prosedur Pemberian Izin Kegiatan Penelitian bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Litbang Asing, Badan Usaha Asing, dan Orang Asing di Indonesia di Ruang Multimedia UGM tersebut, terungkap bahwa proses perizinan yang ada tidak mempunyai standardisasi dan memakan waktu yang lama.
Yang patut disayangkan juga, tidak ada ketentuan jelas yang membedakan antara penelitian yang dilakukan berdasarkan nota kesepahaman antarperguruan tinggi atau penelitian bersama dalam kerja sama serta antarpeneliti pribadi dengan penelitian lepas yang merupakan proyek pribadi seorang peneliti, baik sebagai bagian untuk mendapatkan gelar atau tidak.
“Kami berharap pemberian izin penelitian seharusnya dilakukan sebagai bagian dari diplomasi kebudayaan untuk mempromosikan Indonesia,” jelasnya. Kerja sama penelitian resmi berdasarkan nota kesepahaman yang memberi manfaat langsung pengembangan sumber daya manusia di Indonesia harus diprioritaskan.
Kasubdit Fasilitasi Organisasi Kemasyarakatan Ditjen Kesbangpol Depdagri Bejo Santosa mengatakan, banyak peneliti asing yang melakukan kegiatan penelitian di luar izin yang diberikan pemerintah.
“Tidak semua peneliti asing yang akan melakukan penelitiannya di Indonesia memproses izinnya melalui Kementerian Negara Riset dan Teknologi, sehingga banyak peneliti asing yang tidak terdata dengan baik,” ungkapnya. (SO/OL-5)

Sumber: http://www.mediaindonesia.com

Panglima Kodam IX/Udayana Dan ISI Denpasar Sepakati Tema Merah Putih Pada Hut Ke-65 TNI 5 Oktober 2010

Panglima Kodam IX/Udayana Dan ISI Denpasar Sepakati Tema Merah Putih Pada Hut Ke-65 TNI 5 Oktober 2010

Pementasan Oratorium kolosal ISI Denpasar dalam Serah terima jabatan (Sertijab) Komandan Korem (Danrem) 163/Wira Satya dari Kolonel Inf Yoedhi Swastanto,M.B.A kepada Kolonel Inf Jacob Djoko Saroso yang dilaksanakan pada hari Selasa, 21 September 2010 di lapangan Makorem 163/Wira Satya, Jl. Sudirman Denpasar, menuai sukses spektakuler. Panglima Kodam IX/Udayana, Mayjen TNI Rachmat Budianto yang hadir pada acara tersebut kepincut dan jatuh hati pada kreasi yang menyajikan keindahan bentuk dan isi yang sangat menyentuh hati Pangdam, sehingga Institut Senin Indonesia (ISI) Denpasar pada hari Kamis tanggal 23 September 2010 diundang untuk membicarakan suguhan performa yang tak kalah spektakulernya pada acara peringatan HUT ke-65 TNI, tanggal 5 Oktober 2010 nanti.

Rektor ISI Denpasar Prof. I Wayan Rai S., M.A., didampingi Pembantu Rektor IV, PD II Fakultas Seni Pertunjukan, Sekjur Jurusan Tari, koreografer IGA. Srinatih, SST.,M.Si., serta beberapa dosen lainnya yang telah berkarya dalam oratorium sebelumnya, menghadiri undangan Pangdam di ruangan kerja Beliau, untuk membahas tema yang akan diusung dalam pementasan pada 5 Oktober 2010 tersebut. Wayan Rai mengungkapkan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada Pangdam IX/Udayana dan jajarannya yang telah memberi kesempatan kembali kepada ISI Denpasar untuk mempersembahkan karya seni guna mendukung TNI dalam menegakkan kedaulatan dan mempertahankan keutuhan wilayah NKRI. Dengan merangkul lebih banyak mahasiswa dari seluruh Universitas yang ada di Bali, kiranya generasi muda dapat menyalurkan ekspresinya melalui seni. ISI Denpasar akan memberikan yang terbaik bagi TNI sebagai wujud pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian masyarakat. Rai juga menambahkan bahwa persembahan ISI Denpasar pada Sertijab Danrem tanggal 21 lalu, maupun pada tanggal 5 Oktober yang akan datang merupakan implementasi dari slogan ABRI manunggal dengan rakyat.

Mayjen TNI Rachmat Budianto yang dalam kesempatan tersebut didampingi Kasdam IX/Udayana beserta jajarannya, Dandim Kodim 1611/Badung, Letkol Arh.Pontjo, dengan tulus mengungkapkan kekagumannya dengan pementasan ISI sebelumnya di Makorem 163/Wira Satya, serta ucapan terima kasih atas keindahan pementasan saat itu. Beliau juga berharap keindahan tersebut akan terulang kembali pada HUT TNI ke-65 nanti. Tema “Merah Putih” disepakati menjadi tema pementasan spektakuler pada tanggal 5 Oktober 2010 nanti. Tema yang akan diimplementasikan lewat tampilan seni yang sangat spektakuler dan menakjubkan dengan melibatkan ribuan mahasiswa seluruh Bali ini akan menghadirkan MURI dan diharapkan dapat menjadi ajang promosi pariwisata Bali khususnya, Indonesia pada umumnya. Performa seni ISI Denpasar ini akan menjadi kado persembahan terindah bagi TNI dalam ulang tahunnya yang ke-65, ujarnya.

Humas ISI Denpasar Melaporkan

Pendidikan Berorientasi ke Arah Kreativitas

Pendidikan Berorientasi ke Arah Kreativitas

BANDUNG, Proses pendidikan yang berorientasi pada pengembangan kreativitas perlu dipersiapkan secara terprogram. Pasalnya, dunia industri kini berkembang memasuki gelombang ke-4 yaitu industri kreatif.

“Ini terjadi akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sehingga industri berkembang ke arah industri kreatif, yaitu produknya merupakan produk kebaruan, yang dapat di wujudkan dalam berbagai bentuk benda, media, sistem, dan perangkat-perangkat yang mempunyai unsur baru,” kata Ketua Asosiasi Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) PGRI Jawa Barat Firman Oktora, Rabu (22/9).

Oleh karena itu, menurut Firman, kreativitas memegang peranan penting, dan perkembangan TIK menjadi salah satu utilitas dalam memberikan manfaat yang lebih luas dalam menopang era industri kreatif ini. Firman mengatakan, perkembangan pemanfaatan TIK dalam pendidikan dipengaruhi oleh perkembangan TIK itu sendiri mulai tahun 1800 hingga sekarang. Namun, saat ini masih terjadi disparitas kapasitas institusi pendidikan dari sisi ruang, guru/dosen maupun infrastruktur pendukung. “Juga kesenjangan antara pemanfaatan teknologi di sekolah dan di luar sekolah, apalagi dunia kerja masih jauh,” ucapnya.

Oleh karena itu, kata Firman, perlu adanya integrasi antara program pendidikan dengan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan begitu, terjadi perubahan tradisi belajar, yaitu tradisi lisan kemudian tradisi tulisan/cetak, hingga tradisi digital.

Menurut Firman, peran TIK menjadi cukup strategis dalam melakukan integrasi keterampilan abad 21 pada proses pembelajaran. Sebab TIK merupakan alat bantu pembelajaran baik guru maupun siswa, media interaksi antara guru dan siswa, fasilitator pendidikan berupa perpustakaan online, pojok internet, ruang multimedia, alat ajar multimedia, video conference, dan sebagainya.

“Diharapkan dengan memanfaatkan TIK akan terbangun komunitas cerdas dan kreatif dan terjadi perkembangan kultur dari download nation menjadi upload nation, sehingga akan tercipta karya-karya baru yang inovatif,” ucapnya. (A-157)***

Sumber: http://newspaper.pikiran-rakyat.com

Fotografi dan Imajinasi

Fotografi dan Imajinasi

Oleh: Alit Widusaka, Dosen PS Fotografi

Fotografi

Dunia fotografi saat ini sudah tidak asing lagi keberadaannya di kalangan masyarakat pada umumnya. Dari anak kecil, remaja bahkan orang tua mampu mendokumentasikan setiap peristiwa yang hadir dalam keseharian mereka. Banyaknya media perekam dari berbagai jenis dan merek semakin memudahkan mengenal dunia fotografi. Secara umum pengertian fotografi adalah seni dan proses penghasilan gambar dengan cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan (Giwanda, 2002: 13). Kalau dalam seni lukis menggunakan media kuas dan cat, sedangkan dalam fotografi menggunakan kamera dan cahaya untuk menghasilkan karya. Jadi pada prinsipnya antara seni lukis dan fotografi memeliki persamaan. Istilah fotografi berasal dari bahasa latin, yakni photos yang berarti cahaya atau sinar, sedangkan graphos yang berarti menulis atau melukis. Jadi arti sebenarnya dari fotografi adalah proses dan seni pembuatan gambar (melukis dengan sinar atau cahaya) pada sebuah bidang film atau permukaan yang dipekakan. Gambar yang dihasilkan diharapkan sama seperti aslinya, hanya dalam ukurannya yag jauh lebih kecil (Nugroho, 2006: 250).

Melihat pengertian tersebut terlihat ada persamaan antara fotografi dengan karya seni lukis atau menggambar. Perbedaannya pada media yang digunakannya. Bila dalam seni lukis yang dipakai gambar dengan menggunakan media warna (cat), kuas dan kanvas. Sedangkan dalam fotografi menggunakan cahaya yang dihasilkan lewat kamera. Tanpa adanya cahaya yang masuk dan terekam dalam kamera, sebuah karya seni fotografi tidak akan tercipta. Ada dua istilah dalam fotografi dewasa ini yaitu seni fotografi dan fotografi seni. Penggunaan istilah ini sering rancu, padahal masing-masing istilah tersebut memiliki perbedaan.

Seni fotografi adalah suatu keahlian dalam bidang fotografi, sama makna seperti pengertian seni bela diri, seni drama, dan lain-lain yang enunjukkan suatu keahlian khusus dalam bidang tertentu. Fotografi seni adalah suatu karya foto yang memiliki nilai estetik dan artistic baik dari tataran ideasioalnya maupun dari teknikalnya (bebas dari fungsional). Dari uraian tersebut, maka seni fotografi adalah suatu pengetahuan teknik atau keahlian dalam pengambilan objek tertentu dengan menggunakan media kamera dan cahaya. Sedangkan foto seni adalah hasil karya visual yang memiliki nilai seni dan keindahan baik teknik, ide maupun konsep yang mendasarinya. Sejak ditemukannya teknologi fotografi yang mampu merekam objek secara realistic oleh Louis Jacques Mande Daugerre pada tahun 1839 fotografi terus berkembang seiring dengan berkembangnya zaman dan dengan penemuan berbagai teknologi fotografi.

Fotografi dan Imajinasi Selengkapnya

Loading...