Kehidupan Penghuni Panti Wana Seraya Dalam Karya Fotografi Dokumenter

Kehidupan Penghuni Panti Wana Seraya Dalam Karya Fotografi Dokumenter

Kehidupan para lansia (lanjut usia) yang tinggal di sebuah panti jompo tidaklah sama dengan kehidupan yang dijalani oleh lansia yang tinggal dalam sebuah keluarga. Tidak banyak orang yang mengetahui dan memahami keberadaan lansia di panti jompo. Hanya segelintir kalangan yang bergerak di bidang sosial yang mampu memaknai keberadaan lansia tersebut. Seksi Penyantunan Lanjut Usia Wana Seraya yang berada di bawah Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial merupakan bukti nyata pergeseran nilai-nilai kehidupan sosial masyarakat, terututama nilai sosial dalam sebuah keluarga di Bali.

Kehidupan para lansia penghuni panti jompo Wana Seraya beserta seluruh aktivitasnya merupakan hal yang menarik untuk diangkat dalam karya foto. Profil orang tua dengan usia lanjut, kulit yang keriput, rambut yang memutih serta gigi yang mulai sedikit dapat memberikan karakter klasik dalam foto. Suasana lingkungan Wana Seraya juga dapat digunakan untuk menambah informasi makna sebuah foto.

Fotografi dokumenter dipilih untuk menampilkan karya foto kehidupan penghuni panti Wana Seraya agar cerita mengenai aktivitas keseharian mereka dapat terangkum dengan jelas dalam karya visual, yang juga disertai dengan photo caption/cerita singkat mengenai tokoh dalam karya tersebut. Melalui karya foto yang dikemas dalam warna hitam putih, kesederhanaan bentuk kehidupan, penonjolan karakter, suasana yang dramatis, dan cerita di balik setiap karya foto, ditujukan untuk menampilkan sebuah karya yang menarik.

Setelah mematangkan ide, dilanjutkan dengan memilih lokasi, observasi lapangan, studi pustaka, pendekatan dan pemaparan teori untuk menganalisi karya. Dari elemen-elemen visual fotografi digunakan dalam perwujudan karya yakni dalam garis, bentuk, bidang/ruang, tekstur dan warna yang kemudian diorganisasikan dalam unsur komposisi, kesatuan, keseimbangan dan pusat perhatian dalam sebuah foto. Foto-foto yang terdokumentasikan kemudian dilanjutkan ke dalam proses pemilihan foto yang terbaik sesuai dengan ide, untuk selanjutnya diolah dengan menggukan software photoshop CS3 dalam editing foto dengan piranti komputer.

Dengan pemahaman yang baik  tentang karakter, bentuk, posisi sinar, dan aktivitas para lansia yang tinggal di Wana Seraya, pemotret dapat mengembangkan imajinasi dan inspirasi untuk memvisualisasikan kehidupan orang tua penghuni panti jompo Wana Seraya ke dalam karya seni fotografi. Dengan demikian dapat dihasilkan karya foto yang memberi arti luas, lebih dari apa yang terekam dalam foto itu sendiri. Sebuah foto dapat menceritakan kisah yang panjang dari waktu pada saat dia terekam. Foto akan dapat menceritakan dirinya dan waktunya di saat yang akan datang.

Kata-kata Kunci :  lansia, aktivitas, panti jompo, dan foto dokumenter.

Seni lukis Kamasan Sebagai Salah Satu Manifestasi Percampuran Antara Seni Lukis Tradisi Indonesia dengan Pengaruh Barat

Seni lukis Kamasan Sebagai Salah Satu Manifestasi Percampuran Antara Seni Lukis Tradisi Indonesia dengan Pengaruh Barat

oleh: Drs. I Made Jana, M.Sn., Dosen Kriya Seni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar

            Membicarakan seni lukis Kamasan sebagai salah satu manifestasi     percampuran antara seni lukis tradisi Indonesia dengan pengaruh Barat, tidak lepas dari perkembangan peradaban bangsa Indonesia itu sendiri. Berdasarkan catatan sejarah Indonesia menunjukan bahwa sebelum munculnya pengaruh Hindu di Bali, masyarakat Bali di masa lampau telah meletakan dasar yang kuat bagi perkembangan  kebudayaan Bali selanjutnya dan ternyata telah turut memperkaya kebudayaan bangsa Indonesia. Untuk mengetahui dasar-dasar kebudayaan Bali, harus dicari kembali di dalam zaman prasejarah Bali yang merupakan  awal sejarah masyarakat Bali selanjutnya.

            Kalau pada zaman Dharmawangsa  sampai zaman Majapahit berkembang sastra kekawin Mahabharata dan Ramayana serta kidung Panji, pada zaman raja-raja Bali kakawin dan kidung diperbanyak   oleh  pujangga Istana, termasuk terjadi  transformasi sastra kekawin dan kidung menjadi sekar macepat, suatu pengalihan  sastra kawi  menjadi sastra Bali dalam  bentuk    puisi tembang. Diduga saat itulah muncul peparikan Adiparwa, Bharatayuda, Narasoma, dan Bomantaka yang diciptakan berdasarkan wiracarita Mahabharata.

             Pada zaman pemerintahan Dalem Waturenggong, datanglah seorang pendeta dan  sastrawan dari Majapahit, yang bernama; Danghyang Nirartha yang memperkenalkan arsitektur Pura (tempat persembahyangan ) dan Puri (sebagai Istana Raja). Selain itu Danghyang Nirartha telah meninggalkan sejumlah karya dalam bentuk lontar. Pertumbuhan dan perkembangan kesenian pada saat itu ditandai dengan tumbuhnya pusat kesenian di sekitar Istana. Seni yang muncul saat itu merupakan seni keagamaan (religi), dan seni untuk puri (seni keraton). Selain Penciptaan karya seni di atas, kemudian menjadi semakin kompleks, pada masa itu alat-alat perlenggkapan sesajen, seperti lamak, lis, tamiang, penjor, dan bentuk-bentuk jejahitan yang lain dibuat dari daun kelapa atau daun lontar yang ditata, dirangkai menjadi semakin rumit dan artistik. Upacara-upacara dibuat lebih besar  untuk mengagungkan kekuasaan raja dan kemakmuran rakyat, termasuk pembuatan perlengkapan alat ngaben yang disebut petulangan, seperti; lembu, gajah, mina, singa, macan, bebean, geganjan, peti mas, bekang, dan bentuk binatang lainya, serta bade atau wadah (menara) dibuat sangat megah sebagai ekspresi karya seni yang bermutu. Bahan-bahannya dibuat dari bambu, kayu, kertas warna-warni, kertas mas dengan jenis-jenis ukiran yang menarik.  Meninjau perkembangan seni lukis Bali pada masa kejayaan raja-raja Bali, dewasa itu muncul gaya Kamasan, karya lukis berbentuk ornamen dari wayang yang temanya diambil dari Mahabharata dan Ramayana. Teknik pemecahan ruang dan komposisinya menyerupai pertunjukan wayang kulit di atas kelir. Lukisan wayang ini berperan  juga dalam bangunan pura dan puri sebagai penghias langit-langit, sebagai gambar dinding, atau sebagai lukisan alat ritual, seperti lelontek dan ider-ider.

             Dalam perkembangan lebih lanjut, kontak Bali dengan dunia Barat, yang ditandai dengan jatuhnya Bali ke tangan Belanda pada tahun 1906-1908. Kedatangan Belanda  telah mempengaruhi kehidupan masyarakat Bali yang tadinya lamban, bersifat tradisional, dihadapkan kepada hal-hal yang sama sekali baru, cara berpikir rasional serba cepat. Dalam hal ini diperkenalkan sistem pendidikan, didirikan sekolah-sekolah, sistem  pemerintahan, gedung perkantoran dengan gaya Belanda, serta muncul pula motif hias yang disebut patra Holanda.

              Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan  kebudayaan Bali, pada tahun 1930-an kesenian Bali, seni rupa khususnya mengalami perubahan  bentuk dan isi. Apabila di zaman raja-raja Bali, pusat kesenian berada di Klungkung dan sekitarnya, pada masa pemerintahan Belanda pusat kegiatan seni rupa berpindah ke Ubud, Gianyar. Perpindahan ini membawa akibat perubahan gaya dan tema terhadap perkembangan seni rupa Bali. hal ini ditandai oleh kedatangan dua pelukis, Walter Spies yang berkebangsaan Jerman, dan Rudolf Bonnet, berkebangsan Belanda yang menetap di Ubud.

           Berdasarkan perkembangan sejarah kebudayaan Bali, dari zaman pra-sejarah, zaman raja-raja di Bali, maupun pada zaman pemerinhan Belanda dapat memberikan gambaran kepada kita terkait dengan topik yang akan dibahas, dalam hal ini dapat ditelusuri bagaimana tradisi-tradisi kebudayaan Jawa Hindu dapat berkembang dengan baik ke dalam kebudayaan Bali, khususnya dalam bidang kesenian. Dan perkembangan lebih lanjut  dengan datangnya dua tokoh seniman Barat, membuat kesenian Bali (seni rupa, seni pahat, seni lukis), menjadi lebih dinamis.

Seni lukis Kamasan Sebagai Salah Satu Manifestasi Percampuran Antara Seni Lukis Tradisi Indonesia dengan Pengaruh Barat selengkapnya

Karat Kapal Laut dalam Seni Fotogafi Makro

Karat Kapal Laut dalam Seni Fotogafi Makro

Banyak seniman yang terinspirasi oleh sesuatu yang tidak disengaja dalam menciptakan karya seninya, seperti pencipta terinspirasi dari karat kapal laut yang memiliki keunikan bentuk, warna dan tekstur sehingga semenjak smester VII pencipta tertarik pada benda-benda yang berkarat dijadikan karya seni fptografi, jadi karat merupakan proses perubahan bentuk yang disebabkan oleh perubahan cuaca maupun proses kimiawi pada sebuah benda, dan kapal laut secara umum biasanya mengalami pengkaratan lebih cepat dibandingkan dengan alat trasportasi lainnya karena jauh dari udara yang mengandung garam, maka kapal laut merupakan salah satu alat trasportasilaut yang ada saat ini dan bisa digunakan oleh masyarakat bawah menengah karena relatif lebih murah dibandingkan trasportasi lainnya. Ide tentang karat kapal laut ini, pencipta wujudkan dalam fotografi makro, pengambilan gambar menggunakan kamera DSLR Nikon D40 dan lensa Nikon 105 mm, f : 2,8 AF-S VR, yang tujuannya  untuk memperbesar bagian-bagian  objek karat sehingga diproleh hasil bentuk, testur yang detail dan jelas terakhir menggunakan Tripod Takara TVM dan CF San Disk Ultra II 1GB ada pun proses penciptaan karya fotografi ini adalah penumpulan data studi pustaka, pemotretan awal, pengolahan foto, penyeleksian karya, pemotretan ulang, karya terpilih, pencetakan, dan pembingkaian.

Kata Kunci : Karat,  kapal laut, Fotografi,  makro.

  

Loading...