Empat kandidat Rektor ISI Denpasar paparkan visi misi

Empat kandidat Rektor ISI Denpasar paparkan visi misi

 Senin, 2 November 2020 21:47 WIB

Sumber : https://bali.antaranews.com/berita/214792/empat-kandidat-rektor-isi-denpasar-paparkan-visi-misi

Empat kandidat Rektor ISI Denpasar paparkan visi misi
Empat kandidat Rektor ISI Denpasar periode 2021-2025 (Antaranews Bali/Rhisma/2020)

Denpasar (ANTARA) – Sebanyak empat kandidat dalam Pemilihan Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar periode 2021-2025 memaparkan visi misi di hadapan sidang terbuka senat setempat yang digelar perpaduan antara daring dan langsung dengan jumlah peserta terbatas.

Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum di sela-sela kegiatan tersebut, di Denpasar, Senin berharap agar penggantinya mampu menjalankan amanah rencana strategis yang akan disusun pada 2021.

“Renstra ke depan saya rasa fokus pada penguatan sumber daya manusia karena beberapa guru besar kita banyak yang pensiun. Kemudian pada sistem juga perlu dilakukan pembenahan mengikuti aturan-aturan pemerintah, seperti kampus merdeka dan merdeka belajar,” ujarnya.

Sementara dari segi infrastruktur atau fasilitas yang dimiliki ISI Denpasar, menurut Prof Arya, sudah tidak ada masalah.

Empat kandidat Rektor ISI Denpasar yang memaparkan visi misinya adalah Dr I Ketut Sariada, SST, MSi; Prof Dr I Wayan Adnyana, SSn, MSn; Dr Drs I Wayan Suardana, MSn, dan Prof Dr I Nyoman Artayasa, MKes. Mereka bergantian memaparkan visi-misinya selama 15 menit di hadapan sidang terbuka senat tersebut.

Kemudian, sesi kedua dilanjutkan dengan tanya jawab kandidat rektor dengan panelis selama 15 menit per kandidat. Panelis terdiri dari  anggota Senat Prof Dr I Wayan Dibia, MA, Prof I Made Bandem, dan kepala biro di lingkungan ISI Denpasar.

Kandidat nomor urut 1, I Ketut Sariada memaparkan Visi “Nangun Sani Parisuda lan Paripurna. Menurutnya, visi tersebut bermakna membangun kegiatan seni yang mencerdaskan, menyehatkan, menyejahterakan, dan menyenangkan.

“Visi itu akan kami bangun dengan memanfaatkan kemajuan teknologi sehingga seni mampu memberikan pencerahan dan mencerdaskan di segala bidang, tidak hanya bagi sivitas kampus, tapi masyarakat luas,” kata Sariada.

Selanjutnya, kandidat nomor urut 2, I Wayan “Kun” Adnyana, bertekad memajukan perguruan tinggi seni pelat merah tersebut dengan memanfaatkan semua potensi yang ada.

Kun Adnyana yang saat ini menjabat Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali setidaknya melihat 17 potensi (keunggulan) ISI Denpasar, mulai dari akreditasi institusi (A), 10 prodi sarjana (A) dan prodi di Pascasarjana ISI Denpasar juga meraih A.

“Potensi lain yang tak kalah penting, bahwa di ISI Denpasar ada mahasiswa asing dari 69 negara, dari seluruh benua belajar ke sini. Ini juga menjadi potensi yang sangat baik untuk pengembangan lembaga ke depan,” kata Kun.

I Wayan Suardana, MSn., kandidat nomor urut 3, jika dipercaya menjabat rektor bertekad membawa ISI Denpasar menuju perguruan tinggi seni global berlandaskan pada kekuatan seni budaya lokal, teknologi dan digitalisasi. Ia menginginkan, ISI Denpasar menjadi barometer penciptaan seni, baik klasik, tradisi, modern, dan kontemporer.

Selanjutnya, menghasilkan lulusan yang trampil, cerdas, profesional, dan kompetitif di pasar kerja, baik lokal, nasional, dan internasional, menjadi perguruan tinggi seni yang unggul dalam segala bidang di Indonesia, menekankan keseimbangan antara akademis dan sosial di masyarakat.

“Terakhir, saya ingin mewujudkan harmonisasi antara tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan sesuai dengan tupoksinya dan terciptanya karya-karya yang spektakuler, monumental, dan populer di masyarakat,” ujarnya.

Sementara kandidat nomor urut 4, I Nyoman Artayasa, ingin membangun ISI Denpasar sebagai kampus yang berbasis mutu menuju merdeka belajar. “Iklim kerja dan akademik harus mengacu pada standar mutu. Kita harus biasakan pola seperti ini untuk menentukan kualitas,” ujarnya.

Jika terpilih, Artayasa berencana menambah fakultas media rekam, pendidikan dan seni. Tambahan fakultas itu, kata dia, berpotensi menarik jumlah mahasiswa yang lebih banyak lagi menuju ISI Denpasar sebagai perguruan tinggi badan hukum (PTBH). “Kami ingin ubah status perguruan tinggi satuan kerja (PT Satker) menuju PTBH, salah satu caranya menggenjot jumlah mahasiswa,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Senat ISI Denpasar Drs I Wayan Gulendra MSn mengatakan visi misi yang disampaikan empat kandidat rektor tersebut benar-benar dicermati oleh anggota senat.

Pihaknya sangat berharap Rektor ISI Denpasar yang baru nanti adalah yang visioner dan bisa menjadikan kampus setempat bersaing secara global dalam kancah yang lebih luas. “Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang mumpuni,” ucap Gulendra.

Usai pemaparan visi misi tersebut, dari hasil pemungutan suara yang dilakukan 19 anggota Senat ISI Denpasar dengan pencoblosan, diperoleh hasil I Ketut Sariada mendapatkan dua suara, I Wayan Adnyana memperoleh 15 suara,  I Wayan Suardana tidak mendapatkan suara dan I Nyoman Artayasa dengan dua suara. Dengan demikian, I Wayan Suardana dinyatakan tersisih untuk tahapan pemilihan rektor selanjutnya.

Ketua Panitia Pemilihan Rektor ISI Denpasar Dr Anak Agung Gede Rai Remawa menambahkan, untuk tiga nama calon rektor tersebut selanjutnya akan disampaikan ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk proses pemilihannya yang dijadwalkan 4 Desember mendatang, yang memiliki hak suara dalam proses pemilihan nanti dari unsur senat setempat dan Mendikbud.

“Karena pandemi, acara ini digelar dengan memenuhi protokol COVID-19, jadi kami melakukan tidak mengundang semua dosen secara luring, tetapi hanya anggota Senat dan sejumlah undangan. Ruangan ini yang kapasitasnya untuk 75 orang, tetapi hanya diisi 30 orang,” ujar Rai Remawa.

 Pewarta : Ni Luh Rhismawati
Editor : Adi Lazuardi
COPYRIGHT © ANTARA

PANEL SEMU KARTUN OOM PASIKOM

Kiriman : I Wayan Nuriarta (Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar)

ABSTRAK

Panel-panel yang digunakan GM Sudarta dalam menghadirkan kartun Oom Pasikom sangat bervariasi. Ada yang menggunakan panel secara jelas, ada juga kartunnya menggunakan panel secara semu. Semu dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tapak seperti asli, padahal sama sekali bukan yang asli, tipu; muslihat. Dalam pembahasan ini, panel semu diartikan sebagai panel yang tidak tampak tetapi ada dalam menghadirkan transisi panel komik/ kartun strip. Panel tersebut dapat kita lihat dengan melakukan pemotongan-pemotongan “ruang” momen tiap panel. Panel tidak saja digambarkan secara jelas berupa bentuk persegi panjang, tetapi bisa juga hadir dengan memanfaatkan panel semu. Panel-panel semu terkadang digunakan untuk menghadirkan kesan agar kartun secara visual tampak tidak terikat atau statis karena adanya batas panel secara jelas. Kartun Oom Pasikom 14 Februari 2009 menggunakan panel semu dan memanfaatkan perubahan momen dengan transisi panel dari aksi ke aksi karena terjadi perubahan aksi antara panel 1 ke panel 2 dan panel 2 ke panel 3 pada tokoh-tokohnya. Transisi panel 1 ke panel 2 terlihat dari ekspresi wajah yang ditunjukan oleh tokoh anak dan Oom Pasikom pada kedua panel tersebut. Pada panel 1, tokoh anak digambarkan matanya tertutup dengan mulut yang kecil, dan Oom pasikom juga menunjukan ekspresi wajah yang tenang. Selanjutnya pada panel 2 ekspresi wajah anak dan Oom pasikom berubah. Tokoh anak dengan matanya yang terbuka lebar dengan mulut digambarkan terbuka lebar, dan Oom Pasikom juga digambarkan dengan wajah panik dan matanya terbuka. Transisi panel selanjutnya terjadi perubahan aksi pada tokoh di panel 3. Pada panel 3 digambarkan tokoh anak berhenti mengikuti Oom pasikom, ia terdiam, wajahnya dipalingkan menghadap ke pembaca sehingga senyumnya yang lebar memperlihatkan giginya sangat jelas digambarkan.

Kata Kunci: Kartun, Media Massa, Komik, Humor

Selengkapnya dapat unduh disini

Lahirnya Komik Wayang

Kiriman : I  Wayan Nuriarta (Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain)

Abstrak

Komik memiliki kekuatan tersendiri dalam menggambarkan sebuah cerita karena pada masing-masing panel dibuat keadaan yang mendukung alur cerita. Dahulu kita membaca komik secara sembunyi-sembunyi karena takut dimarah oleh orang tua kita. Membaca komik diartikan sebagai kegiatan yang mengganggu pelajaran sekolah dan juga dianggap membuang-buang waktu. Di Indonesia, para pendidik menentang kehadiran komik, apalagi komik yang berasal dari Barat. Mereka juga mengkritik komik bukan saja dari segi bentuknya yang dianggap tidak mendidik, melainkan juga dari segi gagasannya yang berbahaya. Para pendidik sempat berpikir untuk menghentikan penerbitan komik untuk selamanya. Bahkan memasuki tahun 1955, dilakukan pembakaran komik secara masal oleh pemerintah. Saat itu komik dinilai tidak bagus karena dianggap terlalu mengadaptasi budaya Barat. Para komikus kemudian mengadaptasi budaya Indonesia menjadi sebuah cerita dalam komik. Lahirnya komik wayang Indonesia dipandang sangat berhasil mewakili budaya bangsa dan mengakibatkan komik Amerika diabaikan orang serta menempatkan pengaruh Barat di tempat kedua. Periode yang ditandai oleh pengaruh besar dari Barat segera digantikan oleh periode pemantapan “kepribadian bangsa”, suatu hasrat murni yang mendorong komikus kembali ke wayang

Kata Kunci: Sejarah Komik, Komik Wayang, R.A Kosasih, Budaya

Selengkapnya dapat unduh disini

 

 

Seni Pertunjukan Bali Merana di Tengah Pandemi Corona (COvid-19)

Kiriman : I Wayan Budiarsa (Prodi Tari FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Covid19 yang melanda di awal tahun 2020 berdampak keberbagai sektor lapisan kehidupan masyarakat dunia. Virus yang menyerang manusia ini tidak mengenal batasan umur, level, status sosial, merebak menyerang secara cepat keberbagai belahan dunia. Negara Indonesia pun tidak luput dari serangan virus ini, negara berkembang yang menghandalkan sektor pariwisata/ seni budaya dalam promosi dan pendapatan negara lambat laun terpuruk juga. Salah satu yang terdampak dengan mewabahnya Covid19 adalah kegiatan seni pertunjukan tari. Salah satu protokol kesehatan yang dihimbau adalah tidak adanya kerumunan orang banyak dan menjaga jarak, sedangkan dunia tari tidak bisa lepas dari kontak sebagaimana himbauan tersebut. Seni pertunjukan digelar sudah barang tentu menimbulkan , melibatkan banyak orang baik dari pihak seniman maupun penontonya. Maka, demi keselamatan dan mengikuti himbauan pemerintah semenjak Maret hingga Juli 2020 kegiatan seni tari tidak lagi disajikan, baik dalam konteks Wali, Bebali, Balih-balihan/ turistik.

Kata kunci: Corona, Pertunjukan, Seni Tari Bali, Merana.

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...