Karma Citta Waskita Inagurasi dan Sapa Publik Guru Besar Anyar Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, S.ST.,M.Si

Karma Citta Waskita Inagurasi dan Sapa Publik Guru Besar Anyar Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, S.ST.,M.Si

Hadir Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Gubernur Bali yang diwakili oleh Sekda Prov. Bali, Kadisbud Prov. Bali, Kadisbud Kota Denpasar Seniman Prof. Dr. I Wayan Dibia,SST.,MA, Jero Gede Batur Beduuran dan Pemuka Adat Baturlainnya, serta para undangan lainnya.

 ISI Denpasar menjemput Senat Institut menuju ruangan sebagai petanda dibukanya acara Inagurasi Guru Besar Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, S.ST.,M.Si, yang kemudian dilanjutkan dengan penampilan kesenian Rudat dari Desa Kepaon Denpasar sebagai pengantar Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, S.ST.,M.Si menuju ruangan.

Tak kalah penting, tari kebesaran Siwa Nata Raja yang selalu hadir dalam acara-acara besar Insitut Seni Indonesia Denpasar. Sambutan Rektor ISI Denpasar Prof. Dr. I Wayan Adnyana, S.Sn.,M.Sn menyampaikan beberapa capaian kerja ISI Denpasar yang telah diraih, diantaranya; perbaikan layanan pendidikan, penghargaan yang telah diperoleh oleh Lembaga, dan keberadaan Guru Besar di kalangan ISI Denpasar yang kini tercatat ada 10 Guru Besar sesuai dengan bidang ilmunya, serta ISI Denpasar yang kini tengah mempersiapkan diri untuk menjadi ISI Bali.

Sambutan Wali Kota Denpasar dibacakan langsung oleh I Gusti Ngurah Jaya Negara. Dalam sambutan beliau, mengapresiasi Lembaga ISI Denpasar sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang tetap menjadi barometer pertumbuhan kesenian Bali. Diakhir sambutannya, beliau mengucapkan selat kepada Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, S.ST.,M.Si atas pencapaian Guru Besarnya. Selanjutnya sambutan Gubernur Bali yang disampaikan oleh Sekda Prov. Bali. Dalam sambutannya beliau juga menyampaikan selamat kepada Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, S.ST.,M.Si atas capaian jabatan Guru Besarnya.

Sosok Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, SST., M.Si., lahir di Malang pada tanggal 21 Januari 1962 Adalah anak dari pasangan Ida Bagus Anom (alm) dengan I Gusti Ayu Muliani, putri ke empat dari delapan bersaudara. Ida Ayu Trisnawati menikah dengan A.A.Ngurah Ketut Suparta SE.,M.Si Pensiunan Dispenda Prop.Bali saat ini sebagai Bendesa Adat Poh Gading, Denpasar, memiliki 3 orang Putra-Putri. Pertama, Dokter Anak Agung Ayu Diah Citradewi, M.Biomed, Sp.M, Kedua, Dokter Anak Agung Ngurah Bayu Putra, yang saat ini sedang Pendidikan Spesialis Bedah di Udayana, ketiga, Anak Agung Ngurah Surya Putra, B.Bus, bekerja di Ausi ( Sydney ) dan seorang anak asuh yaitu Herdiyan Adi Prasetia,S.pd.,M.pd. Ida Ayu Trisnawati memiliki 8 orang Cucu. Saat ini Ida Ayu Trisnawati bekerja sebagai Dosen Program Studi Tari, Fakultas Seni Pertunjukan (FSP), Institut Seni Indonesia Denpasar dan Dosen pada Program Studi Pendidikan Seni Program Magister Institut Seni Indonesia Denpasar. Setelah lulus S2 pada Kajian Budaya pada UNUD Denpasar (1999-2001) dan S3 Bidang Kajian Budaya pada UNUD Denpasar (2012- 2016) kini masih aktif sebagai peneliti, penulis dan praktisi seni. Sebagai praktisi seni telah berkesempatan untuk menjadi duta seni ke beberapa negara seperti, Jepang Tokyo tahun 1981, Amerika,1983, penari istana negara tahun 1981-1984 sebagai penari Manuk Rawa ciptaan I Wayan Dibia, tour Canada tahun 1986, Thailand (1996), Iwate-Jepang (1997), Kamboja (2007), Perancis (2008), dan Singapore 2019, dan lain-lain. Kini masih aktif mengajar di Prodi Tari dan Pascasarjana ISI Denpasar, aktif berkarya seni, meneliti, menulis artikel ilmiah, seminar, dan mengabdi di masyarakat.

Orasi Ilmiah dari Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, S.ST.,M.Si yang bertajuk “Ceria Menembus Kebisuan”.  Orasi dimulai dari penyampaian pengabdian Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, S.ST.,M.Si di “Desa Kolok” yang dimulai dari tahun 2016.  Ditengah keterbatasan masyarakatnya, mereka memiliki potensi seni dan semangat tinggi untuk berkesenian yang patut dibina.

Desa Bengkala, sebagai salah satu desa tua dikawasan Bali Utara, tidak saja memiliki keunikan secara budaya dan karakter masyarakatnya. Namun ada juga keunikan yaitu adanya masyarakat yang mengalami kelainan berupa tuli bisu (dibaca kolok). Mereka adalah kelompok masyarakat tuna rungu dan tuna wicara. Penduduk yang bisu ini atau oleh orang Bengkala menyebutnya dengan orang kolok hidup selayaknya masyarakat yang normal. Keadaan tuli-bisu ini dialami secara genetik (kelainan fungsi pendengaran sejak lahir). Terlepas dari kondisi fisik yang tidak sempurna tetapi masyarakat kolok di Desa Bengkala bisa beraktivitas layaknya masyarakat normal, termasuk salah satunya dengan kegiatan menari. Desa Bengkala terkenal dengan kelompok Tari Janger Koloknya. Tari Janger Kolok menjadi ikon penting dalam perkembangan kesenian di Desa Bengkala. Kondisi itu tentu menarik untuk terus dikembangkan sebagai salah satu potensi yang bisa dikembangkan sebagai destinasi wisata. Tujuannya terjadi peningkatan

kesejahteraan hidup masyarakat di desa ini.

Keberadaan masyarakat Kolok Bengkala sangat penting karena mereka menjadi contoh unik tentang kemampuan manusia dalam menciptakan bahasa baru dan mengadaptasinya dalam situasi yang unik. Mereka menunjukkan bahwa bahasa isyarat tidak hanya menjadi sarana komunikasi bagi penyandang tunarungu, tetapi juga dapat digunakan oleh komunitas yang lebih luas atau masyarakat normal.

Melihat begitu besarnya potensi seni yang dimiliki oleh masyarakat Kolok di Desa Bengkala, Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, S.ST.,M.Si tercetus ide untuk menciptakan tarian kolok dengan judul Tari Baris “Bebila” diambil dari (Baris Bebek Bingar Bengkala) adalah tari garapan baru yang dikembangkan sesuai dengan potensi seni di Desa Bengkala yang terbatas secara fisik yaitu orang bisu tuli diciptakan pada tahun 2017. Tari baris yang dikembangkan adalah tarian baris yang mengambil beberapa gerak-gerak pegambuhan. Secara konsep, kata ‘baris’ menggambarkan pasukan. ‘Bebek yaitu itik, sedangkan Bingar adalah ceria dan Bengkala adalah nama Desa. Jadi Tari Baris Bebila (Bebek Bingar Bengkala) adalah Tarian yang menggambarkan keceriaan pasukan yang semangatnya melampaui batas kemampuan dibawah satu komando. Tari Baris Bebila ini terinspirasi dari pengembala bebek, ‘bebek yang berbaris mengikuti si pengembala yang memegang sebatang bambu/penyisih.

Tari Baris Bebila ini membawa property tombak. Layaknya tarian Baris upacara, beragam tarian ‘baris’ menjadi inspirasi, sekelompok penari yang membawa senjata, perlengkapan upacara,dan mengenakan kostum yang berbeda warna. Gerakan tarian ini sesuai dengan kemampuan penari yang terbatas, sehingga penari mudah mengikuti gerakannya. Penari tari Baris Bebek Bingar Bengkala terdiri dari tujuh orang laki-laki yang membawa tombak. Satu orang berperan sebagai pimpinan. Diakhir orasinya ditampilkan Tari Baris Bebila yang diringin Kendang Beliq dan kemong. Penggunaan instrumen ini merupakan pilihan agar penyajiannya mudah untuk memberikan tanda komando/pengamatan dalam tarian.

Kesenian Rudat, Desa Kepaon dan Penari Baris Bebila

Dokumentasi Prof. Dr. Ida Ayu Trisnawati, S.ST.,M.Si, tahun 2023

Diakhir orasinya disampaikan ucapan teeima kasih kepada seluruh yang membantu terlaksananya acara pada hari ini. Penutupan acara dilakukan oleh Ketua Senat ISI Denpasar Dr. Ni Kadek Arsiniwati, SST.,M.Si dan nyayian Mars ISI Denpasar.

Kegiatan Pengabdian Masyarakat Nata Citta Swabudaya ISI Denpasar di Desa Batur Ditutup Dengan Penyerahan Piagam Penghargaan

Kegiatan Pengabdian Masyarakat Nata Citta Swabudaya ISI Denpasar di Desa Batur Ditutup Dengan Penyerahan Piagam Penghargaan

Tidak terasa program pengabdian NCS di Desa Batur sudah berjalan hingga memasuki bulan ke-lima. Berbagai kegiatan telah terselesaikan dengan baik dan penuh suka cita.  Diantara prosesi ritual yang berlangsung di Desa Batur, tim juga dapat merasakan moment berharga dari ritus sakral yang berlangsung. Semua tim telah melaksanakan tugasnya sesuai dengan bidangnya masing-masing, dan hari ini pun kegiatan NCS di Desa Batur ditutup. Penutupan dihadiri oleh Kabiro Umum dan Keuangan Dr. I Gusti Ngurah Sudibya, SST.,M.Sn, Jro Gede Penyarikan Batur, Perbekel Batur Tengah I Made Sasmika, SST, Para Penari Debunga Desa Batur, Juru Gamel Desa Batur, Guru Tabuh Selonding serta segenap Tim Pengabdian Masyarakat ISI Denpasar.

Kegiatan penutupan NCS Batur didahului dengan sambutan ketua Tim NCS ISI Denpasar. Pada kesempatan ini ketua Tim mewakili segenap anggota yang bertugas menyampaiakan ucapan terimakasih kepada Jro Gede Batur beserta aparat desa lainnya yang sudah menjamu tim dengan sangat baik. Disampaikan dalam kegiatan ini, dari awal tiba sudah disuguhkan teh sebelum memulai pengabdian. Begitu juga setelah selesai kegiatan, semua tim harus “nunas” (makan bersama) di dapur suci terlebih dahulu sebelum mepamit dari Pura, ujar Dr. Drs. I Wayan Suardana, M.Sn. Masing-masing tim sudah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Terbentuk tari maskot, Murda Nata yang tariannya digarap oleh Dr. Ida Ayu Trisnawati, SST.,,M.Si., dan Dr. I Wayan Suharta, S.SKar., M.Si. sebagai penggarap musiknya. Tari Baris Daddap juga sudah mampu direkontruksi dengan memperbanyak penari yang mulamya hanya 3 orang, sekarang sudah berjumlah 10 orang. Pemberian dua buah gending Selonding kepada Selonding Batur, pembentukan monograf Desa Batur, Vidio branding, semua sudah digarap dan dipersembahkan untuk Desa Batur.

Tim juga sudah meletakan prasasti pengabdian di Pura Desa Batur sebagai petanda pengabdian yang sudah dilakukan.  Diakhir sambutan, ketua tim mewakili segenap tim NCS Batur juga memohon maaf atas keterbatasan waktu pengabdian sehingga ditutup pada hari ini Kamis, tgl 8 Juni 2023.

Pada sambutan kedua disampaiakan oleh Jro Gede Batur Duuran. Beliau juga berterimakasih kepada tim.NCS sudah mampu merekontruksi Tari Baris Dapdap yang ditakuti akan punah, kini telah bangkit dan menerus kegenerasi berikutnya. Jro Gede Batur mengapresiasi kinerja semua tim NCS Batur sudah bekerja keras untuk membangun dan membangkitkan kesenian-kesenian Batur. Beliau menyampaikan juga dari penyajian pagelaran tari Maskot Batur, berdasarkan hasil pengamatan dari Gubernur, dihimbau untuk mengevaluasi kembai tatanan kostum tarinya. Disampaikan juga dalam sambutannya, di Desa Batur banyak terdapat gamelan, seperti; gamelan Selonding, 2 set gamelan Gong Gede, Angklung, Semar Pagulingan, 2 Gedog Wayang dan kesenian-kesenian lain yang ada di Batur. Semuanya sudah bangkit dan nantinya akan difungsikan dalam berbagai aktivitas ritual di Desa Batur. Akhir sambutan Beliau, menyampaikan permintaan maaf atas kekurangan dalam penyambutan tim selama melakukan tugas pengabdian di Desa Batur. Acara dilanjutkan dengan sambutan Rektor ISI Denpasar yang disampaikan oleh Kabiro Umum dan Keuangan. Sambutan dibuka dengan humoris dalam nuansa kekeluargaan. Rektor ISI Denpasar melalui Kabiro Umum dan Keuangan berterimakasih juga kepada Jro Gede Batur, masyarakat Desa Batur yang sudah menerima Tim ISI Denpasar dengan penuh keakraban. Pada kesempatan itu juga disampaikan ucapan terimakasih kepada semua Tim NCS Desa Batur yang sudah bekerja keras penuh semangat mengabdi untuk membangkitkan dan mengembangkan kesenian di Desa Batur. Kedepannya akan tetap terjalin kerja sama antara ISI Denpasar dengan Desa Batur.

Selanjutnya sambutan dilanjutkan oleh Jro Gede Penyarikan Batur. Beliau mengapresisi juga pelaksanaan NCS ISI Denpasar yang sudah dilaksanakan. “Kalau akademisi sudah turun memberikan pembinaan, akan menghasilkan yang beda dengan teori dan pendekatan yang diberikan semua masalah kesenian dapat diatasi dengan baik” kata Beliau. Jro Gede Penyarikan berharap kesenian-kesenian di Batur tidak hanya dibina saat ini saja, namun kedepannya dimohon untuk tetap mendapat perhatian dan pendampingan teknis dari tim ISI Denpasar. Penciptaan tari maskot Desa Batur dengan judul “Tirtha Mahamreta Pratistha” Tirtha Mahamreta mempunyai makna simbolisme danau Batur sebagai pusat kesejahteraan hidup manusia Bali. Hal ini termuat dalam Kakawin Purwaning Gunung Agung Danu Batur dengan menyebutkan istilah Tirtha Mahāmreta Mahottama. Sedangkan Pratistha berarti peruwatan; penyucian. Maka, Tirtha Mahamreta Pratistha berarti air utama yang memberi kehidupan dan kesucian. Tarian ini ditarikan oleh 11 orang penari perempuan sebagai symbol sebelas mata air yang ada di Desa Batur, tegas Jro Penyarikan Batur.

Koordinator pengabdian masyarakat LP2MPP ISI Denpasar Drs. I Made Ruta, M.Si, menambahkan tentang isi dari program Nata Citta Swabudaya (NCS). Program ini merupakan program baru dari ISI Denpasar yang sudah berlangsung 2 tahun. Program ini bertujuan untuk membangkitkan ekosistem seni di masyarakat. Kesenian kesenian klasik yang menemukan masalah dalam kebangkitannya, melalui program NCS dapat mengundang para dosen-dosen seni sesuai dengan bidangnya. Mereka akan dengan siap, sigap, dan tanggap mengabdi untuk membantu masyarakat terhadap masalah kesenian yang dihadapi. Selain itu, kedepannya ISI Denpasar akan memberikan juga tenaga ahli yang siap untuk mengandi untuk kepentingan masyarakat terhadap pemajuan kesenian di daerah. Acara penutupan ini ditutup dengan penyerahan sertifikat dan foto kegiatan pengabdian kepada masing-masing bidang kesenian yang dibina.

Penyerahan Vidio Baranding Desa Kepada Jro Gede Batur.

Dokumentasi Tim NCS ISI Denpasar, Tahun 2023

Penyerahan Sertifikat Kepada Penari Baris Dapdap

Dokumentasi Tim NCS ISI Denpasar, Tahun 2023

Penyerahan Sertifikat Kepada Penabuh (Guru Selonding) dan Juru Gamel

Dokumentasi Tim NCS ISI Denpasar, Tahun 2023

Penyerahan Sertifikat, Vidio Tari dan Buku Monograf Desa Batur

Dokumentasi Tim NCS ISI Denpasar, Tahun 2023

Penyerahan Foto Tari Maskot dan Prasasti Kepada Jro Gede Batur

Dokumentasi Tim NCS ISI Denpasar, Tahun 2023

Foto Bersama Segenap Tim NCS Batur bersama Pemuka Adat Batur

Dokumentasi Tim NCS ISI Denpasar, Tahun 2023

Loading...