Mengenal Tokoh Kartun Dalam Koran

Kiriman : I Wayan Nuriarta (Dosen PS Desain Komunikasi Visual ISI Denpasar)

ABSTRAK

Kartun merupakan gambar dengan penampilan yang lucu, dan biasanya gambar yang dihadirkan berkaitan dengan keadaan yang sedang berlaku (terutama mengenai politik). Kehadiran kartun dalam koran memiliki beberapa fungsi, seperti fungsi humor, fungsi ilustrasi dan fungsi kritik (karikatur). Fungsi humor berarti kartun memiliki tugas untuk menghadirkan tawa, fungsi ilustrasi berarti kartun memiliki perannya dalam memperjelas pesan, menghias halaman koran (estetik), dan fungsi kritik berarti kartun juga memiliki perannya dalam upaya menyempaikan pesan berupa kritik kepada pemerintah ataupun pada khalayak. Hadirnya kartun dalam koran tidak saja memiliki ‘tugas’ untuk menyampaikan pesan pada masyarakat pembacanya, namun kartun juga memiliki peran sebagai daya tarik estetik yang dapat meningkatkan penjualan, karena tak jarang masyarakat membeli koran karena menarik atau tidaknya kartun yang dihadirkan.  Masing-masing koran memiliki caranya tersendiri dalam menempatkan kartun sebagai bahasa gambar untuk menyampaikan pesan. Tiap Koran memiliki tokoh kartunnya tersendiri sebagai ikon dari koran tersebut. Tokoh-tokoh kartun dalam masing-masing koran juga memiliki cara ungkapnya tersendiri dalam menjalankan tugas menyampaikan pesannya. Cara penyampaian pesan ini bisa menggunakan gaya bercerita satu frame, dua frame atau bahkan bisa sampai enam frame yaitu gaya bercerita komik strip dan dengan keterangan teks tulis sebagai penegasnya. Masing-masing tokoh kartun tersebut adalah I Brewok pada Koran Bali Post, tokoh Clekit pada Koran Jawa Pos dan tokoh kartun Panji Koming pada Koran Kompas.

Kata Kunci    : Kartun, Tokoh Kartun, Koran

Selengkapnya dapat unduh disini

Wisata Edukasi Ekonomi Berbasis Seni Pertunjukan Tradisional Bali

Kiriman : Kadek Suartaya (Dosen Karawitan FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Seni pertunjukan tradisional Bali memiliki potensi besar sebagai wahana wisata edukasi-ekonomi dalam kancah industri kepariwisataan Bali. Sepanjang  dikelola, dikemas, dan digarap secara serius, seni pertunjukan tradisional Bali adalah modal ekonomi kreatif yang berspektif cerah bagi kesejahteraan masyarakat. Seni tari, seni gamelan, dan seni pewayangan adalah nilai estetik dari kearifan lokal masyarakat Bali yang memiliki keunikan dan pesona tersendiri di mata wisatawan bila dikemas sebagai wisata edukasi-ekonomi.  Melalui model wisata ini, para wisatawan mendapatkan pengalaman dan pembelajaran serta merasakan dan mengaparesiasi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam seni pertunjukan tradisional Bali.

Kata kunci: Seni, wisata, ekonomi

            Titik tolak tulisan ini dielaborasi dari dua persoalan yaitu kepariwisataan dan seni pertunjukan tradisional Bali. Berbicara mengenai kepariwisataan berarti didalamnya kita bersinggungan erat dengan ekonomi, sebab kegiatan ini pada dasarnya merupakan bentuk globalisasi yang dikelola dengan semangat kapitalistik.  Di tengah kepariwisataan Bali tak bisa diabaikan kontribusi kesenian dan yang paling menonjol adalah seni pertunjukan tradisional Bali, bahkan seni tari dan seni gamelan misalnya, menjadi perintis ketertarikan turis mancanegara untuk mengunjungi pulau Bali. Hingga sekarang pun, sajian seni pertunjukan tradisional menjadi andalan Bali mempesona wisatawan.

Selengkapnya dapat unduh disini

Foto Seni/ Ekspresi: Estetika Dalam Fotografi

Kiriman : I Komang Arba Wirawan (Dosen Film dan Televisi FSRD ISI Denpasar)

ABSTRAK

Sebuah karya atau foto kita katakan sebagai benda seni, ia harus bukan sekedar hasil upaya proses reproduksi belaka. Foto seni/ekspresi semestinya berasal dari suatu kontemplasi yang intens. Pemunculan gagasan/idea tidaklah serentak dan berkesan dadakan. Ada suatu proses pengamatan empirik, komparasi, perenungan, dan bahkan serangkaian mimpi-mimpi yang panjang yang lalu berwujud sebagai titik akhir sebuah eksekusi: konsep dan visi/misi yang transparan serta “baru”. Dengan begitu sebuah foto ekspresi tidak hanya sebentuk “seni instan” belaka. Foto ekspresi, merupakan bagian dari cabang seni rupa yang paling muda dan memiliki pengayaan ide dan teknik.

* * * * *

Lebih dari satu abad yang lalu fotografi ditemukan sebagai teknologi baru di bidang perekaman visual yang cukup revolusioner. Prinsip dasar fotografi telah dikenal melalui cara kerja kamera Obscura, sebagai alat yang dapat mengabadikan objek ke atas permukaaan lempengan tembaga dan kertas. Mereka yang melakukan hal tersebut kemudian dikenal sebagai tokoh pionir fotografi seperti, Josep Necepphore, Louis Jacques Mande Daguerre (keduanya dari Perancis) dan Henry Fox Talbot (Inggris).

            Selanjutnya, secara bertahap fotografi berkembang ke arah penyempurnaan teknik dan kualitas gambarnya. Pada akhir abad ke-19 saat George Eastmen mempopulerkan produk kamera KODAK ke pasaran Amerika, fotografi telah mencapai kualitas hasil yang mendekati seperti yang kita kenal sekarang, yang paling mutakhir adalah teknologi digital. Teknologi fotografi terus dikembangkan oleh peneliti-peneliti penghasil produk kamera, sampai pada teknologi miroles. Teknologi miroles ini tanpa penggunakan kaca cendela pada body kamera, tetapi hasil  akhir sama seperti fotografi analog dan DSLR.

Selengkapnya dapat unduh disini

Istana Presiden Republik Indonesia Sebuah Penelusuran Sejarah Arsitektur

Kiriman : I Gede Mugi Raharja (Dosen Prodi Desain Interior FSRD ISI Denpasar)

Abstrak

Sebagai karya arsitektur peninggalan kolonial, istana presiden Republik Indonesia (RI) sangat menarik untuk dikaji. Oleh karena, di balik pembangunan istana presiden tersebut, ada hal yang bisa diungkap dari aspek sejarah arsitekturnya, yang tidak banyak diketahui orang awam. Pada usia Kemerdekaan Indonesia yang ke-71, membahas istana presiden sebagai karya arsitektur merupakan sebuah momen yang sangat menarik. Istana presiden RI sebagian besar merupakan peninggalan istana atau tempat peristirahatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada masa kolonial. Pembangunan istana-istana ini juga menjadi bagian dari sejarah arsitektur di Indonesia. Khusus peninggalan-peninggalan Istana Gubenur Jenderal Hindia Belanda yang ada di Jakarta, juga menjadi bagian dari sejarah perkembangan Kota Jakarta. Istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang paling indah adalah Istana Bogor. Rancangan istana Bogor mencontoh Istana Bleinheim House di Marlborough (Inggris). Saat membangun Istana Waterlooplein di Batavia, ternyata memakan waktu lama dan banyak biaya, sehingga tidak jadi digunakan sebagai istana dan hanya digunakan sebagi kantor pemerintah. Kemudian dibangunlah istana baru bergaya Psydo Baroch di kawasan perumahan elit Rijswijk dan yang kedua istana bergaya klasik, dibangun menghadap ke arah Koningsplein. Kawasan perumahan elit Rijswijk, kemudian berubah nama menjadi Weltevreden. Dengan kedatangan orang-orang Belanda ke Indonesia dan politik kolonialnya, menyebabkan budaya modern secara bertahap mulai berkembang di Indonesia, termasuk pengaruhnya terhadap arsitektur. Batavia yang semula merupakan kota benteng, secara bertahap juga berubah menjadi kota modern. Pada masa kemerdekaan, istana yang menghadap Koningsplein ditetapkan sebagai Istana Merdeka, tempat kediaman dan tempat presiden berkantor. Istana di kawasan elit Rijswijk disebut Istana Negara. Lapangan Koningsplein kemudian disebut Lapangan Medan Merdeka.

Kata Kunci: Kota benteng, Rijswijk, Weltevreden, Gaya Klasik, Modern.

 

Selengkapnya dapat unduh disini

Keragaman Ekspresi Seni Di Era Global : Pengalaman Bali

Kiriman : Kadek Suartaya (Dosen Program Studi Pedalangan FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Globalisasi membawa dampak yang besar dalam berbagai aspek kehidupan penghuni jagat ini, termasuk pada masyarakat Bali dan keseniannya. Kesenian Bali tidak lagi hanya diperuntukan untuk persemabahan belaka namun juga dipertontonkan kepada wisatawan. Berkembanglah kemudian yang oleh J. Maquet (1971) disebut art by metamorphosis atau seni yang telah mengalami perubahan bentuk dan art of acculturation atau seni yang telah diakulturasikan sesuai dengan selera para pelancong.

Kata kunci: globalisasi, seni, perubahan

Sebagai  bagian dari kebudayaan, kesenian adalah salah  satu perlengkapan manusia dalam memenuhi kehidupannya. Bagi  manusia, seni merupakan ungkapan estetik untuk memenuhi kepuasan batinnya. Seni  juga dianggap  mampu memanusiakan  manusia, sebab   seni dipercaya  mampu membuat manusia arif, memperhalus budi  pekerti, mendekatkan manusia bukan saja kepada sesamanya namun juga kepada yang menciptakan kehidupan itu sendiri.

Dunia seni adalah juga merupakan aktualisasi dari  gagasan-gagasan manusia sebagai makhluk sosial. Karena itu,  karya  seni tak  mungkin  sepi dari  apa  yang  ingin diungkapkan   manusia (seniman)   akibat konsekuensinya  serta   interaksinya   dengan kehidupan  sosial budaya yang melatarinya. Dan lebih  jauh  lagi, dunia  ide atau gagasan-gagasan sang seniman yang  disebut  karya seni itu sebenarnya merupakan aktualisasi dan bahkan kristalisasi dari  gagasan-gagasan  yang hidup dalam masyarakat dengan  warna kebudayaan tertentu.

Harkat sebuah bangsa sering  diukur dari tinggi rendah  seni budayanya.  Sebab pada kenyataannya  bahwa kualitas  seni  budaya adalah ekspresi dan manifestasi dari tata nilai, prilaku dan pola berpikir masyarakat. Atau keluhuran produk seni budaya tak  laindari  kristalisasi dari citra budaya  sebuah komunitas.  Begitu trategisnya  kedudukan kesenian  sebagai  pilar  penyangga  atau identitas  sebuah bangsa, sehingga sejak dulu mendapat  perhatian dari penguasa.

Selengkapnya dapat unduh disini

Eksistensi Seni Bebali: Drama Tari Gambuh Di Desa Batuan Gianyar Dalam Era Global

Kiriman : I Wayan Budiarsa (Dosen Program Studi  Tari FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Drama tari Gambuh adalah sebuah drama tari klasik yang sudah sangat tua umurnya, dan keberadaannya telah menyebar dibeberapa daerah di Bali. Sebagai tarian istana di awal munculnya, membuat gambuh begitu kental dengan makna-makna, simbol, norma-norma, tingkat kehidupan keluarga istana yang tersirat melalui struktur pertunjukannya, alur cerita, nama tokoh/ peranan yang muncul, dari segi bahasa dialog, tata rias busana yang dikenakan, serta medium lainnya yang tentunya memberikan kesan agung dalam setiap penyajiannya. Setelah runtuhnya pengaruh feodal, gambuh tidak lagi mutlak dimiliki oleh keluarga istana, istana tidak lagi sebagai pengayom secara penuh, melainkan telah menjadi milik masyarakat umum, sehingga keberadaannya begitu sangat berarti di tengah-tengah kehidupan masyarakat Bali (Hindu) karena selalu dilibatkannya kesenian ini disetiap upacara-upacara piodalan di pura-pura besar maupun kecil. Di beberapa pura di Bali bahkan telah dibangun yang disebut dengan bale pagambuhan sebagai area khusus untuk pementasan drama tari ini.  Sumber  dari cerita gambuh adalah Malat/ Panji, diiringi oleh seperangkat gamelan pagambuhan dengan suling berukuran besar sebagai instrumen utamanya. Ucapan, dialog yang digunakan adalah bahasa Kawi dan bahasa Bali sesuai dengan peranan yang dibawakan. Beberapa desa yang sampai kini masih melestarikan drama tari gambuh antara lain; Desa Batuan, Desa Kedisan (Gianyar), Desa Pedungan (Denpasar), Desa Tumbak Bayuh (Badung), Desa Budha Keling (Karangasem), dan Nusa Penida (Klungkung).

Kata kunci: Gambuh, Eksistensi, Desa Batuan.

Abtract

The drama of the dance movements: is a classical dance drama that was already very old age, and its existence spread in some areas in Bali. As a court dance in the early emergence of, making movements: so thick with meanings, symbols, norms, level of family life the Palace implied through the structure of the show, the name of the character/role that appear, in terms of the language of dialogue, makeup worn clothing, as well as other medium which certainly gives the impression of songs in every serving. After the collapse of the influence of the feudal, absolute movements: it is no longer owned by the family court, the Palace is no longer as protect in full, but rather has become the property of the general public, so its existence is so very mean in the middle of the lives of the people of Bali (Hindu) because it always for this art every anniversary ceremonies in the temples and major. In some temples in Bali has even been built called bale pagambuhan as a special area for staging dance drama. The source of movements: is Malat/Panji, accompanied by a set of gamelan pagambuhan with large flute as his main instrument. Speech, dialogue is the Kawi language and the Balinese language corresponds to the role performed. Some villages that until now still preserve the drama of the dance movements: among others; The villages of Kedisan, Batuan Village (Gianyar), Pedungan Village (Denpasar), Tumbak Bayuh Village (Badung), Budha Keling Village (Karangasem), and Nusa Penida (Klungkung).

Key words: gambuh, existence, the village of Batuan.

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...