Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud

Kiriman : I Made Cahyendra Putra (Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar)

ABSTRAK

Rumah adat Bali adalah cerminan dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai Hindu. Beragam keunikan dari sisi arsitekturnya maupun dari makna filosofis yang terkandung di dalamnya menjadikan rumah adat Bali ini begitu menarik untuk diketahui lebih detail. Pada era modern ini, masyarakat Bali mulai meninggalkan rumah tradisional Bali ke rumah Bali yang bergaya modern. Selain itu menghasilkan profit yang dapat menguntungkan bagi pemilik rumah tersebut, karena dinilai lebih praktis dan dapat meningkatkan status sosial pemilik rumah tersebut. Oleh karena itu, desainer berusaha untuk mengangkat nilai tradisional Bali dan menggabungkannya dengan unsur modern, sehingga dapat diterima baik oleh masyarakat. Salah satu rumah yang menghadirkan gaya rumah Bali modern adalah rumah Bapak Pande Wiyasa, yang berlokasi di jalan sandat No.15 Ubud, Gianyar-Bali.

Kata Kunci: Tradisional, Bali, Desainer, Menggabungkan, Modern.

 

Selengkapnya dapat unduh disini

 

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Kiriman : Naya Maria Manoi (Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar)

ABSTRAK

Arsitektur tradisional Bali merupakan budaya peninggalan masa lalu yang sangat berharga dan penting untuk dilestarikan. Namun, budaya masa kini juga menuntut kebutuhan masyarakat akan tampilan dan modernisasi yang mengedepankan fungsi daripada estetik. Paduan kedua arsitektur ini merupakan jawaban dari permasalahan pelestarian budaya dan juga kebutuhan masa kini, sehingga gaya ini banyak berkembang di banyak daerah dengan kombinasi ciri modern dan tradisional Bali yang berbeda-beda. Salah satu bangunan dengan arsitektur tradisional Bali adalah rumah tinggal yang beralamat di Jl. Dewi Madri VI no.38, Denpasar, Bali.

Kata Kunci: Tradisional, Modern, Fungsi, Kombinasi

Selengkapnya dapat unduh disini

 

Dekorasi Untuk Pelaminan Pengantin

Kiriman : Ni Made Dwi Oktaviani (Staff UPT. TIK ISI Denpasar)

Abstrak

Rakyat Indonesia baru saja disuguhi tayangan langsung lewat beberapa stasiun televisi, upacara akad nikah dan resepsi pernikahan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution di Solo, kemudian masih berlanjut di Medan, Sumatra utara. Beberapa tahun sebelumnya, penikahan artis Raffi Ahmad dan Nagita Slavina pun disiarkan stasiun televisi, baik saat acara dilaksanakan di Jakarta maupun di Bali. Bagi masyarakat Hindu di Bali, melangkah ke jenjang pernikahan merupakan tingkatan perjalanan kehidupan grehastha asrama. Tujuan kehidupan berumah tangga dalam keyakinan umat Hindu di Bali adalah untuk melahirkan keturunan yang baik (suputra), yang dapat memberi jalan kepada leluhur untuk melakukan penebusan dosa.Pelaksanaan pernikahan masyarakat Hindu di Bali, biasanya dibantu oleh kelompok organisasi sosial di desa, yang biasa disebut kelompok suka-duka atau kelompok muda-mudi, terutama untuk menyiapkan acara resepsinya. Masyarakat tradisional Bali biasanya menghias pelaminan pengantin dengan dekorasi kain berwarna keemasan yang disebut kain perada. Kain perada bermotif hias tradisional, dapat bisa memberi kesan mewah dan indah. Hiasan janur juga dimanfaatkan untuk memberi suasana segar yang alami.

Kata Kunci: Pernikahan, Pelaminan, Dekorasi, Perada, Janur.

Selengkapnya dapat unduh disini

 

 

 

Aktualisasi Dan Eksistensi Dramatari Parwa Di Desa Sukawati

Kiriman : Dr.  Kadek Suartaya, S.SKar., M.Si (Dosen FSP ISI Denpasar)

Abstrak

Pada era globalisasi ini komunitas seni pertunjukan Parwa di Banjar Babakan, Sukawati, Gianyar,  masih menyisakan gairah berkesenian walau belum mampu eksis. Mereka sempat mencoba bangkit pada tahun 1980-an merangkai kembali puing-puing reruntuhan nilai-nilai estetik yang terbengkalai. Memang, dari aspek seni, rekontruksi teater ini agaknya tak begitu sulit. Selain masih adanya narasumber, para pelakunya seniman-seniman muda yang sebagian besar bergelut dalam bidang seni pedalangan, tari, dan karawitan adalah potensi yang menyangga bergulirnya upaya reaktualisasi kesenian tua ini. Namun memasuki tahun 2000-an, hasil rekonstruksi dan aktualisasi tersebut senyap di tengah riuhnya seni pertunjukan modern.

Kata Kunci: Parwa, aktualisasi, eksistensi

Selengkapnya dapat unduh disini

Membaca Kartun Anti Korupsi Karya Wied N.

Kiriman : I Wayan Nuriarta (Dosen Ps. DKV FSRD ISI Denpasar)

ABSTRAK

Isu tentang korupsi yang menjadi penyakit negeri ini adalah salah satu tema yang diungkapkan kartunis Wied N dalam bahasa rupa kartun. Wied N. berpendapat bahwa korupsi adalah suatu perbuatan yang sangat keji dan sudah sepantasnya harus dibasmi dari muka bumi. Korupsi menyebabkan rakyat sengsara dan menderita. Wied N. melihat persoalan korupsi itu sudah sangat meresahkan. Ditengah-tengah masyarakat yang menyerukan save KPK, dan menyatakan tindak pidana Korupsi adalah kejahatan luar biasa, ada oknum DPR yang menyatakan bahwa KPK itu tidak ada gunanya ada di Indonesia, KPK ingin dibekukan dan kinerja kerja KPK dihalang-halangi dalam memberantas koruptor menjadi latar belakang Wied N. membuat kumpulan kartun anti korupsi. Kumpulan kartun tersebut diberi judul “Katakan Tidak Pada Korupsi”. Dalam kumpulan kartun yang berisi lebih dari 20 karya, pada pembahasan ini akan dibaca tiga kartun yang dapat mewakili persoalan korupsi secara keseluruhan. Tiga kartun tersebut dibahas cara ungkapnya, selanjutnya dimaknai sesuai konteksnya.

Kata Kunci: Korupsi, Kartun, Wied N.

 

Selengkapnya dapat unduh disini

 

 

 

 

 

Wastra Poleng Bali, Kini Jadi Tren Busana Etnik

Kiriman : Ni Luh Ayu Pradnyani Utami (Mahasiswa Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Denpasar)

ABSTRAK

Kain poleng menjadi salah satu jenis wastra Bali yang dipercaya oleh masyarakat Bali memiliki kekuatan magis. Wastra dengan motif kotak-kotak hitam-putih ini berfungsi sebagai penghias patung-patung, sanggah-sanggah (tempat-tempat suci di pekarangan rumah), dan benda-benda sakral lainnya. Kain poleng, di satu sisi dianggap mengandung nilai filosofis dan sakral, di sisi lain, seiring perkembangan zaman, mulai bergeser atau terjadi perluasan fungsi dan penerapannya. Kini  justru menjadi bagian tren dalam perkembangan busana modern bergaya etnik. Unsur estetika dan karakteristik kain poleng yang sangat unik dapat meningkatkan nilai estetis dalam  sebuah rancangan busana. Kain poleng yang diterapkan  sesungguhnya bukanlah kain yang ‘sukla’ (suci), karena tidak melalui proses upacara atau ritual keagamaan. Sehingga tetap dapat diterapkan pada ranah seni profan, sepanjang masih menjaga pakem keeksistensian kain poleng sendiri yang kental akan nilai filosofis.

Kata Kunci : Poleng, Kain sakral, Busana etnik.

Selengkapnya dapat unduh disini

Loading...