ISI Denpasar usulkan guru besar jalur kekaryaan

ISI Denpasar usulkan guru besar jalur kekaryaan

Sumber : https://bali.antaranews.com/berita/164318/isi-denpasar-usulkan-guru-besar-jalur-kekaryaan

Denpasar (ANTARA) – Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, MHum, sedang berupaya mengusulkan calon guru besar atau profesor bisa diperoleh lewat jalur kekaryaan atau karya seni (tacit knowledge) ke Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

“Saya sangat menyayangkan banyak karya seni internasional, tetapi dosennya tidak diberikan kebijaksanaan untuk syarat guru besar, padahal program studi penciptaan diakui oleh pemerintah,” kata Prof Arya saat menggelar diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan menghadirkan Dirjen SDM, Iptek dan Dikti Kemenristekdikti Prof Dr Ali Gufron Mukti, PhD, di ISI Denpasar, Kamis.

Rektor dari Pujungan, Kabupaten Tabanan, ini mengusulkan hal tersebut karena berawal dari kegalauannya terhadap syarat guru besar yang hanya menitikberatkan pada karya tulis (jurnal) bereputasi. Sedangkan jalur kekaryaan tidak menjadi sesuatu yang diperhitungkan, sifatnya hanya menambah angka kredit secara umum.

“Prodi kita ‘kan minat penciptaan dan pengkajian, kenapa syarat guru besar hanya di pengkajian saja? Ini yang ingin kita sampaikan ke pusat agar perguruan tinggi yang punya kekhasan dibukakan jalur khusus, karena seperti kita kuatnya memang di penciptaan karya,” ucapnya pada acara yang juga dihadiri Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati itu.

Kalau usulan guru besar jalur kekaryaan dibuka, maka diperkirakan sebanyak 30 orang atau 50 persen dari total doktor yang ada di ISI Denpasar berpeluang meraih guru besar.

“Peluang ini juga dimungkinkan oleh Edaran Menteri yang menyatakan kami boleh mengajukan guru besar tidak tetap melalui skema tacit knowledge,” ujarnya.

Guru besar seni karawitan ini mengakui cukup banyak dosen di kampus seni yang memiliki karya internasional, namun terbentur syarat reguler pengusulan guru besar karena tidak terlalu fasih menulis.

Selain itu, jurnal bereputasi untuk seni di Indonesia terbatas, sehingga calon guru besar harus mencari jurnal ke luar negeri dengan biaya yang tidak sedikit. Prof Arya berharap Kemenristekdikti memberi dukungan terhadap kondisi di kampus-kampus seni di seluruh wilayah di Nusantara.

Sementara itu, Dirjen SDM, IPTEK dan Dikti, Kemenristekdikti Ali Gufron Mukti menyambut baik usulan ini dan akan dijadikan bahan kajian di pusat. Terlebih Kemenristekdikti sedang getol meningkatkan jumlah guru besar yang secara nasional tergolong masih kecil.

Ali Gufron mengemukakan, hingga 2014, jumlah guru besar se-Indonesia sekitar 4.000 orang. Saat ini jumlahnya merangkak naik menjadi 6.000 orang. “Kami akan terus genjot hingga 8.000 guru besar dari 280 ribu total dosen di Indonesia,” ucapnya.

ISI Denpasar, lanjut Ali Gufron, memiliki 217 dosen, enam di antaranya sudah menyandang guru besar. Jika dipersentasekan sejumlah 2,7 persen atau lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 2,2 persen.

Rektor ISI: Seniman jadi “panglima” teknologi hadapi era 4.0

Rektor ISI: Seniman jadi “panglima” teknologi hadapi era 4.0

Sumber : https://www.antaranews.com/berita/1092930/rektor-isi-seniman-jadi-panglima-teknologi-hadapi-era-40

Rektor Institut Seni Indonesia Denpasar Prof. Dr. I Gede Arya Sugiarta, S.SKar., M.Hum., mengingatkan dalam penciptaan karya seni di tengah era Revolusi industri 4.0, seniman dan lulusan kampus setempat harus menjadi panglima yang mengatur teknologi, bukan malah sebaliknya teknologi yang …. Baca Selanjutnya

ISI Denpasar “ngaturang ayah” di Pura Puseh Pujungan-Tabanan

ISI Denpasar “ngaturang ayah” di Pura Puseh Pujungan-Tabanan

Sumber : https://bali.antaranews.com/berita/164106/isi-denpasar-ngaturang-ayah-di-pura-puseh-pujungan-tabanan

Tabanan (ANTARA) – Sekitar 250 orang civitas akademika Institut Seni Indonesia Denpasar “ngaturang ayah” dalam rangkaian ritual Ngenteg Linggih dan Mapedudusan Menawa Ratna di Pura Puseh lan Bale Agung Desa Adat Pujungan, Kecamatan Pupuan, Tabanan.

“ISI Denpasar dari jauh-jauh hari diminta berpartisipasi menyukseskan karya agung tersebut. Pada penampilan pertamanya, ISI Denpasar membawa 2 kloter seniman yang mementaskan tarian wali (topeng, wayang dan baris gede) berikut penabuh gamelan. Selain itu, saat malam hari, pihaknya juga menyuguhkan sendratari bertajuk Jayaprana,” kata Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama ISI Denpasar, I Ketut Garwa, MSn, di Denpasar, Selasa.

Hingga puncak karya agung pada 13 Oktober 2019 mendatang, seniman ISI Denpasar akan tampil beberapa kali di desa asal Rektor ISI Denpasar Prof Dr I Gede Arya Sugiartha tersebut.

ISI Denpasar memang memiliki program “ngayah” ke seluruh desa adat se-Bali, asalkan ada permohonan atau usulan dari masyarakat sesuai prosedur. 

Dalam setahun, perguruan tinggi seni negeri itu menganggarkan enam kali kegiatan. “Awalnya harus ada usulan dari masyarakat yang ditandatangani prajuru banjar, desa, hingga camat. Lalu kita seleksi. Program ‘ngayah’ di Desa Adat Pujungan ini merupakan agenda terakhir di tahun anggaran 2019,” ujar Garwa.

Selain kewajiban institusi, lanjut Garwa, “ngayah” juga bertujuan untuk membangun sinergi dengan masyarakat untuk menyosialisasikan teknik berkesinan yang baik sesuai teori akademis.

“Selain mempromosikan lembaga, kegiatan tersebut menjadi momentum edukasi masyarakat tentang bagaimana teknik ‘megambel’ atau menabuh dan menari yang benar,” katanya.

Garwa mengapresiasi sambutan dan semangat warga Pujungan yang luar biasa dan pihaknya turut berdoa semoga karya agung tersebut berjalan lancar hingga puncak karya, sehingga Bali pada umumnya dianugerahi kesejahteraan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Bendesa Pujungan Jro I Wayan Sedana, mengatakan pada Sabtu (28/9) memang digelar upacara Tawur Balik Sumpah Menawa Ratna sebagai salah satu rangkaian awal karya agung tersebut.

Ia mewakili warga Pujungan mengucapkan terimakasih dan apresiasi pada civitas akademika ISI Denpasar yang dengan suka rela selama 24 jam mempersembahkan tari wali hingga tetabuhan gong.

ISI Denpasar undang pakar untuk berbagi ilmu desain pameran

ISI Denpasar undang pakar untuk berbagi ilmu desain pameran

Sumber : https://bali.antaranews.com/berita/163596/isi-denpasar-undang-pakar-untuk-berbagi-ilmu-desain-pameran

Denpasar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia Denpasar mendatangkan dua pakar desain pameran untuk berbagi ilmu dan pengalaman pada ratusan mahasiswa di kampus seni negeri satu-satunya di Pulau Dewata itu.

“Kegiatan pelatihan ini sangat diperlukan untuk lebih menguatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa terhadap dunia desain pameran (exhibition design),” kata Made Wangga Suryadiva, Wakil Ketua Panitia ‘Kuliah Umum dan Workshop Exhibition Design’ dalam acara tersebut, di Kampus ISI Denpasar, Jumat.

Pihaknya berharap dari kegiatan tersebut juga dapat menambah wawasan dan keilmuan, serta keterampilan mahasiswa dalam proses penciptaan karya desain interior, khususnya untuk desain pameran.

“Di samping itu, Desain Pameran atau Eksibisi ini merupakan salah satu cabang dari keilmuan desain untuk membantu meningkatkan kompetensi lulusan,” ujar Suryadiva.

Dua pakar sekaligus praktisi desain pameran yang didapuk sebagai narasumber yakni I Made Gede Sumayasa dan Agus Iswahyudi. Sumayasa atau yang akrab dipanggil De Mangku dari Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) cabang NTB dan Bali ini telah banyak menggarap proyek-proyek desain pameran di berbagai hotel bintang lima di kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung hingga berbagai desain pameran kelas internasional.

Sedangkan Agus Iswahyudi seorang exhibition designer, karya-karyanya telah banyak yang dibukukan dan disponsori oleh Kementerian Pariwisata. Agus juga telah menjadi langganan desainer pameran untuk acara-acara kenegaraan, di samping menjadi pengajar pada sekolah desain interior di Jakarta.

Gede Sumayasa dalam acara workshop yang dibuka oleh Wakil Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Denpasar Ni Made Purnami Utami itu mengatakan banyak peluang kerja yang sesungguhnya bisa diambil mahasiswa dari prodi desain interior.

“Banyak cabang di desain interior yang hingga saat ini belum diisi atau istilahnya belum ada ‘spesialistnya’, contohnya saja desain pameran (exhibition design),” ucapnya.

Peluang yang bisa digarap tidak saja untuk pameran yang diselenggarakan oleh pemerintah seperti Pesta Kesenian Bali dan Pameran Pembangunan, namun tidak sedikit pameran yang diselenggarakan untuk kegiatan promosi pariwisata.

“Apalagi Bali memang memiliki potensi untuk wisata MICE. Itu baru untuk promosi pariwisata, belum lagi ada promo UKM, kerajinan hingga desain untuk acara wedding yang tidak putus-putus. Adik-adik yang menekuni desain, bisa mengambil peluang itu,” kata pria yang akrab dipanggil De Mangku itu.

24-28 September, ISI Denpasar adakan festival “Art” untuk sosialisasikan penelitian

24-28 September, ISI Denpasar adakan festival “Art” untuk sosialisasikan penelitian

Sumber : https://bali.antaranews.com/berita/163258/24-28-september-isi-denpasar-adakan-festival-art-untuk-sosialisasikan-penelitian

Gianyar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia Denpasar menyosialisasikan hasil penelitian, penciptaan, dan pengabdian kepada masyarakat lewat ajang Festival of Indonesianity in the Art/FIA yang diadakan di Bentara Budaya Bali, Kabupaten Gianyar pada 24-28 September 2019.

“Kegiatan ini penting untuk dilakukan secara rutin karena karya penelitian, penciptaan dan karya pengabdian pada masyarakat itu harus diterjemahkan atau diseminasikan pada masyarakat agar diketahui target-target apa yang sudah dicapai ISI Denpasar,” kata Wakil Rektor Bidang Perencanaan dan Kerja Sama ISI Denpasar I Ketut Garwa MSn, saat membuka FIA#2, di Gianyar, Selasa malam.

Pihaknya mengapresiasi penyelenggaraan FIA yang digelar untuk kedua kalinya yang bertajuk “Pengembangan Kreativitas Seni dalam Memaknai Peradaban Air Menuju Era Disrupsi” tersebut. Apalagi kegiatan tersebut juga dirangkaikan dengan penyelenggaraan sarasehan.

“Melihat perkembangan era saat ini yang sangat kompetitif, tantangannya sangat tinggi, kita (akademisi-red) tentu harus melakukan langkah-langkah yang betul-betul untuk menyikapi perkembangan saat ini,” ucapnya.

Oleh karena itu, para akademisi harus siap “bermigrasi” dari tantangan dunia nyata ke dunia maya akibat digitalisasi karena akan membawa konsekuensi yang luar biasa.

“Mau tidak mau, suka tidak suka, perguruan tinggi harus mengikuti perkembangan itu. Era disrupsi ini telah membawa tantangan sekaligus peluang untuk para dosen ISI melakukan langkah positif terkait perkembangan seni,” ujarnya.

Bahkan saat berkunjung ke Tiongkok belum lama ini, Garwa mengatakan di Negeri Tirai Bambu itu ada satu kegiatan yang mengundang semua profesor, pencipta dan pakar-pakar seni untuk duduk bersama melakukan pemetaan-pemetaan terkait perkembangan saat ini yang sudah luar biasa.

Sementara itu, Ketua Pelaksana Diseminasi, Dr I Nyoman Larry Julianto SSn, MDs mengatakan kegiatan tersebut ditujukan untuk memfasilitasi hasil penelitian dari dosen-dosen ISI Denpasar, sehingga dapat diapresiasi, kemudian dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

“Hasil penelitian bukan saja sesuatu yang untuk diketahui lingkungan ISI Denpasar, namun hendaknya dapat diketahui masyarakat luas, sehingga hasil penelitian bisa dimanfaatkan, dielaborasi, dan diterapkan di lingkungan masyarakat, baik di Bali maupun Indonesia,” ujarnya.

Dalam diseminasi tersebut diperkenalkan sebanyak 14 hasil penelitian dan penciptaan seni, 14 penelitian yang dibiayai Kemenristekdikti dan tiga judul dari pengabdian masyarakat yang juga dibiayai Kemenristekdikti.

“Terkait tema yang diangkat dalam FIA kali ini dilatarbelakangi filosofi air yang memiliki kekekalan abadi, direlasikan dengan nilai seni tradisi, kemudian berkembang dan dipadukan dengan teknologi, sehingga tema ini sangat relevan dalam menghadapi era disrupsi,” ucap Larry.

Rangkaian diseminasi diawali sarasehan, dengan mengundang Prof Ignatius Bambang Sugiharto dari Universitas Katolik Parahyangan-Bandung, Dr Djuli Djatiprambudi dari Universitas Negeri Surabaya, dan perwakilan media lokal di Bali. “Harapan kami kegiatan ini bisa berjalan secara kontinyu,” ujarnya.

Ketua Lembaga Penelitian Pengabdian kepada Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan (LP2MPP) Dr Ni Made Arshiniwati SST, MSi mengatakan melalui diseminasi ini ISI Denpasar ingin memperlihatkan ke-Indonesiaan lewat seni yang dikaitkan dengan filosofi air.

“Air itu ‘kan lembut, menyejukkan, bisa diarahkan kemana-mana. Namun, kadang bisa keras juga. Begitulah seni persis seperti air,” ujarnya.

Para dosen ISI Denpasar sebelum menciptakan karya selalu diawali dengan kajian supaya apa yang diciptakan itu bermanfaat bagi publik.

ISI Denpasar dan Petchaburi University Thailand mantapkan kerja sama

ISI Denpasar dan Petchaburi University Thailand mantapkan kerja sama

Sumber : https://bali.antaranews.com/berita/163266/isi-denpasar-dan-petchaburi-university-thailand-mantapkan-kerja-sama

Denpasar (ANTARA) – Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar memantapkan kerja sama pendidikan dengan Petchaburi Rajabhat University Thailand melalui kunjungan dan sejumlah kegiatan akademik bersama, ke salah satu perguruan tinggi seni di Negeri Gajah Putih itu.

“Di sana, kami melaksanakan sejumlah workshop berkaitan dengan seni serta diskusi-diskusi terkait yang bisa dilanjutkan dengan penandatanganan MoU,” kata Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni ISI Denpasar Prof Drs I Nyoman Artayasa, MKes, di Denpasar, Rabu.

Dalam kunjungan ke kampus seni di Thailand itu belum lama ini, Artayasa juga didampingi Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Dr Drs I Gusti Ngurah Seramasara MHum, Wakil Dekan 3 Fakultas Seni Rupa dan Desain, Dosen Karawitan dan Kasubag Kerjasama Humas dan sejumlah dosen ISI Denpasar lainnya.

Dalam diskusi dengan Presiden Petchaburi Rajabhat University (PBRU) Thailand dan sejumlah dosen di sana, di antaranya dibahas pengembangan kerja sama Petchaburi Rajabhat University Thailand yang bermaksud mengirimkan 1 orang dosen Thai Music untuk belajar S3 di ISI Denpasar dan akan diikuti oleh 1 dosen Thai Dance.

“Jadi nanti akan ada dua dosen dari kampus seni di Thailand itu yang akan kuliah di ISI Denpasar. Mudah-mudahan urusan surat-menyurat bisa lancar sehingga tahun depan dua dosen tersebut sudah bisa mulai kuliah di ISI Denpasar,” ujar Artayasa.

Dari pihak PBRU, lanjut dia, juga mengharapkan dosen ISI Denpasar bisa mengambil pendidikan bidang-bidang seni di kampus setempat. “Apalagi memang ada kesamaan seni yang dikelola ISI Denpasar dengan PBRU,” katanya.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan Dr Drs I Gusti Ngurah Seramasara MHum menambahkan, dalam lawatan tersebut ISI Denpasar diterima oleh President Phetchaburi Rajabhat University, Vice President, Assisten President: Kitsada Thungcawal (Joe), Dean Humanities and Sccience dan beberapa pejabat beserta dosen lainnya.

ISI Denpasar juga disambut dengan musik traditional Thailand oleh mahasiswa PBRU dan ISI Denpasar menampilkan tiga tarian yakni tari Kebyar Duduk, Truna Jaya dan Oleg Tamulingan yang disaksikan oleh ratusan mahasiswa dan dosen PBRU.

Setelah acara seremoni sebagai ucapan selamat datang dilanjutkan dengan “public lecture” atau kuliah umum oleh dosen ISI Denpasar Ni Kadek Dwiyani, SS. MHum, dengan judul “Representation Balinese Art and Culture Values on the Perspective Documentary Film”.

Kuliah umum tersebut cukup menarik perhatian para dosen dan mahasiswa PBRU, apalagi ditambah dengan pemutaran tiga buah Film Trailer.

“Mereka menerima kami dengan sangat bagus, Mudah-mudahan kerja sama dalam pertukaran dosen dan lainnya bisa berlanjut dan terus terpelihara,” kata Seramasara.

Loading...