Bentuk Tari Srimpi Gaya Yogyakarta

Oleh: Dyah Kustiyanti Dosen Jurusan Tari Jawa Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar

Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa, materi tari yang diajarkan salah satunya adalah Tari Srimpi Pandelori. Pengajar tari yang utama untuk tari Srimpi ini adalah Ibu Siti Sutiyah, SSn, pimpinan Yayasan Pamulangan Beksa Sasminta Mardawa. Kursus dilakukan 1 minggu 3 kali, Hal ini dilakukan untuk tetap meningkatkan ketrampilan dalam mendalami Tari Srimpi Gaya Yogyakarta.

Selain mendapatkan materi tari Srimpi Pandelori, juga diajarkan materi tari Srikandhi – Larasati, sebagai bahan tambahan materi tari dalam proses pembelajaran di kelas.

Adapun uraian materi Tari Srimpi Gaya Yogyakarta ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sinopsis Tari Srimpi Pandelori:

Tari Srimpi Pandelori adalah tari kelompok yang ditarikan oleh 4 orang penari putri. Tari ini menceritakan kisah dari negeri Arab, yang mengisahkan tentang pertempuran antara Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupilaeli, yang keduanya memperebutkan seorang pangeran dari Arab, yaitu Wong Agung Jayengrana. Keduanya ingin diperistri oleh Wong Agung Jayengrana. Dalam pertempuran itu tidak ada yang kalah maupun menang, sehingga kedua putri tersebut akhirnya bersaudara dan menjadi istri Wong Agung Jayengrana.

RAGAM GERAK  TARI   SRIMPI  PANDELORI

No.

Ragam  gerak

1.

Sembahan sila, seleh, ndhodhok. Berdiri, panggel, nggrudha (1x), mayuk jinjit. Nggrudha (3x) seblak noleh.

2.

Sendhi gedrug kiri ajeng-ajengan.

3.

Lampah sekar tawing kanan, tawing kiri, kengser, tekuk tangan kiri encot, gedrug kanan, pendhapan cangkol udhet (kiri).

4.

seleh kanan, sendhi minger adu kanan, cathok kanan-kipat. Pudhak mekar (seduwa kiri, kanan methentheng), mancat kanan encot 2x, sendhi ngracik adhep-dhepan, gedrug kanan maju, gedrug kiri seleh.

5

tinting kanan (diagonal) encot, tinting kiri (tukar tempat), nglereg cathok kanan, kipat.

6.

Mandhe udhet
7. Trisik (kembali tempat hadap belakang), maju kanan kipat kanan.

8.

Ulap-ulap encot lamba, mancad kiri, sendhi minger.

9.

Ngenceng encot 1x, sendhi maju kiri, minger, mayuk jinjit (berhadapan). Gedrug kanan nglereg, gedrug kiri ambil keris, gedrug kanan

10.

pendhapan minger kanan seleh tangan kanan, usap suryan dg. keris, mancad kiri

11.

trisik puletan, kembali tempat (berdekatan), nyuduk, encot-encot, nyuduk.

12

Pendhapan puletan, pindah tempat

13.

Nyuduk, kengser ndhesek, 1-2 kanan ke, 3-4 ke kiri

14.

2 dan 3 nyuduk, 1 dan 4 endha, 2 mengejar1, 3 mengejar 4,  trisik puletan, kembali tempat berdekatan, nyuduk, mundur bersama.

15.

maju kiri seleh kiri, gedrug kanan mancad kanan encot-encot,ingsut, encot-encot mancad gedrug kanan nglereg kanan, gedrug kiri nyarungken keris.

16.

Nyamber puletan, kicat boyong, nggrudha jengkeng 1x, sendhi nglayang, nyembah, sila panggung. Sembahan ndhodhok, berdiri, kapang-kapang masuk, selesai


Tunjangan Dosen dan Guru Besar Bisa Dicabut?

Sumber: http://edukasi. kompas.com/ read/2010/ 01/11/13460084/ Waduh..Tunjangan .Dosen.dan. Guru.Besar. Bisa.Dicabut

Ketua Majelis Rektor Haris Supratno, Minggu (10/1/2010), mengatakan, dosen harus memenuhi 12 satuan kredit semester (SKS) setiap akhir semester, sedangkan guru besar 12 SKS ditambah dengan 3 tugas khusus. Evaluasi akan dilakukan setiap semester.
Rektor, kata Haris, mendapat tugas baru, yakni melaporkan kinerja dosen dan guru besar setiap semester kepada Dirjen. Kalau mereka tidak memenuhi syarat, maka tunjangan yang diberikan bisa dicabut.
Tiga tugas tambahan guru besar adalah menulis buku, membuat karya ilmiah atau artikel, serta menyebarkan gagasan kepada masyarakat. Guru besar yang jadi rektor, dekan, atau kajur, cukup mengerjakan tiga tugas tambahan ini tanpa harus memenuhi kuota 12 SKS.
Sementara itu, pencabutan tunjangan hanya berlaku untuk satu semester. Tunjangan akan diberikan lagi kalau persyaratan dipenuhi.
Aturan baru tentang evaluasi dosen dan guru besar ini didukung oleh Ketua Sertifikasi Dosen Universitas Airlangga (Unair) Prof Mohammad Zainuddin. “Tambahan kesejahteraan dari pemerintah sebagai konsekuensi sertifikasi hendaknya diimbangi dengan prestasi. Tak berlebihan bila dosen bersertifikat harus mengajar 12-16 SKS,” ujarnya. Sesuai UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen, tunjangan profesi diberikan pada dosen bersertifikasi pendidik sebesar satu bulan gaji pokok. Bagi seorang guru besar, tunjangan yang diterima menjadi tiga kali lipat. (rey)

FSRD ISI Denpasar 2010-01-11 13:52:15

RALAT PENGUMUMAN TANGGAL 5 JANUARI 2010

PERUBAHAN JADWAL UAS

DIBERITAHUAN KEPADA SELURUH DOSEN DAN MAHASISWA FSRD ISI DENPASAR SEHUBUNGAN DENGAN HARI SIWARATRI TANGGAL 14 JANUARI 2010 DAN LIBUR TGL. 14 DAN 15 JANUARI 2010, MAKA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2008/2009 YANG DIADAKAN :

–         HARI KAMIS, 14 JANUARI 2010 DIPINDAHKAN KE HARI SENIN,

18    JANUARI 2010

–         HARI JUMAT, 15 JANUARI 2010 DIPINDAHKAN KE HARI SELASA,

19 JANUARI 2010

DEMIKIAN DISAMPAIKAN UNTUK DILAKSANAKAN, TERIMAKASIH

DENPASAR, 11 JANUARI 2010

PEMBANTU DEKAN I,

TTD

DRS. OLIH SOLIHAT KARSO, M.SN

NIP. 196107061990031005

Pengumuman Yudisium

PENGUMUMAN
Nomor : 10/15.1.10/PP/2010

Diberitahukan kepada seluruh mahasiswa FSRD ISI Denpasar yang sudah Ujian Tugas Akhir Semester Ganjil Tahun 2009/2010 bahwa Yudisium dilaksanakan pada :
Hari/tanggal : Sabtu, 23 Januari 2010
Pukul                : 10.00 Wita
Tempat            : Gedung Lata Mahosadhi
Pakaian            : Atasan kemeja putih dengan dasi hitam, bawahan hitam
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih.

Denpasar, 9 Januari 2010
An. Dekan,
Pembantu Dekan I,

TTD

Drs. Olih Solihat Karso, M.Sn
NIP. 196107061990031005

Program Beasiswa Bidik Misi di Lingkungan ISI Denpasar Tahun Akademik 2010/2011

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen Dikti Depdiknas) mulai tahun 2010 memberikan beasiswa dan biaya pendidikan bagi calon mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi dan berprestasi yang disebut Beasiswa BIDIK MISI. Jumlah mahasiswa yang akan diberikan program beasiswa BIDIK MISI tahun 2010 dialokasi 20.000 calon mahasiswa, penyelenggara program beasiswa BIDIK MISI adalah perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi BHMN terpilih di bawah Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama.

ISI Denpasar salah satu diantaranya diberi kepercayaaan untuk menyelenggarakan program Beasiswa BIDIK MISI bagi calon mahasiswa baru mulai tahun 2010 sebanyak 20 (dua puluh) orang berdasarkan kesepakatan antara Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas Nomor 2403/DT/2009 dan Rektor ISI Denpasar Nomor 2233/I5/LL/2009 tanggal 16 Desember 2009.

Dalam penerimaan mahasiswa baru ISI Denpasar tahun akademik 2010/2011 siswa yang dijadawalkan lulus tahun 2010 yang berminat melanjutkan studi di ISI Denpasar dan telah memenuhi persyaratan diberikan kesempatan untuk memperoleh Beasiswa BIDIK MISI dengan memilih maksimal 2 (dua) program studi di lingkungan ISI Denpasar.

ISI Denpasar adalah salah satu perguruan tinggi seni negeri, memiliki 2 fakultas dan mengelola delapan program studi (PS) seni. Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) mengelola tiga PS : seni tari, seni karawitan, seni pedalangan, dan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) mengelola lima PS : seni rupa murni (seni lukis dan seni patung), desain interior, desain komunikasi visual, kriya seni (kramik dan kayu), dan fotografi.

B. MISI

  1. Menghidupkan harapan bagi masyarakat kurang mampu untuk terus menempuh sampai ke jenjang pendidikan tinggi;
  2. Menghasilkan sumber daya insani yang mampu berperan dalammemutus rantai kemiskinan.

C. TUJUAN

  1. Meningkatkan motivasi belajar dan prestasi calon mahasiswa,khususnya mereka yang menghadapi kendala ekonomi;
  2. Meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggiagi rakyat Indonesia yang berpotensi akademik tinggi dan kurang mampu secara ekonomi;
  3. enjamin keberlangsungan studi mahasiswa sampai selesai;
  4. Meningkatkan prestasi mahasiswa, baik pada bidang akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler;
  5. Menimbulkan dampak iring bagi mahasiswa dan calon mahasiswa lain untuk selalu meningkatkan prestasi;
  6. Melahirkan lulusan yang mandiri, produktif dan memiliki kepedulian sosial, sehingga mampu berperan dalam upaya pengentasan kemiskinan.

D. SASARAN

Lulusan jenjang pendidikan menengah yang terdiri atas lulusan SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat tahun 2010 yang berprestasi dan orang tua/wali-nya kurang mampu secaraekonomi.

E. JANGKA WAKTU PEMBERIAN BEASISWA

Beasiswa diberikan sejak calon mahasiswa dinyatakan diterima di ISI Denpasar selama 8 (delapan) semester dengan ketentuan penerima beasiswa berstatus mahasiswa aktif.

F. DANA BEASISWA

Dana beasiswa dan biaya pendidikan yang diberikan adalah sebesar Rp 5.000.000 (lima juta rupiah) per mahasiswa per semester yang diprioritaskan untuk biaya hidup.

G.. PERSYARATAN

Persyaratan untuk mendaftar program beasiswa BIDIK MISI tahun 2010 adalah:

  1. Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang dijadwalkan lulus pada tahun 2010;
  2. Berprestasi dan orang tua/wali-nya kurang mampu secara ekonomi;
  3. Calon penerima beasiswa mempunyai prestasi akademik/kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler yang diketahuioleh Kepala Sekolah/ Pimpinan Unit Pendidikan Masyarakat (Dikmas) Kabupaten/Kota. Adapun prestasi akademik/kurikuler yang dimaksud adalah peringkat 25 persen terbaik di kelas, sedangkan prestasi pada kegiatan ko-kurikuler dan/ataukstrakurikuler minimal peringkat ke-3 di tingkat Kabupaten/Kota an harus sesuai dengan program studi yang dipilih.

Selengkapnya Program Bidik Misi ISI Denpasar

Seni Tradisi, Benteng Jati Diri Orang Bali

Seni Tradisi, Benteng Jati Diri Orang Bali

I Nyoman Partha Gunawan (60 tahun) adalah seorang seniman alam dari Desa Tenganan Pagringsingan, Karangasem. Sebulan belakangan ini, ia tampak dengan tekun mengajar gamelan Slonding, salah satu gamelan tua Bali, di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Sekelompok mahasiswa menyerap gending-gending yang diberikan oleh empu gamelan Slonding itu.

Ketika program “kuliah kilat“-nya itu hasilnya dipentaskan dan sekaligus didokumentasikan pada Jumat (27/11) lalu, Gunawan tampak berseri-seri karena telah menularkan sejumput nilai keindahan yang diwarisinya pada generasi penerus.

Di Tenganan Pagringsingan, gamelan Slonding menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ritual keagamaan. Gamelan yang terbuat dari lempengan-lempengan besi tebal ini disimpan di bale agung dan hanya dikeluarkan dan ditabuh pada prosesi upacara penting. Gamelan yang dimainkan oleh 7-10 penabuh ini misalnya tampak mengalun magis mengiringi  tradisi Abuang, tari sakral yang dibawakan oleh pasangan pria dan wanita. Slonding juga hanya berdentang garang saat menyemangati tradisi makare atau perang pandan.

Di luar Tenganan, Slonding masih dijumpai di beberapa tempat, khususnya desa tua yang termasuk desa Bali Age.  Namun jika di Tenganan, Slonding masih diusung secara takzim oleh komunitasnya, di tempat-tempat lainnya kondisinya memperihatinkan bahkan hampir punah. Perkembangan masyarakat dan kebudayaan menyudutkan bentuk-bentuk seni terdahulu seperti Slonding yang semakin marginal. Masyarakat Bali generasi kekinian sedang kepincut dengan seni yang lebih modern. Gong Kebyar yang muncul tahun 1915 kini banyak menyambil alih alunan teduh gamelan renta seperti Slonding atau Gambang misalnya.

Kesenian tua memiliki kandungan nilai estetik dan ekspresi kultural yang patut diselamatkan. “ISI Denpasar sebagai lembaga akademis sudah sepatutnya memerankan dirinya menyelamatkan bentuk-bentuk kesenian langka seperti Slonding,” ujar I Wayan Suharta, SSKar, M.Si, Ketua Jurusan Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan ISI. Dalam rangka rekontruksi gamelan langka itulah, tambahnya, ISI mengundang selain nara sumber gamelan Slonding dari Tenganan Pagringsingan, pada momentum yang sama juga menghadirkan maestro gamelan Babarongan, I Wayan Jebeg, dari Batubulan, Sukawati.

Kendati belum menggembirakan, tampaknya kepedulian terhadap keberadaan kesenian langka tak sirna sama sekali. Sabtu (28/11) lalu misalnya, saat Tumpek Krulut, ritus masyarakat Bali terhadap gamelan, Pemkot Denpasar menghadirkan sekian jenis gamelan langka di Lapangan Puputan Badung, berkumandang secara bergantian. Demikian pula apa yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Propinsi Bali, secara periodik menyuguhkan bentuk-bentuk kesenian langka di Taman Budaya Denpasar. Sajian kesenian langka juga dapat disimak masyarakat di arena Pesta Kesenian Bali (PKB). Berbagai upaya konstruktif itu tentu mesti disyukuri.

Penyelamatan bentuk-bentuk kesenian luhur yang telah mengisi dinamika kehidupan masyarakat, memang mesti disikapi dengan langkah kongkret. Cermatilah, pencapaian estetik yang pernah diraih kesenian langka kita belakangan tergerus tak terurus. Fungsi-fungsi sosial dan religius yang sempat diisinya terkikis. Makna-makna kultural dan filosofis yang dulu mengawalnya terpental entah kemana. Tragisnya, kesenjangan bentuk-bentuk kesenian itu dengan generasi muda, semakin lebar. Orientasi masyarakat kita di tengah gelombang globalisasi yang cenderung materialis-kapitalistik,  sungguh membuat butir-butir budaya itu tergelincir.

Memang jamak merebak dimana-mana, bukan hanya di Bali bahwasannya warisan seni tradisi di tengah masyarakat masa kini sedang dirundung nestapa. Karena semakin tak dipedulikan, tidak sedikit kemudian bentuk-bentuk kesenian itu teronggok di pojok, hidup payah matipun pasrah. Komunitas pendukungnya pun tak lagi memiliki ikatan batin dengan nilai keindahan yang mungkin dulu pernah disanjung-sanjung dan dibanggakan. Di Bali sendiri yang keseniannya integral dengan riuhnya upacara keagamaan juga harus berkonfrontasi dan berkompromi dengan hiruk-pikuk perubahan zaman.

Riuh dan kegalauan kehidupan masa kini kiranya semakin menciptakan kesenjangan antara masyarakat pada umumnya dengan bentuk-bentuk kesenian tradisionalnya, lebih-lebih seni budaya yang sudah langka semacam Slonding dan Gambang.  Gamelan Gambang misalnya yang dentang bilah-bilah bambunya kian sayup di tengah euforia ritual keagamaan, tak begitu banyak dikenali masyarakat karena ensambel tua itu sendiri memang hampir punah. Begitu pula dengan Slonding, gamelan besi yang pada zaman Bali kuno ditabuh di tempat-tempat pertapaan itu, sangat asing bagi masyarakat Bali kebanyakan.

Sekaratul maut memang sedang menjemput dan merenggut sebagian nilai-nilai tradisi, termasuk warisan kesenian tradisional Bali. Dialektika budaya global dan lokal sekarang ini cenderung menggiring masyarakat hanyut mengorbankan jati dirinya terdistorsi oleh dinamika budaya semu yang sedang menghegemoni. Seni-seni tradisi yang merupakan bagian integral dengan sosio-kultural-religius masyarakat, kini berona gamang, sebagian tertidur lelap dan tak pernah bangkit lagi. Jargon  think globaly, act locally–berpikir global dan bertindak lokal, belum mengejawantah menjadi kearifan masyarakat kita dalam membangun  jati diri dan benteng kebaliannya.

Kadek Suartaya

Loading...