Penerapan Metode Group Investigation Untuk Meningkatkan Standar Kompetensi Mahasiswa Dalam Mata Kuliah Metode Penelitian I

Oleh: Hendra Santosa

Mengajar merupakan suatu aktivitas profesional yang memerlukan ketrampilan tingkat tinggi dan mencakup pengambilan keputusan. Keputusan-keputusan tersebut tidak lagi merupakan keputusan jangka pendek yang bersifat insidental. Dewasa ini dosen lebih dituntut sebagai pengelola proses belajar mengajar yang melaksanakan empat macam tugas, yaitu: Merencanakan, Mengatur, Mengarahkan dan Mengevaluasi (Davies, 1971). Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran seorang dosen perlu mengadakan keputusan-keputusan, misalnya metode apa yang harus dipakai untuk mengajar, alat-alat apakah yang diperlukan untuk membantu mahasiswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengajar yang baik dalam proses pembelajaran tidak akan menggunakan hanya satu metode, tetapi penggunaan lebih dari satu metode secara bervariasi. Variasi metode dalam pembelajaran tidak hanya terbatas pada dua metode tetapi juga bisa lebih. Di samping itu, berlangsungnya proses pembelajaran paling tidak ditentukan oleh dua hal, yaitu kesiapan dosen sebagai pengajar dan mahasiswa sebagai peserta didik. Hal ini menyiratkan, baik dosen maupun mahasiswa mempunyai tangung jawab terhadap pencapaian tujuan belajar. Dosen memiliki tanggung jawab untuk membuat setiap pembelajaran positif dan produktif untuk mahasiswa. Dalam konteks ini, proses pembelajaran tidak hanya semata-mata diarahkan kepada apa yang harus dipelajari/dikuasai oleh mahasiswa, akan tetapi bagaimana mahasiswa belajar juga sangat penting (Padmadewi, 2007 :7).

Penerapan metode konvensional (demontrasi dan ceramah) dalam proses pembelajaran di lingkungan Program Studi Seni Karawitan, secara umum masih menggambarkan praktek-praktek pendidikan yang bersifat otoriter, pendidikan berpusat pada guru, menjejalkan isi kurikulum yang kurang memenuhi kebutuhan anak didik, tidak adanya komunikasi  interaktif antara guru dan siswa, murid dituntut menghafal secara akademis, guru cenderung bercerita menceritakan pelajaran, murid mendengarkan. Dalam konteks yang lebih luas, pendidikan tidak ubahnya seperti kegiatan menabung, murid adalah celengannya, guru adalah penabung, yang terjadi bukannya proses komunikasi, tetapi guru menyampaikan pernyataan-pernyataan dan mengisi “tabungan” yang diterima, dihafal, diulangi dengan patuh oleh musrid. Inilah konsep pendidikan “gaya bank, murid hanya berada pada posisi menerima dan menyimpan, sebagai pengumpul barang-barang simpanan. Pada akhirnya manusia sendiri yang disimpan karena miskinnya daya cipta, daya ubah dan pengetahuan (Santiyasa, 2007:3).

Group Investigation, merupakan salah satu diantara beberapa metode pengajaran  inovatif yang  akan diujicobakan dalam proses belajar mengajar di lingkungan Program Studi Seni Karawitan ISI Denpasar, khsusnya dalam mata kuliah Metode Penelitian. Group investigation (GI) merupakan salah satu metode dari pembelajaran kooperatif. Metode ini sering dipandang sebagai metode yang paling kompleks dibandingkan dengan metode lain dalam pembelajaran kooperatif (Padmadewi, 2007:21). Secara substansial,  hal yang ditawarkan dalam metode ini adalah, suatu bentuk proses belajar mengajar dengan melibatkan mahasiswa sejak perencanaan, baik dalam penentuan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Pada awal perkuliahan, para mahasiswa akan dibekali dengan aspek teoritis (keilmuan) tentang berbagai hal yang berkaitan dengan Metodologi Penelitian, dengan sasaran akhir mahasiswa mempunyai kompetensi dalam melakukan penelitian lapangan (field research) maupun dalam menyusun laporan akhir hasil penelitian. Aktualisasi dari pemahaman aspek teoritis tersebut akan diimplementasikan lewat sudi lapangan (field resarch). Untuk keperluan tersebut, akan ditentukan beberapa topik (dengan melibatkan mahasiswa) tentang berbagai fenomena seni budaya yang akan diinvestigasi. Dalam penerapan metode investigasi ini, kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, beranggotakan 3-5 orang mahasiswa. Masing-masing anggota kelompok dengan karakteristik yang berbeda (heterogen) yang didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para mahasiswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi yang mendalam terhadap subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan laporan di depan kelas secara keseluruhan.

Selengkapnya silahkan unduh disini

ESTETIKA POSTMODERN DALAM MUSIK KONTEMPORER DI BALI

Oleh: I Gede Arya Sugiartha

Seni dewasa ini tidak hanya dipahami sebagai produk rasa, melainkan juga mencerminkan kemampuan intelektual manusia. Pada mulanya seniman jarang menjadikan seni sebagai wacana, ia lebih banyak mencipta dan melakukannya. Namun merujuk pada pemahaman yang terus berkembang dan munculnya filsafat ilmu pengetahuan modern, banyak filsuf professional maupun seniman mulai membicarakan makna “seni”, “pengalaman estetik”, “kebenaran artistik”, yang dipergunakan dalam wacana-wacana seni. Namun satu hal yang paling mengejutkan adalah betapa sulitnya para filsuf dan seniman membuat batasan-batasan istilah dalam seni, karena ketika menganalisis apa yang mereka maksudkan hasilnya sering tidak konsisten pertautannya, sehingga perlu dipahami secara mendalam.

Salah satu misalnya wacana tentang seni dan keindahan. Pendapat yang paling bersahaja dan sering kita dengar bahwa semua yang indah adalah seni, atau sebaliknya bahwa semua seni itu indah dan yang tidak indah bukanlah seni; kejelekan berarti ketiadaan seni. Identifikasi seni dan keindahan seperti ini adalah dasar dari kesukaran kita dalam memberikan apresiasi terhadap seni. Bahkan pada orang-orang yang nyata-nyata sensitif terhadap segi-segi estetikpun anggapan ini merupakan sensor yang tidak disadari pada saat berhadapan dengan hasil seni yang kebetulan tidak indah. Baik pandangan historis yang meneliti bagaimana hasil-hasil seni di masa silam maupun pandangan sosiologis dengan memahami bagaimana manifestasi seni sekarang ini di berbagai tempat di dunia ternyata bahwa hasil seni sering merupakan sesuatu yang tidak indah.

Pada musik kontemporer misalnya, kita sering dihadapkan pada kenyataan bahwa musik komtemporer tidak selalu bisa kita nikmati sebagai sesuatu yang indah dan menyenangkan. Bahkan sebaliknya banyak karya-karya musik kontemporer membuat penontonnya jengkel, bosan, bahkan marah yang berakhir dengan kecaman. Namun apakah yang demikian itu tidak bisa kita golongkan kedalam sebuah karya seni, inilah pertanyaan yang akan ditelusuri lewat pemikiran baru, lewat paradigma baru sebagai dampak arus perkembangan intelektual manusia masa kini.

Dalam tulisan ini saya akan melakukan kajian estetika pada dua karya musik yang lahir di Bali yaitu “Mule Keto” (1987) dan “Gerausch” (2005). Kedua karya ini, sesuai dengan yang diperkenalkan oleh penciptanya adalah karya musik yang digarap dengan konsep komtemporer. Namun demikian kedua karya ini memiliki perbedaan orientasi dalam memaknai dan menerapkan konsep kontemporer, yang satu berubah secara bertahap dalam bingkai yang lentur sedangkan yang satu melakukan perubahan radikal, bahkan melampau batas-batas konseptual sebuah karya musik. Karya yang satu dapat memberikan rasa senang, sedangkan yang satu menjengkelkan, kenapa? Inilah permasalahan yang dicoba dibahas dengan menggunakan prinsip dan alur pemikiran postmodern. Bersandar pada pendapat bahwa seni adalah bagian dan unsur terpenting dari kebudayaan, maka dengan mencoba memahami kerangka berfikir setiap era/jaman (pra modern, modern, postmodern), maka kehadiran seni yang kebetulan tidak menyenangkan dapat dijelaskan.

Selengkapnya dapat diunduh disini

Kecak Kontemporer ISI Denpasar akan Tampil di Thailand

Kecak Kontemporer ISI Denpasar akan Tampil di Thailand

Denpasar-(By Arba Wirawan)

Suasana Latihan, Foto By Arba

Suasana Latihan, Foto By Arba

Garapan kecak kontemporer karya I Wayan Sueca.SSkar.,M.Mus, selaku pimpinan rombongan delegasi kesenian seminar dan workshop Institut Seni Indonesia Denpasar ke Songkla Rajabath University Thailand (16-23) Agustus 2009 melibatkan mahasiswa, dosen dan pejabat. Pementasan kecak, legong dan topeng direncanakan Senin 17 Agustus di Konjen RI, pementasan kedua di Songkla Rajabath University ketiga pada acara resepsi HUT RI oleh Konjen RI. Selain pementasan Fakultas Seni Pertunjukan, worshop lukis wayang seni klasik kamasan, oleh Fakultas Seni Rupa dan Desain.

Pertunjukan kecak mengambil lakon Ramayana, alkisah raja Rahwana yang sedang berjalan dihutan bersama patihnya Marica, melihat wanita cantik Dewi Sintha, tertariklah Rahwana untuk memilikinya. Dengan tipu daya menyuruh Marica berubah menjadi kijang kencana untuk menarik Sintha dan mengelabuinya. Oleh adanya kijang kencana Dewi Sintha membujuk suaminya Rama untuk menangkap kijang kencana yang berlari untk dapat dimiliki Sintha. Rama pun mengejar kijang kencana yang berlari ke tengah hutan menjauhi Dewi Sintha. Di hutan kijang kencana berhasil dipanah mati oleh Rama, namun berubah menjadi bentuk aslinya Marica, serta bersuara mirip Rama dengan mengatakan telah mati dibunuh oleh kijang kencana. Suara Rama terdengar di tempat Dewi Sintha dan Laksmana, dan kemudian Dewi Sintha menyuruh Laksmana untuk menyusul kakaknya Rama. Laksmana tidak mau karena kesaktian Rama tidak mungkin kalah oleh Kijang Kencana, Laksmana pun sempat marah dituduh senang melihat kakanya dalam kesulitan, karena akan mendapat dirinya sebagai istrinya nanti. Laksmana pun sempat marah dituduh demikian, namun ia tetap hormat kepada istri kakaknya, dengan berpesan untuk jangan melewati tanda lingkar yang dibuatnya untuk menjaga Dewi Sintha dari bahaya. Cerita Ramayana yang banyak diketahui oleh masyarakat luas dan mancanegara ini lah menjadi alasan Delegasi Institut Seni Indonesia Denpasar mengangkat cerita ini untuk dipentaskan, beserta dengan tarian legong keraton tari selat segara dan topeng keras dan tua. Disamping sebagai kecak, para penari juga sebagai penabuh.

Kisah pentas tari kecak yang akan dibawakan oleh delegasi kesenian dari ISI Denpasar,ke Thailand pada bulan Agustus ini juga mengikuti festival seni atas kerjasama Konsul Jenderal RI dengan Universitas Songkla Rajabath Thailand. Pimpinan delegasi dari ISI Denpasar, I Wayan Sueca,SSkar.,M.Mus., yang juga PR IV ISI Denpasar, ditemui disela-sela latihan kecak di Gedung Candra Metu ISI Denpasar, mengatakan bahwa dengan mengambil kisah Ramayana dalam pentas kecak, khususnya di luar negeri lebih dipahami oleh penonton disana. ”Kisah-Ramayana sudah begitu populer dimanapun, ini menjadi pilihan kami dalam pentas kecak di Thailand nanti” jelas Suweca sehabis menari topeng. Yang menarik pula, dalam pentas tari kecak nanti akan tampil juga para pejabat ISI Denpasar seperti  PR I Drs. I Ketut Murdana.,M.Sn, PR III Drs. I Made Subrata,M.Si, juga PR IV I Wayan Sueca.,SSKar.,M.Mus,(menari topeng), Pj. Dekan Fakultas Seni Pertunjukan, I Ketut Sariada,SST, dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Dra. Ni Made Rinu M.Si.

Sedang Rektor akan tampil dalam seminarnya,”tambah Sueca. Pentas kecak kali ini pun banyak sisi tambahannya dalam pementasannya nanti, yang bisa dikatakan sebagai kecak kontemporer”. Yakni seperti penataan di stage, yang dibuat sedemikian rupa seperti ada hutan, batu angin api dan sebagainya”tambahnya. Disamping menggelar kecak, juga akan ditampilkan tarian lainnya seperti legong kraton, topeng dan tari selat segara, sela Sueca.

Selanjutnya setelah tampil di University Sonkla Rajabath Thailand, rombongan dari ISI Denpasar melakukan kerjasama dengan Suratani University, Thailand, dan mengikuti HUT RI ke 64 pada tanggal 21 Agustus 2009, ujarnya.

Salah Satu Dosen ISI Denpasar Sukses Melakukan Presentasi Internasional di RUFA Phnom Penh-Kamboja

Salah Satu Dosen ISI Denpasar Sukses Melakukan Presentasi Internasional di RUFA Phnom Penh-Kamboja

orebo

Tampak Seorang Dosen ISI Denpasar I Gst. Ayu Srinatih, SST, MSi berfoto Dengan Rektor ISI Dps, Pejabat Kedutaan RI-Kamboja dan Pejabat RUFA Kamboja

(Denpasar-Humasisi)Mengimplementasikan cita-cita ISI Denpasar untuk ‘go internasional’ diwujudkan dengan pengiriman para dosen ISI Denpasar untuk melakukan presentasi internasional. Salah satu dosen Jurusan Tari ISI Denpasar, I Gusti Ayu Srinatih, S.ST., M.Si., telah sukses melakukan presentasi lewat seminar di Royal University of Fine Arts (RUFA) Phnom Penh, Kamboja, pada tanggal 3 Agustus 2009. I Gusti Ayu Srinatih, S.ST., M.Si., diundang oleh Rektor RUFA, Bong Sovath, Ph.D., sebagai pembicara dalam seminar internasional yang diadakan oleh universitas tersebut. Seminar ini adalah bagian dari salah satu kegiatan B- Art yang dimenangkan oleh Jurusan Tari, dimana payungnya adalah Promoting the Roles of Balinese Performing Arts in Strengthening National Integration and Increasing the Nation’s Competitiveness in the Globalization Era. Mengacu pada tema diatas, maka I Gusti Ayu Srinatih, S.ST., M.Si., menyampaikan makalah dengan judul The Tri Hita Karana Conception and Its Implementation into Balinese Arts. Pada seminar tersebut disampaikan apa itu Tri Hita Karana dan bagaimana seniman Bali mengaplikasikannya ke dalam seni pertunjukan dan seni rupa. Srinatih menambahkan bahwa pihaknya mencoba mengangkat kearifan local Bali yaitu Tri Hita Karana, dimana konsep ini dapat memberikan inspirasi secara global dan dirinya berharap kearifan local ini dapat dikenal secara luas di dunia internasional. Yang lebih menarik perhatian audience pada presentasi tersebut diberikan contoh-contoh melalui video maupun praktek secara langsung. Sehingga diskusi berjalan sangat hangat bahkan sampai menarik benang merah hubungan antara Kamboja dengan Indonesia, khususnya Bali. Seminar yang berlangsung dua setengah jam tersebut mendapat respon positif dari para audience yang berjumlah sekitar 60 orang, yang terdiri dari semua pembantu rector, para dekan, dosen dan mahasiswa dari Royal University of Fine Arts. Selain itu secara khusus seminar dihadiri oleh R. Eko Indiarto R (Counselor) dan Rahendro Witomo (Second Secretary pada KBRI Phnom Penh).

oklek

Tampak I Gst. Ayu Srinatih, SST, MSi Sedang Mempresentasikan Makalahnya di Depan Pejabat RUFA University-Kamboja

Sementara Rektor RUFA menyambut sangat baik kerjasama ini dan berharap hubungan ini dapat terus berlangsung dan ditingkatkan, sebagai realisasinya pada tahun 2010 paper dari para dosen RUFA akan dapat diterbitkan di Jurnal Internaional ‘Mudra’ milik ISI Denpasar. Kolaborasi paper baik dari ISI Denpasar maupun dari RUFA akan mampu memberikan kontribusi akademik baik untuk ISI Denpasar maupun RUFA. Srinatih yang sudah sering melakukan kegiatan presentasi di tingkat nasional dan mengajar di luar negeri ini berharap agar kegiatan semacam ini dapat ditingkatkan apalagi dalam era persaingan global untuk memperkenalkan seni budaya bali, serta mampu membuka wawasan para dosen ISI Denpasar untuk siap bersaing di era global ini.

Rombongan ISI Denpasar Akan Tampil Dalam Gelar Karya Anak Bangsa 2009 di Jakarta

Rombongan ISI Denpasar Akan Tampil Dalam Gelar Karya Anak Bangsa 2009 di Jakarta

asti-pertiwi-pembukaan-sseasr-300x199

Asti Pertiwi-Sekeha Gong Kumpulan Ibu-Ibu Dosen, Pegawai, Mahasiswa Asing dan Alumnus ISI Denpasar

(Denpasar-Humasisi)Satu momentum penting digelar oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi pada tanggal 10 – 12 Agustus 2009, dalam rangka peringatan hari pendidikan nasional, Dikti mengadakan event bertajuk ‘Gelar Karya Anak Bangsa’, dengan tema “Membangun Masyarakat Cerdas dan Kreatif Berbasis Sains, Teknologi dan Seni Untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa”. Kegiatan yang rencananya dibuka oleh Menteri Pendidikan  Nasional, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA, bertempat di Halaman & Plaza Gedung A-Departemen Pendidikan. Dalam acara pembukaan Dikti mengundang rombongan ISI Denpasar untuk dapat tampil di Jakarta dalam ajang bergengsi tersebut. Rektor ISI Denpasar, Prof. Dr. I Wayan Rai S. M.A., menyampaikan ungkapan terima kasih yang mendalam serta menyambut baik dan akan menyukseskan kegiatan tersebut. ISI Denpasar diberi kesempatan untuk mengisi beberapa acara diantaranya, mengiringi tamu undangan dengan lagu-lagu tempo dulu yang dinyanyikan oleh para dosen dan mahasiswa ISI Denpasar. Mereka akan menyanyikan lagu Kebyar-Kebyar yang diciptakan oleh Gomloh, Kisah Kasih di Sekolah yang dipopulerkan oleh Obie Meisak, serta lagu dengan judul Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif, yang merupakan ide dari Prof. Rai yang kemudian dikaryakan oleh I Komang Darmayuda, S.Sn., M.Si. bersama Ni Wayan Ardini, S.Sn., M.Si. Dibawah pembinaan I Komang Darmayuda, S.Sn., M.Si. bersama Ni Wayan Ardini, S.Sn., M.Si., juga akan ditampilkan paduan suara yang akan dibawakan oleh Asti Pertiwi dengan membawakan lagu berjudul Janger.

Guna menyambut kedatangan tamu-tamu kehormatan selain tabuh Semarpagulingan persembahan Asti Pertiwi (gabungan para dosen, staf, mahasiswa, alumni ISI Denpasar serta seniman), kedatangan tamu juga disambut dengan alunan nada gender yang dibawakan oleh 4 anak-anak yang tergabung dalam Asti Kumara (kumpulan putra/putrid para dosen, staf ISI Denpasar). Mereka yang berlatih dibawah asuhan Ni Ketut Suryatini, S.SKar., M.Sn., mereka membawakan beberapa tabuh gender. Ketut Suryatini mengungkapkan anak-anak yang berusia kisaran 7 sampai 11 tahun ini sangat apresiasif dan responsive dalam mengikuti berbagai kegiatan seni, hingga selain sering mengikuti event-event baik upacara agama maupun acara nasional, mereka juga pernah menorehkan sejarah dengan seringnya mengikuti lomba-lomba hingga pernah mendapatkan beberapa prestasi.

Dikesempatan lain Dikti memberi peluang kepada Asti Pertiwi untuk tampil di acara pembukaan pameran. Kesempatan tersebut diberikan setelah Asti Pertiwi sukses tampil dalam konfrensi internasional SSEASR beberapa waktu lalu. Asti Pertiwi akan membawakan tabuh-tahuh Semarpegulingan serta mengiringi Tari Pendet yang dibawakan oleh siswi SLB Bali dan Mahasiswi ISI Denpasar serta tari Satya Brasta yang dibawakan oleh para mahasiswa ISI Denpasar. Menurut koordinator Asti Pertiwi Ni Ketut Suryatini, S.SKar., S.Sn., Asti Pertiwi telah berusaha keras untuk latihan selama 1 bulan secara intensif untuk dapat menampilkan hasil terbaik, karena untuk pertama kalinya iringan tari Satya Brasta ciptaan I Nyoman Cerita ini dibawakan dengan tabuh Semar Pegulingan. “Berkat kerja keras dan latihan intensif dibawah bimbingan para dosen dari Jurusan Karawitan, Kami siap akan menampilkan karya terbaik kami” ungkap  Ni Ketut Suryatini, S.SKar., S.Sn.,.

Semangat ISI Denpasar “go international”

Semangat ISI Denpasar “go international”

Laporan Agus Brata dari arena NUEDC

Team Debat ISI Denpasar

Team Debat ISI Denpasar

Keberangkatan rombongan ISI Denpasar yg dilepas langsung oleh Bapak Rektor ISI Denpasar untuk mengikuti lomba debat tingkat nasional yang juga merupakan bagian dari kelender akademik DIKTI, yaitu NUEDC (National University English Debating Championship)  pada tanggal 30 juli ’09 dan berlangsung sampai dengan tanggal 3 Agustus ‘09.  Lomba debat bahasa Inggris NUEDC pada kesempatan ini berlangsung di kota pahlawan, Kota Surabaya tepatnya di kampus pascasarjana dari STEASIA

Pada hari pertama (30/7) berlangsungnya kegiatan NUEDC diadakan seminar dan rapat tentang tata cara penerapan aturan-aturan debat bahasa Inggris NUEDC ini bagi total 92 tim peserta dari seanterio Indonesia. Seperti diketahui sebelumnya bahwa NUEDC ’09 menggunakan sistem British Parliamentary dan sistem ini adalah sistem yang digunakan dalam World University Debating Championship (WUDC) atau lomba debat bahasa Inggris tingkat dunia yang tahun ini akan diselenggarakan di Ankara, Turki.  Dari Tim ISI Denpasar debator I adalah Kadek Karina Kurniawan, mahasiswi program studi DKV(Desain Komunikasi Visual) semester III dan debator II adalah dari program studi DKV atas nama A.A Gde Yudha Palguna semester VII, sementara adjudicator dari ISI Denpasar adalah Bagus Adrianto semester VII dari program studi DKV. Hari ke II, (31/7), pelaksanaan kejuaraan NUEDC resmi dibuka oleh DIKTI dan para tim diwajibkan mengikuti debat sampai rounds V dan kemudian berdasarkan nilai akan terpilih tim-tim yang berhak maju ke babak selanjutnya yaitu octofinal rounds. Pada kesempatan pertama, rounds I dengan motion THW (The House Would) give tax break for working women, Tim ISI Denpasar hanya memperoleh rangking IV, begitu pula pada rounds II dengan motion THW allowed head of states immunity in crimes fight against the human association by ICC. Tetapi pada ronde selanjutnya, rounds III dengan judul motion THW allow secular state ban the use of burqo in public place, para debators ISI Denpasar menunjukan kelas dengan menempatkan peringkat III dari empat peserta. Kemudian mencapai puncaknya pada hari ke III (1/8) dengan memperoleh rangking I atau menjadi yang terbaik pada rounds IV sebagai opening government dengan motion THW allow to capitalize the child labor as the wheel of economy. Kemudian THW give citizen to break the law for protecting animal in factory farming sebagai motion  rounds V yang merupakan ronde terakhir dari preliminary rounds atau ronde penyisihan yang kita kenal dengan silent rounds dimana pihak panitia merahasiakan peringkat dari masing-masing tim peserta dan selanjutnya berdasarkan nilai akan dipilih tim yang berhak lolos ke babak selanjutnya dan sayang sekali ISI Denpasar gagal lolos ke babak 32 besar atau octofinal rounds.

Tetapi walaupun gagal lolos ke babak selanjutnya tim ISI Denpasat tetap bersemangat mengikuti babak-babak selanjutnya dari NUEDC tahun ini dengan harapan memperoleh masukan dan ilmu khususnya dalam bidang bahasa Inggris untuk ajang serupa dikemudian hari pada khususnya dan dalam penerapan bahasa Inggris di lingkungan kampus ISI Denpasar dalam rangka mensukseskan program ISI go International pada umumnya. Selanjutnya pada babak final NUEDC ’09 Juara I jatuh pada Institut Tehnologi Bandung dan juara II diboyong oleh Universitas Indonesia.

Loading...